Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik menuju USD 75 per barel pada perdagangan Rabu setelah data menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun lebih tajam dari perkiraan analis. Hal ini membawa fokus pasar kembali ke pasokan yang ketat daripada meningkatnya infeksi virus corona Covid-19.
Dikutip dari CNBC, Kamis (29/7/2021), harga minyak mentah Brent naik 26 sen atau 0,35 persen menjadi menetap di USD 74,74 per barel setelah membukukan penurunan pertama pada hari Selasa dalam enam hari terakhir.
Baca Juga
Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menetap naik 74 atau 1 persen ke level USD 72,39 per barel.
Advertisement
Data Administrasi Informasi Energi AS menyatakan persediaan minyak mentah turun 4,1 juta barel dalam seminggu hingga 23 Juli. Stok bensin dan bahan bakar distilat juga turun.
"Rebound dalam permintaan minyak tersirat untuk BBM dan sulingan, serta penurunan kilang, telah mendorong penarikan inventaris yang layak untuk keduanya," kata Direktur Riset Komoditas ClipperData, Matt Smith.
Harga minyak telah naik 45 persen tahun ini, dibantu oleh pemulihan permintaan dan pembatasan pasokan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+.
OPEC+ setuju untuk meningkatkan pasokan minyak sebesar 400 ribu barel per hari mulai Agustus, mengurangi lebih banyak pengurangan pasokan tahun lalu. Tetapi ini dipandang terlalu rendah oleh beberapa analis mengingat rebound permintaan yang diharapkan tahun ini.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Lonjakan Kasus Covid-19
Meningkatnya jumlah kasus virus corona di seluruh dunia, meskipun ada program vaksinasi, telah membatasi keuntungan minyak dan tetap menjadi perhatian.
Pernyataan dari pertemuan kebijakan Bank Sentra Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) yang dijadwalkan pada 1800 GMT juga menjadi fokus bagi investor. Dolar menguat menjelang pertemuan, menekan minyak karena membuat minyak mentah lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
"Kami akan melihat komentar Fed hari ini di kemudian hari untuk memberikan dukungan yang lebih signifikan karena kami mengantisipasi indikasi tambahan dari kebijakan moneter yang longgar," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates LLP di Galena, Illinois.
Advertisement