Wah, Miliarder Bill Gates Janjikan Rp 21,5 Triliun ke Joe Biden Asal RUU Infrastruktur Lolos

Miliarder Bill Gates selama ini memang dikenal sebagai dermawan.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Agu 2021, 12:00 WIB
Diterbitkan 13 Agu 2021, 12:00 WIB
Bill Gates
Bill Gates (AP)

Liputan6.com, Jakarta Miliarder Bill Gates menjanjikan donasi USD 1,5 miliar (Rp 21,5 triliun) untuk proyek bersama pemerintah AS dengan tujuan ingin memerangi perubahan iklim.  Hal ini merupakan bagian dari inisiatif yang diusulkan dalam RUU infrastruktur Senat.

Dana tersebut tentunya diberikan jika pemerintah AS menyetujui RUU Infrastruktur untuk perubahan iklim.

RUU infrastruktur bipartisan ini senilai USD 1,2 triliun yang didalamnya terdapat USD 100 miliar untuk didedikasikan mengatasi perubahan iklim.

Perubahan yang akan direncanakan antara lain menciptakan program menyapu yang dapat menangani cuaca ekstrem hingga bis sekolah yang menggunakan tenaga listrik. 

Pernyataan Gates dalam Wall Street Journal juga mengatakan kalau perusahaan investasi nirlaba yang berfokus pada iklim, Breakthrough Energy Catalyst akan menggunakan investasi tersebut untuk mendanai proyek perubahan iklim.

“Tujuan akhir kami adalah mencapai ekonomi emisi karbon nol bersih pada tahun 2050,” ujar Gates, Jumat (13/08/2021).

Tak hanya menggunakan dana dari investasi, proyek ini pun disponsori oleh Department of Energy (DOE) yang akan membantu mempercepat peralihan ini termasuk bahan bakar penerbangan berkelanjutan dan hidrogen hijau yang menyediakan tenaga tanpa bahan bakar fosil.

Menurut Gates, menghindari bencana iklim akan membutuhkan revolusi industri yang baru. Kita semua perlu menciptakan serta mendorong pembuatan teknologi atau produk yang dapat mengurangi emisi karbon.

“Dengan mengurangi apa saja dalam penggunaan produk emisi karbon agar seluruh dunia dapat membelinya dan mencapai tujuan iklim kita semua,” tambah Gates ketika menjelaskan percepatan dari program yang dijalankan.

Mengutip dari CNBC, Sekretaris Energi Jennifer Granholm menjawab bahwa janji dari Gates menunjukkan bagaimana sektor swasta siap untuk memimpin perjuangan mengurangi emisi gas rumah kaca untuk mencapai nol bersih pada 2050.

“Investasi ini akan membuka teknologi baru untuk memosisikan AS sebagai pemimpin global ekonomi energi bersih sehingga menciptakan segala jenis pekerjaan dengan gaji baik di seluruh negara,” ujar Granholm.

 

Dana Akan Dipindahkan Untuk Negara Lain

(Foto: Ilustrasi dolar AS, investasi, uang. Dok Unsplash/Pepi Stojanovski)
(Foto: Ilustrasi dolar AS, investasi, uang. Dok Unsplash/Pepi Stojanovski)

Namun, ternyata pengesahan RUU tersebut masih belum disahkan sehingga dana yang dianggarkan dapat dialihkan untuk negara wilayah lain. Melansir dari Forbes, anggaran dana yang diberikan menghadapi nasib yang tidak menentu.

Sementara itu, Direktur Energi Institut Manajemen Lingkungan dan Energi di Universitas George Washington Scott Sklar merasa meskipun kemitraan antara publik dan swasta sudah terjalin untuk perubahan iklim sedang berlangsung, ia masih belum melihat adanya perubahan.

“Gates sedikit berjudi. Seperti yang dikatakan banyak pemimpin, kita perlu mempercepat adopsi teknologi untuk memenuhi tujuan iklim, tetapi itu akan mengambil beberapa resiko,” jelas Sklar kepada CNN Business, Jumat (13/08/2021).

Kemitraan yang terjalin dinilai memiliki fleksibilitas dari keduanya belah pihak dari skala besarnya saja, tetapi akan menjadi solusi yang kompleks untuk mengganti emisi bebas karbon. 

Direktur pelaksana Breakthrough Energy Jonah Goldman mengatakan tidak ada yang biner tentang iklim, solusi yang ditawarkan benar-benar melembagakan kembali fondasi gaya hidup modern kita.

Seluruh program yang direncanakan dapat berhasil dan disetujui oleh pemerintah AS. Namun, Gates memaparkan apabila rencana infrastruktur ini tidak lolos, kemungkinan besar Breakthrough akan memindahkan pendanaannya untuk proyek yang lebih besar ke Eropa dan Asia.

“Saya kan menjadi sangat kecewa jika RUU tidak disahkan,” jelas Gates. Oleh karena itu, pilihan alternatif lainnya adalah menarik perhatian negara Eropa dan Asia untuk menjalankan proyek tersebut.

Reporter: Caroline Saskia

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya