Sri Mulyani Beberkan Dampak Tapering AS hingga Evergrande China

Dampak dari dinamika global seperti isu tapering di Amerika Serikat, dan Eropa, serta risiko gagal bayar Evergrande dari China, berpotensi meningkatnya biaya impor

oleh Tira Santia diperbarui 25 Okt 2021, 13:00 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2021, 13:00 WIB
Rapat Kerja
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengikuti rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (17/6/2019). Pemerintah bersama Komisi XI DPR RI kembali melakukan pembahasan mengenai asumsi dasar makro dalam RAPBN 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, mengatakan dampak dari dinamika global seperti isu tapering di Amerika Serikat, dan Eropa, serta risiko gagal bayar Evergrande China, berpotensi meningkatnya biaya impor atau producer price.

“Kita juga harus mewaspadai meningkatnya produser price yang sekarang ini sudah dialami oleh berbagai produser terutama di sektor manufaktur tentu ini bisa berpotensi kepada inflasi di dalam negeri kita, meskipun sampai hari ini inflasi sangat baik,” kata Sri Mulyani dalam APBN Kita Edisi Oktober 2021, Senin (25/10/2021).

Menkeu menjelaskan, isu-isu dinamika global yang ada di negara-negara yang memiliki kemampuan untuk menciptakan kelebihan (spillover), seperti di Amerika serikat, Eropa dan Tiongkok tetap menjadi perhatian Pemerintah Indonesia, sehingga harus tetap diwaspadai.

“Karena mereka mampu menimbulkan Spillover atau rambatan kepada perekonomian dunia termasuk ke Indonesia. Di Amerika kemungkinan terjadinya tapering atau kenaikan suku bunga dari The Fed dan limit yang ditunda sampai Desember tapi tidak berarti mereka telah terjadi kesepakatan politik,” katanya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kenaikan Inflasi

Menkeu dan Mendag Tutup Perdagangan Bursa 2019
Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sambutan saat penutupan perdagangan Pasar Modal Indonesia Tahun 2019 di BEI, Jakarta, Senin (30/12/2019). Pada penutupan IHSG ditutup melemah cukup signifikan 29,78 (0,47%) ke posisi 6.194.50. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Misalnya di Eropa, jika terjadi kenaikan inflasi dan harga energi, mereka mungkin juga melakukan tapering seperti Amerika Serikat. Sehingga dampak dari Brexit yang menimbulkan disrupsi di sisi supply akan berdampak pada inflasi negara tersebut dan global.

Kemudian, di Tiongkok kasus gagal bayar Evergrande meskipun kemarin sudah bisa membayar cicilan utang atau bunganya.

Namun ini belum selesai dan tentu berpotensi perlambatan perekonomian di Tiongkok yang pasti memberikan dampak terhadap berbagai perekonomian dunia dari mulai harga komoditas hingga pertumbuhan ekonomi dunia secara keseluruhan.

“Berbagai fenomena kenaikan harga komoditas, kelangkaan input atau terjadinya disrupsi yang menekan kemudian kenaikan upah dan biaya shipping ini menjadi sesuatu yang pasti mempengaruhi juga ekonomi Indonesia,” pungkasnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya