Manajemen Garuda Indonesia Buka Suara Soal Biaya Sewa Pesawat Disebut Kemahalan

Biaya pesawat yang kemahalan disebut menjadi salah satu biang keladi masalah keuangan yang membelit Garuda Indonesia.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 03 Nov 2021, 20:02 WIB
Diterbitkan 03 Nov 2021, 20:02 WIB
Maskapai nasional Garuda Indonesia
Maskapai nasional Garuda Indonesia. (Dok Garuda)

Liputan6.com, Jakarta PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) buka suara terkait harga atau biaya sewa pesawat yang lebih mahal dari harga normal. Biaya sewa pesawat ini diungkap mantan Komisaris maskapai ini Peter F Gontha.

Biaya sewa pesawat yang kemahalan disebut menjadi salah satu biang keladi masalah keuangan yang membelit Garuda Indonesia.

Melalui keterbukaan di Bursa, Rabu (3/11/2021), VP Corporate Secretary & Investor Relations Garuda Indonesia, Mitra Piranti menjelaskan, harga sewa pesawat Perseroan didasarkan pada nilai sewa yang berlaku pada tahun pesawat tersebut diakuisisi, dengan mempertimbangkan jangka waktu sewa, tahun pembuatan, dan konfigurasi pesawat.

“Sehingga apabila harga sewa pesawat Perseroan dibandingkan dengan harga sewa yang berlaku di pasar atau market saat ini, pasti akan lebih tinggi untuk faktor pembanding yang sama,” jelas dia.

Selain itu, harga sewa di pasar akan menurun seiring bertambahnya usia pesawat, kondisi pasar, dan kondisi teknis pesawat tersebut.

Namun perihal jenis pesawat yang memiliki biaya sewa lebih tinggi dari harga normal, Perseroan tak menjelaskannya.

“Saat ini kami sedang melakukan renegosiasi sewa pesawat kepada lessor sebagai bagian dari upaya restrukturisasi Perseroan, termasuk menjajaki kemungkinan opsi skema sewa pesawat yang lebih ekonomis dengan memperhatikan kondisi referensi pasar,” tutur Mitra.

Menurut Mitra, pesawat yang dimiliki oleh Perseroan memiliki spesifikasi yang disesuaikan dengan perencanaan Perseroan saat pesawat diakuisisi. Sehingga diharapkan dapat mendorong peningkatan standar pelayanan sekaligus pemenuhan standar full-service pada lingkup global.

Sementara harga pasar adalah harga yang mengasumsikan pesawat diperoleh dengan spesifikasi standar pabrikan.

“Disamping itu, variasi metode akuisisi beberapa pesawat yang dilakukan oleh Perseroan pada saat itu turut mempengaruhi harga sewa secara keseluruhan,” jelasnya.

Untuk diketahui, maskapai pelat merah itu menyewa delapan jenis pesawat. Antara lain Boeing 777-300, Boeing 737-800, Boeing 737-8 Max, Airbus A330-200, Airbus A330-300, Airbus A330-900, CRJ1000 NextGen, dan ATR 72-600. Salah satu yang menjadi perbincangan belakangan yaitu jenis Boeing 777-300.

Diungkap Mantan Komisaris

Garuda Indonesia
Ilustrasi maskapai penerbangan Garuda Indonesia saat berhenti di apron Bandara Adi Soemarmo.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Sebelumnya, mantan Komisaris Garuda Indonesia, Peter Gontha meminta pertanggungjawaban dari Garuda Indonesia soal harga sewa pesawat Boeing 777 yang lebih besar dua kali lipat dari harga pasaran.

"Ini Boeing 777, harga sewa di pasar rata-rata USD 750.000 per bulan. Garuda mulai dari hari pertama bayar dua kali lipat? USD 1,4 juta per bulan. Uangnya kemana sih waktu diteken? Pingin tahu aja," tulis Peter Gontha, dikutip dari laman Instagram @petergontha.

Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu menyebut, bahwa persoalan menimpa Garuda Indonesia dari masa ke masa masih sama, yakni masalah penyewaan pesawat dari lessor. Permasalahan itulah yang kemudian membuat beban keuangan Perseroan menjadi tertekan.

Dia mengatakan, permasalahan penyewaan pesawat Garuda Indonesia bukan sesuatu hal yang baru. Masalah itu sudah mencuat sejak zaman Pemerintahan Gus Dur, kemudian berlanjut di era Pemerintahan Megawati.

"Saya perlu jelaskan dulu Garuda sebenarnya berkali-kali menghadapi hal seperti ini dan selalu biang keroknya adalah penyewaan pesawat itu selalu. Jadi diperbaiki pada saat Presiden Gus Dur terus rusak lagi pada saat Pemerintahan Megawati 2003-2004," kata Said Didu dikutip dari akun Youtubenya MSD, Rabu (3/11/2021).

"Jadi kita memang harus menduga bahwa ada mafia penyewaan pesawat ke Indonesia kita harus mulai curiga," sambung Said Didu.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya