Pemerintah Ganti LPG dengan DME, Bisa Hemat Rp 20 Triliun per Tahun

Harga LPG di pasaran dunia yaitu USD 850 per ton. Sementara harga DME lebih rendah yaitu sekitar USD 650 sampai USD 700 per ton.

oleh Liputan6.com diperbarui 23 Nov 2021, 12:50 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2021, 12:50 WIB
Operasional Pertamina Terintegrasi, Dorong Keandalan Energi Negeri
Terminal LPG di Wayame, Ambon Provinsi Maluku dengan kapasitas total 2.000 Matrik Ton (MT). (Foto:Dok.Pertamina)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah tengah merancang skenario untuk konversi energi yang berasal dari Liquified Petroleum Gas (LPG) menjadi Dimethyl Ether (DME). Konversi energi ini mampu menghemat pengeluaran negara hingga Rp 20 triliun per tahun.

"Kita akan melakukan efisiensi besar-besaran, karena harga DME tidak sebesar harga LPG," kata Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam diskusi, Jakarta, Selasa (23/11/2021).

Selama ini pemerintah mengimpor LPG sebesar 5,5 juta hingga 6 juta ton per tahun. Di saat yang sama, pemerintah juga menghabiskan sekitar Rp 12 triliun per 1 juta ton untuk memberikan subsidi bagi warga tidak mampu.

"Kalau kali 5,5 juta ton, sekitar Rp 60 triliun sampai Rp 70 triliun habis untuk subsidi LPG," katanya.

Bahlil melanjutkan, harga LPG di pasaran dunia yaitu USD 850 per ton. Sementara harga DME lebih rendah yaitu sekitar USD 650 sampai USD 700 per ton.

Perbandingan harga tersebut, membuar pemerintah mengambil kebijakan untuk menyiapkan DME yang merupakan produk dari hilirisasi batu bara kalori rendah untuk menggantikan LPG.

Reporter: Anggun P Situmorang

Sumber: Merdeka.com

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Di 2027 Pertamina Tak Impor LPG Lagi

Operasional Pertamina Terintegrasi, Dorong Keandalan Energi Negeri
Terminal LPG di Wayame, Ambon Provinsi Maluku dengan kapasitas total 2.000 Matrik Ton (MT). (Foto:Dok.Pertamina)

Sebelumnya, Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati optimis dalam dalam beberapa tahun ke depan Indonesia tidak akan lagi impor gas LPG. Setidaknya tahun 2027 Indonesia berhenti membeli gas LPG dari luar negeri.

"Tahun 2027 kita enggak impor gas LPG lagi," kata Nicke dalam Investor Daily Summit 2021, Jakarta, Rabu (14/7/2021).

Saat ini 70 persen kebutuhan LPG masih dipenuhi dari luar negeri. Maka, untuk mengurangi beban impor tersebut Pemerintah dan Perusahaan BUMN akan melakukan substitusi dengan sumber daya yang dimiliki Indonesia.

"Kita akan kembangkan coal, gasifikasi dme," kata dia.

Penggunaan kompor LPG juga akan disubtitusi dengan penggunaan kompor induksi. Sehingga masyarakat bisa memasak menggunakan listrik.

Program jaringan gas juga akan diperluas dan dipercepat. Agar masyarakat tidak lagi menggunakan LPG. Dua program ini kata Nicke akan mengurangi penggunaan LPG secara bertahap di masyarakat.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya