Liputan6.com, Jakarta - Menteri Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang, Hagiuda Koichi menyampaikan bahwa negaranya dan ASEAN bersama-sama terus berusaha menurunkan hambatan dan membuat peraturan tingkat lanjut untuk meningkatkan aktivitas ekonomi di Asia Tenggara.
Menteri Koichi membeberkan, terdapat tiga prinsip penting yang membantu meningkatkan hubungan ekonomi publik dan swasta antara Jepang dan ASEAN.
Baca Juga
"Pertama adalah realime, yaitu bagaimana melihat realita di setiap negara dan menawarkan solusi efektif untuk setiap permasalahan," kata Menteri Hagiuda Koichi, dalam webinar 'FPCI : The Next Chapter of ASEAN and Japan Economic Cooperation," Senin (10/1/2021).
Advertisement
"Kedua adalah inovasi dan keberlanjutan, yaitu dengan memanfaatkan sektor swasta secara maksimal dan menggunakannya untuk membuat fondasi ekonomi masyarakat yang berkelanjutan,"
Ketiga adalah kreasi masa depan. Hal ini berfokus pada menciptakan masa depan untuk kawasan Asia Tenggara dengan setara dan melengkapi satu sama lain - yang dapat ditingkatkan dengan kerja sama antara Jepang dan bisnis lokal.
Dalam kesempatan itu, Menteri Hagiuda Koichi juga mengakui performa dan kemajuan digital start-up di negara-negara Asia Tenggara menunjukkan masa depan yang cerah bagi kawasan tersebut.
Kejar Net Zero Emission di 2060, Indonesia-Jepang Jalin Kerja Sama Transisi Energi
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif melakukan penandatanganan kerja sama (Memorandum of Cooperation/MoC) tentang Realization of Energy Transitions bersama Menteri Ekonomi, Perdangangan, dan Industri (METI) Jepang Hagiuda Koichi pada Senin, 10 Januari 2022.
Tujuan penandatangan ini adalah memfasilitasi kerja sama energi antara kedua pihak guna merealisasikan transisi energi.
"Terima atas inisiatif terlaksananya kerja sama dan penandatangan MoC ini. Ini tentu saja upaya yang luar biasa dari pihak Jepang," kata Arifin usai penandatangan MoC di Gedung Heritage Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (10/1/2022).
Menurut Arifin, pelaksanaan transisi energi di Indonesia perlu mendapat dukungan dari mitra internasional demi target pencapaian Net Zero Emission (NZE) di 2060.
"Kami mengundang partisipasi investor supaya bisa mendukung program Indonesia. Beberapa perangkat kebijakan yang kami lakukan adalah memberikan kemudahan berbisnis dan menyiapkan Rancangan Peraturan Menteri ESDM terkait tarif EBT," jelasnya.
Arifin juga mengakui, sektor energi dipastikan akan menghadapi tantangan besar di masa mendatang.
Masih ada kecenderungan akan tingginya ketergantungan energi fosil. Adanya kerja sama ini diharapkan mampu menjadi proses alih teknologi demi mewujudkan percepatan transisi energi.
"Indonesia dan Jepang bisa mengembangkan bersama-sama teknologi Carbon, Capture, Utilization, and Storage (CCUS) dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di Indonesia," ungkap Arifin.
Sementara Menteri Ekonomi, Perdangangan, dan Industri (METI) Jepang, Hagiuda Koichi, menyambut baik kerjasama guna membantu mempercepat pencapaian proses transisi energi di Indonesia.
"Jepang ingin membantu merealisasikan target tersebut melalui kerangka Asia Energy Transition Inisiative," ujar Haguida.
Advertisement