Liputan6.com, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir membagikan risikonya jadi pejabat publik. Erick Thohir mengaku kerap mendapatkan kritik dari banyak orang.
Erick membagikan sejumlah tangkapan layar berita mengenai dirinya. Terlihat ada sejumlah apresiasi dan ada pula sejumlah capaian yang dia kerjakan.
Baca Juga
Menyikap berbagai tanggapan itu, ia menyebut segala kritik adalah risiko yang biasa diterima pejabat publik. Apalagi, berhadapan langsung dengan publik.
Advertisement
"Jadi pejabat publik musti siap, kerja benar dimaki, apalagi salah. Itu risiko," katanya, mengutip unggahan Instagram @erickthohir, Kamis (7/7/2022).
Ia turut memberikan pandangannya dalam menghadapi kritik dan masukan yang ia terima. Melengkapi unggahan tersebut ia menuliskan sedikit pandangannya.
"Kritik yang membangun, adalah bahan untuk introspeksi. Kritik yang menghancurkan, itu namanya risiko," tegas dia.
Kendati begitu, ia ingin memastikan di masa kepemimpinannya sebagai pejabat publik, ia tetap memberikan kontribusi terbaik. Termasuk saat ia menjabat sebagai Menteri BUMN saat ini.
"InsyaAllah, berusaha untuk terus amanah, dalam ikhtiar mentransformasi BUMN agar bermanfaat untuk masyarakat," tutup Erick.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bawa BUMN Sumbang Rp 1.200 Triliun
Menteri BUMN Erick Thohir sukses membawa lembaganya memberikan kontribus luar biasa sebesar Rp 1.200 triliun kepada negara. Angka tersebut didapat selama kurun waktu tiga tahun terakhir sejak Kementerian BUMN dipimpin oleh Erick Thohir.
"Alhamdulillah, kontribusi BUMN untuk Indonesia mencapai Rp1.200 T pada tiga tahun terakhir," ujar Erick Thohir, ditulis Selasa (5/7/2022).
Erick Thohir memaparkan, Rp 1.200 triliun diperoleh dari dividen, pajak dan bagi hasil dari perusahaan-perusahaan pelat merah. Setiap tahunnya, Eks Presiden Inter Milan ini mengatakan ada peningkatan sebesar Rp 50 triliun untuk menyumbang pendapatan negara.
"Artinya tiga tahun terakhir ini ada kenaikan masing-masing pertahun Rp 50 triliun lebih tinggi dari tahun sebelumnya," ujar Erick Thohir.
Sejak dipimpin Ketum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) ini, BUMN telah banyak mengalami perubahan signifikan. Salah satu di antaranya adalah peningkatan laba bersih BUMN yang mencapai Rp 126 trilun dari Rp 13 triliun.
"Alhamdulillah laba 2021 dibandingkan tahun sebelumnya, yang tadinya Rp 13 triliun, sekarang dengan segala efisiensi dan perbaikan model bisnis, laba bersih untuk 2021 sebesar Rp 126 triliun," terang Erick Thohir.
Advertisement
Banyak Pihak
Anggota Kehormatan Banser itu sadar keberhasilan ini tidak mungkin diraih tanpa dukungan dari berbagai pihak.
Erick Thohir mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang sudah membantunya selama ini, tidak terkecuali Komisi VI DPR RI sebagai mitra Kementerian BUMN.
"Ini merupakan hasil kerja sama antara Kementerian BUMN dan Komisi VI. Kementerian BUMN mengucapkan terima kasih atas dukungan dari mitra kerja kami, Komisi VI DPR RI. Semoga dukungan ini bisa terus meningkatkan kinerja BUMN dan memberikan manfaat bagi masyarakat," pungkas Erick Thohir.
Tak Kunjung Jadi Negara Maju
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkap masalah yang dimiliki Indonesia. Yakni, tak adanya komitmen jangka panjang.
Hal ini, menurutnya, membuat Indonesia tertinggal di berbagai bidang. Salah satu yang dicontohkannya terkait aerospace.
"Kalau bicara aerospace lebih tertinggal lagi kita, karena memang sudah cikal bakal yang dilahirkan Pak Habibie itu luar biasa. Tetapi problemnya sama, kita sebagai bangsa tak punya komitmen jangka panjang," katanya dalam sesi diskusi bersama mahasiwa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Selasa (21/6/2022).
Guna membangkitkan komitmen ini, Ia telah mengambil langkah di industri pertahanan dalam negeri. Ini melalui penandatanganan bersama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
"Supaya industri pertahanan kita ini jangan punya roadmap pertahun, harus roadmap 10 tahun, supaya industrinya bisa diturunkan," katanya.
Hal yang sama juga berlaku di industri digital. Potensi ekonomi digital indonesia terbilang besar, jika tak dimanfaatkan, kata dia, Indonesia hanya akan menjadi pasar tujuan.
Di sisi lain, sektor logistik diakui Erick juga masih tertinggal. Ini tercermin dari biaya logistik yang berlaku di Indonesia.
"Kita hari ini baru bicara memperbaiki biaya logistikkita yang termahal di dunia, dengan 23 persen dibansingkan negara-negara lain (sebesar) 12 persen (dari total biaya)," ungkapnya.
Advertisement