Liputan6.com, Jakarta - Harga emas tergelincir pada perdagangan Rabu dan membukukan penurunan bulanan terpanjang sejak 2018. Anjloknya harga emas hari ini disebabakan oleh kenaikan suku bunga secara agresif dri Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) dan juga beberapa bank sentral lainnya.
Mengutip CNBC, Kamis (1/9/2022), harga emas dunia di pasar gold turun 0,6 persen menjadi USD 1.712,56 per ounce pada pukul 02.03 malam. Harga emas telah turun 3 persen di sepanjang Agustus dan mencetak penurunan bulan kelima berturut-turut.
Baca Juga
Tak Berbeda jauh, harga emas berjangka AS juga turun 0,6 persen pada perdagangan Rabu menjadi USD 1.726,2 per ounce.
Advertisement
Bank Sentral di dunia semakin jelas untuk terus membuat kebijakan yang pengetatan yang agresif karena tekanan inflasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Analis senior OANDA Edward Moya mengatakan, hal ini tidak baik untuk harga emas.
Pejabat The Federal Reserve Loretta Mester mengatakan, bank sentral perlu menaikkan suku bunga sedikit di atas 4 persen pada awal tahun depan.
Sementara itu, inflasi zona Euro melonjak ke rekor tertinggi lainnya dan akan segera memasuki level di atas 10 persen. Hal ini menandai serangkaian kenaikan suku bunga yang besar.
Emas dikenal sebagai investasi yang aman selama krisis ekonomi dan geo-politik, tetapi suku bunga yang tinggi membuat aset yang tidak memberikan imbal hasil ini kurang menarik bagi investor.
Bertahan di atas USD 1.700 per Ounce
Snalis Kinesis Money Rupert Rowling dalam sebuah catatan menuliskan, harga emas mampu bertahan di atas level kunci USD 1.700 per ounce dalam perdagangan selama ini. Hal ini semata-mata menunjukkan masih ada harapan dari pelaku pasar bahwa harga emas menjadi pengaman di tengah kekhawatiran resesi global dan perang Ukraina.
Sedangkan CEO Deutsche Bank AG, Christian Sewing memperingatkan ekonomi global mungkin menuju resesi karena bank sentral di sejumlah negara meningkatkan upaya untuk mengekang inflasi.
Christian Sewing menyebut ekonomi global tengah menghadapi berbagai tekanan, salah satu masalah rantai pasokan di China hingga kenaikan harga pangan, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah.
"Setidaknya saya akan mengatakan kita melihat kemungkinan 50 persen resesi global," kata Christian Sewing dalam sebuah wawancara, dikutip dari Bloomberg, pada Rabu 20 Juli 2022.
Menurut Sewing, kemungkinan resesi di Amerika Serikat dan Eropa datang pada paruh kedua 2023 mendatang.
Analis di Citigroup Inc juga mengungkapkan prediksi serupa, mengutip guncangan pasokan dan suku bunga yang tinggi.
"Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa disinflasi sering membawa biaya yang berarti untuk pertumbuhan dan kami melihat kemungkinan agregat resesi saat ini mendekati 50 persen," demikian pernyataan bersama ekonom Citigroup.
Advertisement
Harga Logam Mulia Lain
Sedangkan harga perak di pasar spot turun 2,6 persen menjadi USD 18 per ounce. Ini adalah penurunan 11 persen di bulan ini dan di berada dalam jalur untuk penurunan bulanan terbesar sejak September 2020.
Harga platinum turun 0,6 persen menjadi USD 842,30. Harga Palladium turun tipis 0,7 persen menjadi USD 2.072,53.
Moya mengatakan, aktivitas pabrik China dalam beberapa bulan mendatang akan menjadi kunci permintaan logam industri.