Liputan6.com, Jakarta Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menemukan fakta baru kecelakaan maut truk tangki Pertamina di Cibubur beberapa waktu lalu. Ada kegagalan sistem rem yang jadi akibat kecelakaan tersebut.
Senior Investigator KNKT, Ahmad Wildan, mengatakan ada temuan kalau rem tidak berfungsi secara optimal saat perjalanan. Ini didapat dari keterangan sopir truk Pertamina.
Baca Juga
"Saat melewati tol Rawamangun – Cawang Pengemudi mendengar suara mendesis dan tekanan angin di kabin menunjukkan angka 7 bar, pengemudi memeriksa kendaraan namun tidak menemukan sumber suara mendesis," ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (18/10/2022).
Advertisement
Semula, pada 18 Juli 2022 Truk Trailer Pertamina B-9598-BEH berangkat dari TBBM Plumpang sekitar jam 14.00 menunju Cileungsi Kabupaten Bogor dengan membawa Pertalite 24.000 liter. Kemudian ada gangguan dengan suara mendesis tadi.
Selanjutnya, disebut selama perjalanan pengemudi merasakan rem kurang pakem. Saat keluar gerbang tol Cibubur, pengemudi mulai merasakan gangguan pada sistem rem, saat itu persnelling kendaraan di posisi 5.
"Pengemudi berpindah lajur dari lajur cepat ke lajur lambat paling kiri dan mencoba melakukan pengereman namun tidak berhasil. Pengemudi juga sudah menarik rem trailer maupun hand brake namun tidak bekerja sesuai yang diharapkan," paparnya.
Dengan begitu, truk trailer tidak dapat dikendalikan dan menabrak 2 mobil penumpang di lajur lambat. Truk trailer tetap melaju tidak berhenti sekalipun sudah menabrak 2 mobil penumpang.
Dan pengemudi berinisiatif untuk berpindah lajur untuk terlepas dari dua kendaraan dimaksud karena kondisi sebelah kiri trotoar cukup tinggi. Namun ternyata di lajur kanan terdapat kerumunan kendaraan yang sedang berhenti karena lampu APILL menunjukkan warna merah.
"Pada kecelakaan ini 10 orang meninggal dunia, 5 orang luka berat dan 1 orang luka ringan," terangnya.
Â
Identifikasi Jalan
Di sisi lain, Wildan menerangkan pihaknya juga turut mengidentifikasi jalanan transyogi, tempat kejadian maut tersebut. Jalan itu merupakan bagian dari jalan kolektor primer yang sedang dalam masa transisi pembinaan dari pemerintah daerah ke pemerintah pusat.
Karakteristik jalan kolektor primer adalah kecepatan paling rendah 40 km/jam untuk jenjang terendah, lebar minimal 9 meter dengan akses terbatas. Jalan Transyogi adalah termasuk dalam jenjang kolektor primer tertinggi, yaitu kolektor primer 1 yang memiliki peran menghubungkan antar ibukota provinsi.
Dari keterangan ini, tak ditemukan masalah dari sisi jalan yang dilalui. Begitupun soal kondisi geometrik jalanan tersebut.
Kemudian, dari sisi fasilitas jalan, KNKT juga tak menemukan adanya kendala tambahan yang menyebabkan kecelakaan tersebut.
Hanya saja, ada beberapa temuan soal kondisi fasilitas jalan ini. Saat ini skema manajemen dan rekayasa lalu lintas yang diterapkan di ruas jalan Transyogi masih pada skema jalan provinsi, dengan seluruh asset fasilitas jalan adalah milik Pemerintah Daerah. Desain perambuan dan marka juga masih terlihat mempertimbangkan untuk kepentingan lalu lintas lokal dengan kecepatan rendah, seperti adanya pita penggaduh pada badan jalan, tingginya bukaan median, tingginya akses jalan minor ke jalan utama dan lainnya.
"Selain itu, KNKT juga mencermati keberadaan rambu yang bercampur dengan iklan atau reklame di sepanjang jalan. Hal ini dapat menimbulkan distraction pada pengemudi atau bahkan pengemudi mengabaikan informasi yang disampaikan oleh rambu dimaksud, karena terlalu banyak informasi yang diterima oleh pengemudi di sisi jalan. Kondisi ini merupakan hazard dan bisa menurunkan kewaspadaan pengemudi dan bahaya lainnya," beber Wildan.
Â
Advertisement
Investigasi KNKT
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mulai melakukan proses investigasi menyeluruh atas kecelakaan maut di Jalan Raya Alternatif Transyogi Cibubur, Kelurahan Jatirangga, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi.
"Pertama kita periksa kendaraan, kemudian kita juga akan mengukur jalan ini, selopnya berapa, panjang landai tipisnya berapa, terus ada isu mengenai 'traffic light' juga, nanti kita amati dan analisa," kata Senior Investigator KNKT Ahmad Wildan di Bekasi, dilansir Antara, Selasa (19/7).
Pihaknya juga akan meminta keterangan dari sang pengemudi truk tangki bahan bakar minyak sebagai penyebab tabrakan beruntun untuk mengetahui seperti apa ihwal kejadian yang sebenarnya.
"Kita lakukan evaluasi komprehensif untuk menarik kesimpulan. Jadi, nanti kita akan menganalisa secara holistik semuanya. Kita terfokus pada kejadian di titik itu, atau bisa jadi melebar ke mana, tetapi kita belum tahu," ucapnya.
Â
Pertamina Jamin Perawatan Korban
Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Alfian Nasution menegaskan pihaknya siap bertanggung jawab terhadap seluruh biaya perawatan korban luka, serta pemberian santunan bagi korban jiwa kecelakaan mobil tangki di Cibubur, Kota Bekasi, Jawa Barat, pada Senin (18/7/2022).
"Kami terus berupaya maksimal dalam mengawal proses penanganan korban. Pertamina Patra Niaga akan bertanggung jawab penuh," kata Alfian dalam keterangan tertulis yang dikutip Selasa (19/7/2022).
"Sekali lagi kami sampaikan permohonan maaf atas kejadian ini, serta turut berduka cita yang mendalam kepada korban dan keluarga korban," sambung pernyataan Alfian.
Alfian sendiri hadir secara langsung menemui keluarga korban di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur sekitar pukul 20.00 WIB, serta korban luka yang tengah di rawat di RS Permata Cibubur, sekitar pukul 21.30 WIB.
Sementara itu, Dirgakkum Korlantas Polri Brigjen Aan Suhanan dalam keterangannya menjelaskan bahwa terdapat 10 korban jiwa yang tengah diidentifikasi, dan 5 korban luka-luka.
Saat ini, 9 korban jiwa sudah berada di RS Polri Kramat Jati, dan 1 korban jiwa berada di RS Permata Cibubur. Sedangkan, 5 korban luka tengah ditangani untuk pengobatan di RS Permata Cibubur.
Adapun penyebab kecelakaan masih dalam tahap investigasi. Bekerja sama dengan aparat kepolisian, Pertamina Patra Niaga terus berupaya maksimal dalam melakukan prosedur pengamanan dan pemindahan di lokasi kejadian.
"Saat ini untuk mobil tangki BBM di lokasi kejadian tengah dilakukan pendinginan untuk mencegah munculnya percikan api, dan memastikan lokasi dalam kondisi aman," ujar Alfian.
"Alat berat sudah berada di lokasi, dan kami akan segera melakukan prosedur pengamanan dan pemindahan mobil tangki di lokasi kejadian. Kami mohon doanya agar proses penanganan korban maupun penanganan di lokasi kejadian dapat berjalan dengan baik malam ini," Alfian menandaskan.
Advertisement