Liputan6.com, Jakarta Ketika harga batu bara meledak, membawa berkah bagi segelintir orang yang menggeluti bisnis tambang ini. Di Indonesia, tercatat beberapa nama pengusaha batu bara yang juga merupakan orang terkaya Indonesia dipastikan ikut menikmati aliran uang dari lonjakan harga komoditas tambang tersebut.
Lonjakan harga batu bara terjadi sejak 2022. Mengutip catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Harga Batu Bara Acuan (HBA) Indonesia pada Januari 2023 meroket hingga 8,43 persen menjadi USD 305,21 per ton dari Desember 2022 yang hanya mencapai USD 281,48 per ton.
Adapun kenaikan harga batu bara ini antara lain berbagai faktor. Mulai dari kondisi perang Rusia Ukraina hingga terjadinya gangguan distribusi batubara di Australia sebagai salah satu pemasok batu bara global di awal tahun ini.
Advertisement
Melansir laman Forbes bertajuk real-time billionaires rankings, Jumat (10/2/2023), inilah 3 orang terkaya Indonesia yang paling menikmati keuntungan lonjakan harga batu bara. Siapa saja?
1. Low Tuck Kwong
Dikenal sebagai raja batu bara, Low Tuck Kwong merupakan kelahiran Singapura. Dia kemudian mendirikan Bayan Resources, sebuah perusahaan pertambangan batu bara di Indonesia.
Dia juga mengendalikan perusahaan energi terbarukan Singapura Metis Energy - sebelumnya dikenal sebagai Manhattan Resources - dan memiliki kepentingan di The Farrer Park Company, Samindo Resources, dan Voksel Electric.
Low turut menjadi pendukung SEAX Global, yang membangun sistem kabel laut bawah laut untuk konektivitas internet yang menghubungkan Singapura, Indonesia, dan Malaysia.
Geliat bisnisnya dimulais aat Low bekerja untuk perusahaan konstruksi ayahnya di Singapura kala remaja. Dia kemudian pindah ke Indonesia pada tahun 1972 untuk mendapatkan kesempatan yang lebih besar.
Low akhirnya menggeluti bisnis kontraktor bangunan tetapi mendapatkan jackpot setelah membeli tambang pertamanya pada tahun 1997.
Kini, dia tercatat menjadi orang terkaya nomor wahid di Indonesia. Mengutip data Forbes, Kamis malam (9/2/2023) hartanya mencapai USD 26,9 miliar. Sementara posisinya di dunia, dia berada pada peringkat 801.
2. Kiki Barki
Pengusaha batubara Kiki Barki mendirikan Harum Energy pada tahun 1995. Kemudian Perseroan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 6 Oktober 2010, dengan kode perdagangan saham HRUM.
PT Harum Energy Tbk adalah induk perusahaan, dengan portofolio usaha di bidang pertambangan batu bara dan mineral, serta kegiatan logistik dan pengolahan yang berlokasi di Kalimantan Timur dan Maluku Utara, Indonesia.
Putra tertuanya Lawrence Barki ditunjuk sebagai Presiden Komisaris sementara putra bungsu Steven Scott Barki menjabat komisaris.
Kiki Barki juga memiliki tambang batu bara swasta Tanito Harum. Keluarga tersebut memiliki saham di Nickel Mines yang terdaftar di Australia, yang memiliki satu tambang nikel dan dua pabrik nickel pig iron di Indonesia.
Melansir Forbes, dia tercatat kini memiliki kekayaan USD 1,4 miliar. Dan menduduki posisi 16 sebagai orang terkaya di Indonesia. Sementara posisi global di peringkat 2035.
Advertisement
3. Edwin Soeryadjaya
Edwin Soeryadjaya adalah putra mendiang William Soeryadjaya, pendiri konglomerat Astra International.William menjual sahamnya di Astra pada tahun 1992 untuk menyelamatkan Bank Summa, yang dijalankan seorang anggota keluarga; akibatnya hartanya terhapus.
Edwin kemudian membantu membangun kembali kekayaan keluarga melalui perusahaan induk Saratoga Investama Sedaya, yang didirikannya pada tahun 1997.
Putra Edwin, Michael, adalah Presiden Direktur perusahaan tersebut, yang diperdagangkan secara publik dan memiliki saham di sekitar 20 perusahaan, termasuk perusahaan batubara Adaro Energy.
Terkait Adaro, melansir laman resminya, nama ‘Adaro’ dipilih oleh perusahaan Enadimsa dalam rangka menghormati keluarga Adaro, yang sangat terkenal dalam sejarah Spanyol, yang berperan besar dalam kegiatan penambangan di Spanyol selama beberapa abad. Kemudian lahirlah PT Adaro Indonesia.
Usai itu perjanjian Kerjasama Batubara Adaro Indonesia (CCA) ditandatangani pada tanggal 2 November 1982. Enadimsa melaksanakan kegiatan eksplorasi di area perjanjian dari tahun 1983 hingga 1989, ketika konsorsium yang terdiri dari perusahaan Australia dan Indonesia membeli 80% kepemilikan Adaro Indonesia dari Enadimsa.
Tambang Adaro Indonesia telah bertumbuh menjadi lokasi tambang tunggal terbesar di belahan bumi bagian selatan, dan produksi telah bertumbuh dari awal mula 1 juta ton pada tahun 1992, dan beberapa tahun mencetak pertumbuhan yang luar biasa.
Sebagai contoh, pada tahun 2006, Adaro Indonesia meningkatkan produksi sebanyak lebih dari 28% dari tahun sebelumnya menjadi 34,4 juta ton.
Hingga hari ini, produksi dan penjualan batubara Adaro Indonesia telah memiliki tren pertumbuhan stabil. Terlepas dari tantangan Pandemi Covid-19, total produksi tahun 2021 mencapai 52,7 juta ton.
Adapun kini, Edwin tercatat memiliki kekayaan USD 1,3 miliar menurut Forbes. Dia menempati peringkat 19 orang terkaya di Indonesia pada 2022. Sedangkan peringkat dunia di 2.191.