Digital Bank dan Bank Digital Ternyata Beda, Ini Penjelasannya!

Istilah digital bank merujuk kepada pemahaman bahwa kehadiran bank tersebut hanya secara online dan tidak memiliki cabang.

oleh Arthur Gideon diperbarui 26 Mei 2023, 19:17 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2023, 19:17 WIB
Ilustrasi daftar kode bank
Ilustrasi daftar kode bank. (Photo by vectorjuice on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Industri perbankan terus mengalami perkembangan yang pesat saat ini. Di tengah perkembangan teknologi yang tidak bisa dibendung, industri perbankan juga terus mengalami digitalisasi. Kemudian munculnya bank digital dan digital bank. 

Head of Digital Banking, Branchless, and Partnership PT Bank CIMB Niaga Tbk Lusiana Saleh menjelaskan, ternyata ada perbedaan yang mencolok antara istilah digital bank dan bank digital.

Istilah digital bank merujuk kepada pemahaman bahwa kehadiran bank tersebut hanya secara online dan tidak memiliki cabang. Namun, digital bank di Indonesia disebut masih memiliki cabang menimbang bank-bank tersebut sebelumnya termasuk ke dalam bank buku 2 dan buku 1 .

“Nah, yang kita sebut bank digital adalah conventional banks yang turn into digital. Maksudnya masih seperti bank sekarang, masih punya cabang, masih beroperasi conventionally, punya teller punya CS (Customer Service), tapi secara digital function-nya itu dibesarkan, di-leverage,” kata Lusiana dikutip dari Antara, Jumat (26/5/2023).

Misalnya, CIMB Niaga disebut masih memiliki lebih dari 400 cabang dan beroperasi secara penuh. Pada sisi lain, bank itu juga memiliki OCTO Mobile, sehingga masyarakat tidak perlu lagi datang ke cabang untuk melakukan transaksi.

Menurut dia, perluasan bank konvensional ke digital dilakukan dalam rangka memperkenalkan proses baru seperti memberikan cashback dapat waktu yang cepat.

“Kalau kami tidak berubah, kami akan ketinggalan, dan akhirnya banyak nasabah yang tadinya loyal ke kami akan pindah ke bank lain,” ujarnya lagi.

Ia melanjutkan, keterlibatan Bank CIMB Niaga dari bank konvensional yang melebarkan sayap ke bank digital ini dilakukan agar tak tertinggal dengan bank-bank yang lain.

“Customer kami memang banyak, mulai dari middle size up sampai ke priority class, tapi tidak melupakan nasabah-nasabah yang baru lulus kuliah dan first jobber yang lama-lama nanti jadi nasabah itu kan (middle size up hingga priority class). Makanya kami harus terus bekerja keras untuk terus meningkatkan digital-digital function kami di OCTO Mobile,” ujar Lusiana.

Penetrasi Bank Digital di Indonesia Terbesar Kedua Dunia, Bank Jago Genjot Inovasi Baru

(Ilustrasi PT Bank Jago Tbk (ARTO) Dok: Bank Jago
(Ilustrasi PT Bank Jago Tbk (ARTO) Dok: Bank Jago

Sebelumnya, survei dari Finder.com menemukan jumlah pemilik rekening bank digital di Indonesia mencapai 47,7 juta pada 2021. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat penetrasi bank digital terbesar kedua di dunia.

Sementara menurut Personal Financial Services Report McKinsey di tahun yang sama, 78% pelanggan Indonesia aktif menggunakan bank digital dalam keseharian, naik dari 57% pada 2017.

Selain itu, 47% responden tertarik untuk memindahkan rekening ke bank digital karena kemudahan yang ditawarkan.

Untuk mendukung peningkatan adopsi layanan perbankan digital, Bank Jago menggenjot berbagai inovasi yang dapat membantu mengelola keuangan nasabah dengan lebih baik.

Dalam acara bertajuk “The Future of Fintech: How Emerging Technologies are Changing Financial Management”, Bank Jago memaparkan bagaimana perkembangan teknologi dapat membantu nasabah dalam pengalokasian anggaran, pencatatan transaksi, hingga pembelian produk finansial.

Head of Consumer Business Customer Value Management PT Bank Jago Tbk, Irene Santoso, menilai banyak nasabah bank yang menginginkan cara lebih praktis untuk mengalokasikan tabungan.

Antara lain mulai dari merencanakan keuangan hingga mengalokasikan dana untuk berbagai kebutuhan, misalnya untuk keperluan transportasi, hiburan, atau tabungan jangka panjang.

"Fitur Kantong (Pockets) pada aplikasi Jago memungkinkan nasabah untuk mengatur Kantong yang berbeda-beda untuk masing-masing tujuan, di mana mereka bisa membuka hingga 40 ‘Kantong’," ujar Irene, dikutip Kamis (23/3/2023).

"Pengguna bisa memilih Kantong mana yang terhubung ke kartu debit, mengatur limit bayar, mengunci Kantong untuk mendapatkan bunga lebih besar, atau membuka Kantong Bersama agar bisa menabung dengan pasangan, keluarga, atau teman-teman,” lanjutnya menjelaskan.

 

Fitur QRIS dan Integrasi ke GoTo

Sejalan dengan arus perputaran uang yang semakin terdigitalisasi, penggunaan uang tunai sebagai alat transaksi pun berkurang.

McKinsey melaporkan, lebih dari setengah (55%) responden menggunakan uang tunai kurang dari 30% untuk keperluan mingguannya. Selebihnya, mayoritas transaksi dilakukan melalui mobile ataupun internet banking.

Melihat hal tersebut, Bank Jago menyediakan fitur QRIS yang terhubung dengan Kantong Jago, memungkinkan nasabah melakukan pembayaran dengan mudah dan cepat.

Selain lebih mudah mengatur pengeluaran, nasabah juga bisa lebih disiplin dalam mengatur pengeluaran sesuai budget yang ditentukan di Kantong Jago, jadi tidak perlu takut overspend.

Ini merupakan upaya Bank Jago untuk menjadi mitra perbankan yang memahami kebutuhan pengguna dan mempermudah manajemen keuangan pribadi pengguna.

Aplikasi Jago juga tertanam dalam ekosistem digital di Indonesia. Salah satunya ekosistem GoTo yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, seperti Gojek, GoPay, dan GoBiz.

Misalnya pengguna bisa menghubungkan akun Bank Jago sehingga bebas biaya transfer dan biaya top-up antar GoPay Jago.

Di sisi lain, Bank Jago turut meningkatkan kemudahan investasi di mana pengguna dapat terhubung dengan aplikasi investasi digital, seperti Bibit dan Stockbit.

  

Infografis: Persaingan Ketat, Ekosistem Bank Digital Harus Kuat (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis: Persaingan Ketat, Ekosistem Bank Digital Harus Kuat (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya