Pantauan Badan Pangan: Sejumlah Komoditas Turun Harga jelang Idul Adha 2023

Gerakan Pangan Murah (GPM) menjadi salah satu instrumen pengendalian inflasi pangan di mana pemerintah menyediakan berbagai bahan pangan pokok strategis antara lain beras, minyak goreng, daging ayam, daging sapi, cabai, bawang, dan lainnya dengan harga yang terjangkau atau di bawah harga pasar.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Jun 2023, 19:15 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2023, 19:15 WIB
Jelang Nataru, Harga Bahan Pokok Merangkak Naik
Badan Pangan Nasional menguatkan kolaborasi bersama stakeholder dengan menggencarkan gelar pangan murah, fasilitasi distribusi pangan dan memaksimalkan bantuan pangan untuk masyarakat berpendapatan rendah. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menjalankan langkah strategis untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan jelang Hari Raya Idul Adha 2023.

Badan Pangan Nasional menguatkan kolaborasi bersama stakeholder dengan menggencarkan gelar pangan murah, fasilitasi distribusi pangan dan memaksimalkan bantuan pangan untuk masyarakat berpendapatan rendah.

Arief mengatakan dengan meningkatkan permintaan pada momentum Idul Adha merupakan siklus tahunan di mana pemerintah harus memastikan pasokan aman dan terjangkau sehingga tidak terjadi kelangkaan yang menyebabkan melonjaknya harga.

"Kita bersama seluruh stakeholders tentunya terus memantau pergerakan pasokan dan harga pangan, juga melakukan intervensi di lapangan melalui serangkaian kegiatan," ujar Arief dalam keteranganya, Senin (19/6/2023).

Oleh karena itu, Gerakan Pangan Murah (GPM) menjadi salah satu instrumen pengendalian inflasi pangan di mana pemerintah menyediakan berbagai bahan pangan pokok strategis antara lain beras, minyak goreng, daging ayam, daging sapi, cabai, bawang, dan lainnya dengan harga yang terjangkau atau di bawah harga pasar.

Instrumen lainnya yang juga menjadi penopang dalam rangka pengendalian inflasi dan menjaga daya beli masyarakat adalah dengan disalurkannya bantuan pangan beras, daging ayam, dan telur ayam kepada masyarakat berpendapatan rendah dan keluarga berisiko stunting.

"Untuk beras, Perum Bulog tengah menggelontorkan bantuan tahap ketiga yang saat ini telah mencapai 67,9 persen atau terealisasi 14,49 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dari 21,353 juta KPM di seluruh Indonesia. Sementara untuk bantuan daging ayam dan telur ayam yang dikelola ID FOOD untuk tahap pertama telah mencapai 93.1 persen atau 1,346 juta Keluarga Risiko Stunting (KRS) dari total 1,464 juta KRS di 7 provinsi dengan prevalensi stunting yang cukup tinggi," terangnya.

 

Kebutuhan Daging Sapi Cukup

20160805-Pedagang Daging Sapi-Jakarta- Angga Yuniar
Aktivitas jual beli daging sapi di Pasar Senen, Jakarta, Jumat (5/8). Pemerintah mencabut ketentuan kewajiban importir daging untuk menyerap daging lokal sebanyak tiga persen dari total kuota impor yang diperoleh. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Adapun untuk daging sapi yang biasanya mengalami peningkatan permintaan pada momentum Idul Adha, dipastikan dalam kondisi yang cukup.

Kebutuhan daging sapi bulan Juni mencapai 240 ribu ton yang dipenuhi dari stok carry over bulan sebelumnya sebesar 62,5 ribu ton ditambah potensi produksi daging sapi/kerbau lokal dan bakalan sebanyak 779,7 ribu ekor setara dengan 137,5 ribu ton serta tambahan dari pengadaan luar negeri sebesar 69,9 ribu ton, sehingga di akhir Juni 2023 stok daging sapi/kerbau masih surplus sekitar 29,7 ribu ton.

Disisi lain, berdasarkan Panel Harga Pangan yang diakses melalui panelharga.badanpangan.go.id terpantau beberapa komoditas pangan mengalami penurunan dalam periode 11 sampai 19 Juni 2023, seperti kedelai biji kering turun 0,54 persen, beras medium 0,17 persen, bawang putih bonggol 0,11 persen, daging ayam ras 0,03 persen, dan minyak goreng kemasan 0,56 persen.

 

Sinergi dengan Pemda

Sementara beberapa komoditas yang mengalami kenaikan antara lain jagung di tingkat peternak 0,47 persen, daging sapi murni 0,10 persen, dan cabai rawit merah 0,15 persen. Sedangkan bawang merah, telur ayam ras, dan gula konsumsi terpantau stabil.

"Monitoring harga secara harian kita lakukan bersinergi dengan seluruh dinas pangan provinsi dan kabupaten/kota, sehingga bisa terpantau kondisi pergerakan harga secara nasional. Pada momentum HBKN memang biasanya terjadi kenaikan permintaan yang menyebabkan kenaikan harga pada beberapa komoditas tertentu. Namun kita akan terus memastikan bahwa pasokan cukup, dan harga terjangkau melalui serangkaian instrumen kebijakan stabilisasi serta monitoring pasokan dan harga," tutupnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya