Grab Holdings PHK 1.000 Karyawan

CEO Grab Anthony Tan mengungkapkan bahwa PHK terjadi karena kebutuhan perusahaan untuk memangkas biaya dan memastikan layanan yang lebih terjangkau.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 21 Jun 2023, 11:52 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2023, 11:52 WIB
Grab, Logo Grab
Grab, Logo Grab. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan taksi online yang berbasis di Singapura, Grab Holdings melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 11 persen atau 1.000 pekerjanya. 

Mengutip Channel News Asia, Rabu (21/6/2023) CEO Grab Anthony Tan mengungkapkan bahwa PHK terjadi karena kebutuhan perusahaan untuk memangkas biaya dan memastikan layanan yang lebih terjangkau.

Dalam sebuah surat yang dikirim kepada karyawan, Anthony Tan mengatakan bahwa PHK di Grab, yang terbesar sejak dimulainya pandemi, bukanlah jalan pintas menuju profitabilitas tetapi reorganisasi strategis untuk beradaptasi dengan lingkungan bisnis.

 

"Perubahan tidak pernah secepat ini. Teknologi seperti AI (kecerdasan buatan) generatif berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi. Biaya modal telah meningkat, secara langsung berdampak pada lanskap persaingan," kata Tan dalam surat tersebut.

"Kita harus menggabungkan skala kita dengan eksekusi yang gesit dan kepemimpinan biaya, sehingga kita dapat menawarkan layanan yang lebih terjangkau secara berkelanjutan dan memperdalam penetrasi massa kita," bebernya.

"Kami memberi tahu Anda setelah jam kerja untuk sebanyak mungkin lokasi kami, sehingga Anda memiliki ruang dan waktu untuk memproses berita ini secara pribadi," kata Tan dalam suratnya, yang juga memaparkan langkah-langkah untuk meredam dampak pengumuman PHK tersebut.

Disebutkan, karyawan Grab yang terdampak PHK akan menerima pembayaran pesangon setengah bulan, atau berdasarkan pedoman undang-undang setempat.

Juga akan ada pembayaran itikad baik dalam jumlah ex-gratia yang ditentukan oleh Grab untuk "bonus target dan ekuitas yang hilang".

Tujuan PHK

Logo Grab
Logo Grab. Dok: Grab

Perusahaan juga mengatakan akan memberikan transisi karir dan dukungan pengembangan dalam bentuk akses gratis selama satu tahun ke langganan Premium LinkedIn dan pembelajaran LinkedIn, serta akses ke sesi dengan pelatih profesional.

Tan mengatakan bahwa tujuan utama PHK adalah untuk "mengatur ulang secara strategis" perusahaan sehingga dapat "bergerak lebih cepat, bekerja lebih cerdas, dan menyeimbangkan kembali sumber daya" di seluruh portofolionya.

"Dengan demikian, restrukturisasi muncul sebagai langkah yang menyakitkan tetapi perlu, untuk mengatur Grab pada lintasan yang benar menuju masa depan jangka panjang kami," tambahnya.

Oracle PHK Ratusan Karyawan di Unit Kesehatan

PHK
Ilustrasi: PHK Karyawan (Sumber: IEEE Spectrum)

Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) melanda tenaga kerja di perusahaan perangkat lunak asal Texas, Amerika Serikat, Oracle. 

Melansir US News, Jumat (16/6/2023) Oracle pada Kamis (15/6) memberhentikan ratusan karyawan, membatalkan tawaran pekerjaan dan mengurangi posisi terbuka di unit kesehatannya, menurut tiga sumber yang mengetahui kabar PHK tersebut.

Laporan Insider menyebut, PHK di Oracle mengikuti ribuan pemangkasan laryawan di perusahaan Amerika karena perusahaan bergulat dengan tingkat inflasi yang tinggi dan kenaikan suku bunga The Fed.

Unit kesehatan Oracle termasuk perusahaan rekam medis elektronik Cerner yang diakuisisi senilai USD 28,3 miliar atau setara Rp. 422,8 triliun, yang menjadi kesepakatan dengan nilai terbesar pada Desember tahun lalu.

Pemutusan hubungan kerja itu sebagian besar disebabkan pekerjaan di Cerner yang menantang dengan Departemen Urusan Veteran AS, yang menyewa Cerner untuk mengganti catatan medis buatannya dengan teknologi Cerner, menurut laporan Insider.

Karyawan Oracle yang diberhentikan akan menerima uang pesangon yang setara dengan durasi kerja selama empat minggu, ditambah satu minggu tambahan untuk setiap tahun masa kerja dan pembayaran hari libur, tambah laporan itu.

Sementara itu, pihak Oracle tidak menanggapi permintaan komentar terkait kabar PHK di lingkungan pekerjanya.

Padahal, Oracle baru saja memperoleh rekor pendapatan sebesar USD 50 miliar atau Rp. 743 triliun untuk tahun fiskal 2023, menurut pendapatan perusahaan yang dirilis pada Selasa (13/6) . 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya