Liputan6.com, Jakarta - Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI yang berlangsung dari 8 hingga 20 September 2024 di Sumatera Utara dan Aceh telah menjadi sorotan utama dalam dunia olahraga Indonesia. Dengan partisipasi 38 provinsi, PON kali ini tidak hanya mencatatkan prestasi luar biasa tetapi juga menghadapi sejumlah tantangan dalam penyelenggaraannya.
Acara ini tidak hanya menandai penyelenggaraan PON pertama yang berlangsung di dua provinsi, tetapi juga menjadi ajang bagi atlet-atlet berbakat untuk menunjukkan kemampuan mereka, termasuk para atlet jebolan Olimpiade Paris 2024.
Baca Juga
7 Bintang yang Pernah Diejek Suporter Sendiri: Joshua Zirkzee Tidak Sendirian, 2 Eks Manchester United Juga Jadi Korban
Link Live Streaming Liga Inggris Brentford vs Arsenal, Sebentar Lagi Tayang di Vidio
Arsenal dan Liverpool Intai Pemain Bintang di Bursa Transfer Januari 2025, Ini Jawaban Brentford
Provinsi Jawa Barat berhasil meraih gelar juara umum PON 2024 dengan mengumpulkan total 195 medali emas, diikuti oleh DKI Jakarta dengan 184 medali emas dan Jawa Timur dengan 146 medali emas.
Advertisement
Sementara itu, tuan rumah Sumatera Utara berada di posisi keempat dengan 79 medali emas, dan Aceh menempati urutan keenam. Keberhasilan Jawa Barat sebagai juara umum ini melanjutkan dominasi mereka di cabang olahraga tertentu, seperti dayung, yang telah mereka kuasai selama tiga edisi berturut-turut.
Banjir Prestasi di PON Aceh-Sumatera Utara
1. Rekor yang Diciptakan
PON XXI mencatatkan pemecahan rekor terbanyak dalam sejarah PON, dengan total 113 rekor yang pecah dari berbagai cabang olahraga. Cabang atletik mendominasi dengan tujuh rekor nasional dan 21 rekor PON. Atlet Nella Agustin dari Sumut menjadi sorotan utama setelah berhasil memecahkan tiga rekor nasional dalam debutnya.
2. Keberhasilan Ekonomi dan Sosial
Selama penyelenggaraan PON, perputaran uang mencapai Rp 8,6 triliun, menunjukkan dampak ekonomi yang signifikan bagi daerah. Hotel-hotel di sekitar lokasi acara terisi penuh, dan sektor pariwisata mengalami lonjakan permintaan. Selain itu, lebih dari 83.000 relawan terlibat dalam acara ini, menjadikannya sebagai salah satu event dengan jumlah relawan terbanyak di dunia olahraga nasional.
Advertisement
Kekurangan PON Aceh-Sumatera Utara
1. Infrastruktur yang Kurang Memadai
Meskipun banyak aspek positif, penyelenggaraan PON XXI juga diwarnai kritik terhadap infrastruktur yang dianggap tidak layak pakai. Beberapa venue di Sport Center Sumut dilaporkan memiliki masalah serius, termasuk fasilitas yang tidak memadai untuk atlet dan ofisial. Menpora Dito Ariotedjo mengakui adanya kendala ini dan meminta maaf atas situasi tersebut.
2. Masalah Konsumsi untuk Atlet
Kualitas konsumsi yang disediakan untuk atlet juga menjadi sorotan. Banyak atlet mengeluhkan bahwa makanan yang disediakan tidak layak untuk dikonsumsi, menimbulkan kekhawatiran akan kesehatan dan performa mereka selama kompetisi.
3. Koordinasi yang Kurang Efektif
Kendala koordinasi antara berbagai pihak terkait juga menjadi masalah utama. Meskipun upaya telah dilakukan untuk memperbaiki situasi menjelang acara, beberapa aspek masih terlihat kurang terorganisir dengan baik, mempengaruhi pengalaman peserta selama PON.
Evaluasi Menyeluruh
PON XXI di Sumatera Utara dan Aceh telah berhasil menciptakan momen bersejarah bagi olahraga Indonesia dengan prestasi yang mengesankan dan pemecahan banyak rekor. Namun, tantangan dalam hal infrastruktur dan pengelolaan tetap perlu diperhatikan untuk memastikan kesuksesan penyelenggaraan event serupa di masa depan.
Dengan evaluasi menyeluruh terhadap kekurangan yang ada, harapan akan peningkatan kualitas penyelenggaraan olahraga nasional dapat tercapai demi kemajuan atlet dan olahraga Indonesia secara keseluruhan.
Advertisement