Jerman Masuk Jurang Resesi, Ekonomi 2023 Diramal Stagnan

Untuk bulan Juni 2023, inflasi Jerman diperkirakan akan mencapai 6,4 persen, menandai peningkatan dari 6,1 persen pada bulan Mei.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 07 Jul 2023, 17:30 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2023, 17:30 WIB
Jerman Catat Rekor 80.000 Kasus COVID-19 Baru Sehari
Orang-orang mengenakan masker yang menjadi mandat di stasiun kereta bawah tanah di pusat kota Essen, Jerman, Rabu (12/1/2022). Jerman pada Rabu melaporkan lebih dari 80.000 kasus corona covid-19 dalam sehari yang merupakan tertinggi sejak pandemi. (AP Photo/Martin Meissner)

Liputan6.com, Jakarta Dengan Jerman yang sudah berada dalam resesi teknis, para ekonom memperkirakan bahwa pertumbuhan PDB negara ekonomi terbesar di Eropa akan stagnan selama sisa tahun ini.

Melansir CNBC International, Jumat (7/7/2023) kantor statistik Jerman merevisi pembacaan PDB kuartal pertama dari nol menjadi -0,3 persen pada bulan Mei 2023, mengikuti kontraksi 0,5 persen pada kuartal terakhir tahun 2022. Ini menjadikan Jerman masuk ke jurang resesi.

Tetapi ekonomi yang berkontraksi bukanlah satu-satunya angka yang menunjukkan bahwa ekonomi Jerman sedang mengalami perlambatan.

Untuk bulan Juni 2023, inflasi Jerman diperkirakan akan mencapai 6,4 persen, menandai peningkatan dari 6,1 persen pada bulan Mei.

Meskipun diproyeksikan meningkat, angka tersebut masih merupakan penurunan yang signifikan dari level tertinggi dalam hampir 50 tahun sebesar 8,8 persen pada bulan Oktober, tetapi tetap jauh di atas target Jerman sebesar 2 persen.

"Sepertinya, setidaknya untuk beberapa bulan ke depan, inflasi akan tetap berada di level yang sangat tinggi. Harapan mungkin untuk paruh kedua inflasi mungkin turun sampai batas tertentu," kata Joachim Nagel, presiden bank sentral Jerman, Bundesbank.

Sementara inflasi mungkin mulai turun, bank sentral Jerman memperkirakan bahwa inflasi tidak akan mencapai 2 persen hingga setidaknya tahun 2025.

Konsumen Jerman bahkan merasakan dampak inflasi tinggi yang bertahan lama, tekanan keuangan pada rumah tangga juga tampaknya tidak akan mereda dalam waktu dekat.

Meskipun pemerintah tidak dapat serta merta mengendalikan inflasi, hal itu dapat mengurangi dampaknya terhadap populasi Jerman, menurut Sylvain Broyer, kepala ekonom EMEA di S&P Global Ratings.

"Apa yang dapat dilakukan oleh otoritas fiskal dalam menghadapi inflasi yang tinggi adalah meringankan rasa sakit akibat inflasi pada warga negara yang paling rapuh," katanya.

 


Jerman Hadapi Lonjakan Biaya Energi

Kasus Covid-19 di Jerman
Orang-orang terlihat di luar Stasiun Kereta Pusat Berlin di Berlin, ibu kota Jerman, pada 6 Agustus 2020. Kasus COVID-19 di Jerman bertambah 1.045 dalam sehari sehingga total menjadi 213.067, seperti disampaikan Robert Koch Institute (RKI) pada Kamis (6/8). (Xinhua/Shan Yuqi)

Jerman telah memperkenalkan berbagai paket bantuan pada tahun 2022, yang dirancang untuk membantu warga Jerman mengatasi kenaikan biaya hidup, termasuk peningkatan tunjangan anak dan pembayaran satu kali untuk pelajar dan pensiunan.

Bank Sentral Eropa secara konsisten menaikkan suku bunga sejak Juli 2022 karena berupaya menurunkan inflasi di seluruh kawasan, dan suku bunga utama saat ini duduk di 3,5 persen setelah kenaikan 25 basis poin lebih lanjut pada 15 Juni.

Di sisi lain, beberapa sumber energi di Jerman mulai menyesuaikan dengan harga sebelum perang Rusia Ukraina pecah. Hal ini mendorong krisis energi terus berdampak pada beberapa industri terbesar di negara ekonomi terbesar di Eropa itu.

"Produksi industri intensif energi berkurang secara substansial. Sektor otomotif (juga telah] mengalami kesulitan selama beberapa waktu dan restrukturisasi substansial masih ada di depan," kata Ketua Ekonomi Moneter di Universitas Goethe di Frankfurt, Volker Wieland.

Tagihan listrik di Jerman diperkirakan akan meningkat sekitar 35 persen tahun ini, sementara harga listrik industri akan naik sekitar 75 persen, menurut laporan oleh Allianz.


Resesi Jerman Diramal Memburuk, Harus Susah Payah Keluar

Ilustrasi resesi, ekonomi
Ilustrasi resesi, ekonomi. (Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay)

Ekonom di Ifo Institute memprediksi perekonomian Jerman akan berkontraksi lebih dari yang diperkirakan sebelumnya tahun ini, karena inflasi akan berdampak pada konsumsi swasta. 

"Ekonomi Jerman bekerja sangat lambat untuk keluar dari resesi," kata kepala prakiraan ekonomi Ifo Timo Wollmershaeuser, dikutip dari US News, Kamis (22/6/2023).

Produk domestik bruto Jerman diperkirakan turun 0,4 persen tahun ini, lebih dari perkiraan 0,1 persen oleh Ifo Institute pada bulan Maret.

"Saat kami membandingkan Jerman dengan mitra dagang utama kami, negara-negara ini setidaknya diharapkan mencatat pertumbuhan," ungkap Wollmershaeuser.

Ifo memperkirakan PDB zona euro akan meningkat hanya sebesar 0,6 persen tahun ini dan AS sebesar 0,9 persen.

Lembaga ekonomi itu juga memangkas perkiraan pertumbuhan PDB Jerman pada 2024 menjadi 1,5 persen, turun dari 1,7 persen yang diperkirakan sebelumnya.

Inflasi Jerman diperkirakan akan turun perlahan dari 6,9 persen pada 2022 menjadi 5,8 persen tahun ini, turun menjadi 2,1 persen pada 2024. 

Mengenai inflasi inti Jerman, Institut Ifo memperkirakan akan meningkat menjadi 6 persen tahun ini dari 4,9 persen pada tahun 2024 mendatang.

 


Konsumsi Swasta Diprediksi Menurun

Resesi
Ilustrasi Grafik Resesi Credit: pexels.com/Burka

Karena inflasi, konsumsi swasta di Jerman akan turun 1,7 persen tahun ini, menurut prakiraan Ifo. Selain itu, konsumsi swasta diperkirakan tidak akan naik lagi sampai tahun 2024, ketika akan membukukan kenaikan 2,2 persen.

Adapun angka pengangguran di Jerman yang diperkirakan akan sedikit meningkat pada tahun 2023, namun tingkat pengangguran tetap tidak berubah dari tahun sebelumnya sebesar 5,3 persen tahun ini menjadi 5,5% pada tahun 2024.

Pinjaman baru pemerintah juga diperkirakan akan turun dari 106 miliar euro (USD 115 miliar) pada 2022 menjadi 69 miliar tahun ini dan 27 miliar tahun depan, menurut perkiraan Ifo.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya