Liputan6.com, Jakarta - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan sebagian besar kematian akibat banjir bandang yang melanda Libya sebenarnya dapat “dihindari”.
Relawan berjuang untuk memberikan bantuan penting dalam upaya kemanusiaan yang terhambat oleh perpecahan politik dan puing-puing bencana. Setidaknya 5.000 orang telah meninggal di Libya, demikian disampaikan Doctors Without Borders (MSF) pada Kamis, 14 September 2023, merevisi perkiraan sebelumnya 8.000 orang.
Sementara itu, Komite Palang Merah Internasional atau the International Committee of the Red Cross (ICRC) menyebutkan ribuan lainnya dikhawatirkan hilang setelah bangunan “hancur” ketika gelombang setinggi tujuh meter menghantam kota pesisir utara Derna, Libya.Demikian dikutip dari CNN, Jumat (15/9/2023).
Advertisement
Curah hujan yang belum pernah terjadi sebelumnya melanda kota-kota di negara Afrika Utara pekan lalu, merobohkan dua bendungan di timur laut negara tersebut dan mengirimkan banjir ke Derna yang merupakan wilayah yang alami kerusakan terburuk.
“Jika ada layanan meteorologi yang beroperasi normal, mereka akan mengeluarkan peringatan dan juga manajemen daruratnya akan mampu melakukan evaluasi masyarakat dan akan hindari sebagian besar korban jiwa,” ujar Sekretaris Jenderal Organisasi Meterologi Dunia (WMO), Petter Taalas, dikutip dari CNN.
“Tentu saja, kita tidak bisa sepenuhnya menghindari kerugian ekonomi, tetapi kita juga bisa meminimalkan kerugian tersebut dengan menyediakan layanan yang tepat,” Talaas menambahkan.
Talaas mengatakan, WMO telah mencoba berinteraksi dengan pejabat Libya untuk memperbaiki mekanisme ini. Akan tetapi, situasi keamanan di negara tersebut sangat sulit, sehingga sulit untuk mencapai tujuan tersebut.
Relawan Kewalahan
Sementara itu, relawan medis kewalahan dengan besarnya bencana manusia di Derna, ketika bantuan perlahan mulai berdatangan pada Kamis, 14 September 2023 di tengah kekhawatiran akan penyakit yang ditularkan melalui air.
The UN’s International Organization for Migration (IOM) atau Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB pada Rabu, 13 September 2023, menyatakan, lebih dari 30.000 orang telah mengungsi di Derna.
Sementara itu, jenazah menumpuk di dekat fasilitas kesehatan yang sudah tidak berfungsi, meskipun ada kebutuhan untuk merawat untuk merawat penyintas bencana.
General Manager Libyan NGO, Khaled Hamid menuturkan, sumbangan bantuan tidak cukup untuk jumlah warga yang membutuhkan perawatan.
"Langkah awalnya mudah, kami mengumpulkan dana dari peralatan dan sumbangan dari dalam dan luar organisasi. Kami tidak menyangka masyarakat akan bersimpati kepada kami sejauh ini, dan alhamdullilah kami mendapatkan dukungan yang sangat baik,” ujar Hamid kepada Reuters.
“Jumlah ini sangat sedikit dari kebutuhan yang kami perlukan untuk Derna, tetapi kami melihat saat datang ke sini, orang-orang datang ke sini dari berbagai kota di Libya, dari Misrata, Tripoli, Zawiya, dan dari setiap kota,” ia menambahkan.
Advertisement
Percepatan Penyaluran Bantuan
Pada Kamis, 14 September 2023, Pelabuhan laut ke Derna dapat diakses oleh kapal-kapal dengan tingkat minimum 6,5 meter untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke daerah yang rusak parah, demikian disampaikan Otoritas Pelabuhan dan Transportasi Maritim Libya.
Sebuah komite juga telah dibentuk untuk meningkatkan operasi di Pelabuhan. Komite ini bertujuan mempercepat pengiriman bantuan ke wilayah tersebut.
Kementerian Transportasi dipimpin oleh pemerintah yang diakui secara internasional di Tripoli di Libya Barat, dipimpin oleh Dbeibeh.
Pemimpin internasional dari negara-negara termasuk Tunisia, Turki, Aljazair, Italia dan Arab Saudi menjanjikan sumbangan. Akan tetapi, masih ada pertanyaaan bagaimana bantuan itu akan mencapai wilayah Libya yang dikuasai oleh pasukan saingan.
Sementara itu, the UN Officer for the Coordination of Humanitarian Affairs (OCHA) atau Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB menyebutkan, setidaknya diperlukan dana USD 71,4 juta atau sekitar Rp 1,09 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.360) untuk membantu 884.000 orang yang diperkirakan terkena dampak banjir.
Hambatan Bantuan
Kombinasi dari kondisi kemanusiaan yang sudah ada sebelumnya, status sosio-ekonomi yang buruk di Libya dan kendala logistik menghambat upaya bantuan.
Organisasi Kesehatan Dunia atau the World Health Organization akan keluarkan USD 2 juta dari dana daruratnya, menurut ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Pada Kamis, 14 September 2023, the World Food Programme menyatakan, pihaknya mulai mendistribusikan makanan kepada lebih dari 5.000 keluarga pengungsi. Awal pekan ini, setidaknya 2.000 orang yang mengungsi dari Derna ke Benghazi menerima bantuan dari mitra WFP, LibAid.
Pemimpin Libya bagian timur, Osama Hamad menuturkan, pemerintahnya alokasikan 10 miliar dinar Libya atau hampir USD 2,1 miliar. Jumlah itu setara Rp 32,25 triliun dari anggaran daruratnya untuk mendukung daerah terkena dampak.