Ford Kembali PHK 150 Karyawan Dampak Pemogokan Serikat Pekerja United Auto Workers

PHK di Ford menambah total pekerja otomotif yang diberhentikan mencapai 2.730 pekerja.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 20 Okt 2023, 14:00 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2023, 14:00 WIB
Ford Motor Co.
Logo Ford Motor

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan otomotif asal Amerika Serikat, Ford Motor mengungkapkan bahwa pihaknya kembali melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 150 pekerja di Michigan.

PHK ini dilakukan lantaran pemogokan serikat pekerja United Auto Workers yang masih berlangsung.

Mengutip US News, Jumat (20/10/2023) PHK di Ford mendorong total pekerja otomotif yang diberhentikan mencapai 2.730 orang.

Ford mengatakan pemogokan United Auto Workers  pekan lalu di Pabrik Truk Kentucky memicu PHK baru di pabriknya Michigan.

Sebanyak 16.600 karyawan Ford lainnya melakukan pemogokan di tiga pabrik perakitan, termasuk Kentucky Truck, pabrik terbesar milik Ford di dunia.

Pemogokan itu ditargetkan terhadap produsen mobil Detroit Three, Ford, General Motors, dan induk perusahaan Chrysler, Stellantis, yang dimulai sejak 15 September 2023.

Diwartakan sebelumnya, Ford telah melakukan PHK terhadap ratusan karyawan mereka imbas perluasan pemogokan pekerja otomotif yang diumumkan oleh serikat pekerja UAW.

Ford saat itu memberhentikan 330 pekerja di Pabrik Stamping Chicago dan Pabrik Mesin Lima menyusul keputusan serikat pekerja pada hari Jumat untuk menyerang pabrik Perakitan Chicago, yang membuat SUV Ford Explorer dan Lincoln Aviator, menurut laporan CNN Business.

"Sistem produksi kami sangat saling berhubungan, yang berarti pemberhentian yang ditargetkan UAW mempunyai dampak yang tidak langsung terhadap fasilitas yang secara tidak langsung menjadi sasaran penghentian pekerjaan," ungkap Ford dalam pernyataannya.

Sebelumnya, Ford telah memberhentikan 600 pekerjanya di pabriknya di Wayne, Michigan yang tidak melakukan pemogokan.

Nokia PHK 14 Ribu Karyawan

HMD Global
HMD Global bakal umumkan Nokia 10. (Doc: Gizchina)

Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kini melanda perusahaan telekomunikasi asal Finlandia, Nokia.

Mengutip Straits Times, Kamis (19/10/2023) Nokia mengumumkan akan memangkas hingga 14.000 karyawannya.

PHK ini merupakan bagian dari rencana penghematan biaya setelah penjualan kuartal ketiga Nokia turun 20 persen karena melambatnya penjualan peralatan 5G.

Nokia menargetkan penghematan biaya antara 800 juta euro dan 1,2 miliar euro pada tahun 2026 karena perusahaan berupaya untuk mencapai rencana margin operasi jangka panjang yang sebanding, setidaknya sebesar 14 persen pada tahun 2026.

Program ini diperkirakan hanya akan melibatkan 72.000-77.000 karyawan dibandingkan dengan 86.000 karyawan yang dimiliki Nokia saat ini, kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.

"Nokia berharap dapat bertindak cepat dalam program ini dengan penghematan setidaknya 400 juta euro pada tahun 2024 dan tambahan 300 juta euro pada tahun 2025," ungkap Nokia dalam pernyataannya.

Dilaporkan, Nokia sedang mengalami kesulitan karena operator di Amerika Serikat dan Uni Eropa berupaya memangkas belanja modal dan menyesuaikan inventaris mereka.

Pesaing Nokia dari Swedia, Ericsson, juga mengatakan pelemahan pasar akan terus berlanjut hingga kuartal keempat 2023 dan seterusnya.

Penjualan bersih Nokia yang sebanding turun menjadi 4,98 miliar euro dari 6,24 miliar euro tahun lalu, meleset dari perkiraan 5,67 miliar euro, menurut jajak pendapat LSEG.

"Meskipun penjualan bersih kuartal ketiga kami dipengaruhi oleh ketidakpastian yang sedang berlangsung, kami memperkirakan akan melihat peningkatan musiman yang lebih normal dalam bisnis jaringan kami pada kuartal keempat," kata kepala eksekutif Nokia, Pekka Lundmark.

Google PHK Sekitar 45 Karyawan

Ilustrasi Google (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)
Ilustrasi Google (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tampaknya belum usai di sektor teknologi Amerika Serikat.

Kali ini, PHK kembali melanda karyawan di platform ternama Google.

Melansir CNBC International, Kamis (19/10/2023) Google dikabarkan telah memangkas lusinan pekerjaan di divisi berita pekan ini, melakukan perampingan pada saat yang sangat sensitif bagi platform dan penerbit online.

Diperkirakan 40 hingga 45 pekerja di Google News terkena PHK, menurut juru bicara Serikat Pekerja Alphabet, yang tidak mengetahui jumlah pastinya.

Seorang juru bicara Google mengkonfirmasi PHK tersebut tetapi tidak memberikan jumlahnya, dan mengatakan masih ada ratusan orang yang mengerjakan produk news tersebut.

"Kami sangat berkomitmen terhadap ekosistem informasi yang dinamis, dan berita adalah bagian dari investasi jangka panjang," kata juru bicara tersebut.

"Kami telah melakukan beberapa perubahan internal untuk merampingkan organisasi kami. Sejumlah kecil karyawan terkena dampaknya. Kami mendukung semua orang dengan masa transisi, layanan penempatan kerja, dan pesangon saat mereka mencari peluang baru di Google dan seterusnya," lanjut juru bicara itu.

Sudah Bertautan dengan Berbagai Media

Ilustrasi kantor Google di Singapura (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)
Ilustrasi kantor Google di Singapura (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Seperti diketahui, Google News menyajikan tautan ke artikel dari ribuan penerbit dan platform media.

Fitur ini merupakan salah satu bagian yang populer bagi orang-orang yang menggunakan penelusuran Google, memungkinkan mereka menemukan berita berperingkat teratas tentang topik tertentu.

Pemotongan di Google News terjadi setelah PHK yang meluas di banyak posisi tahun ini.

Pada bulan Januari 2023, Google mengumumkan akan memangkas 12.000 pekerjanya, yang mempengaruhi sekitar 6 persen dari angkatan kerja penuh waktu.

Bulan lalu, perusahaan juga melakukan PHK terhadap ratusan posisi dari divisi perekrutannya.

Seorang staf insinyur di Google News menulis postingan di LinkedIn pada hari Selasa mengenai PHK tersebut.

"Ini adalah beberapa orang terbaik dan tercerdas yang pernah bekerja dengan saya," tulis pegawai tersebut. "Kinerja kami pasti akan menjadi lebih buruk tanpa mereka," ujarnya di LinkedIn.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya