CEO Web Summit Paddy Cosgrave Mengundurkan Diri Setelah Komentari Perang Israel vs Hamas

Pengunduran diri CEO Web Summit Paddy Cosgrave terjadi lebih dari seminggu setelah komentar yang diunggah di X sebelumnya bernama Twitter, mengutuk perang Israel di Gaza.

oleh Agustina Melani diperbarui 22 Okt 2023, 15:56 WIB
Diterbitkan 22 Okt 2023, 15:56 WIB
Ilustrasi Tim kerja atau pemimpin atau CEO. Foto: Freepik
Chief Executive Web Summit, Paddy Cosgrave mengundurkan diri pada Sabtu, 21 Oktober 2023. (Foto: Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Chief Executive Web Summit, Paddy Cosgrave mengundurkan diri pada Sabtu, 21 Oktober 2023. Hal ini setelah beberapa perusahaan teknologi besar menarik diri dari konferensi teknologi tahunan perusahaan yang akan datang karena komentar Cosgrave mengenai perang Israel-Hamas.

"Sayangnya, komentar pribadi saya telah menganggu acara tersebut, dan tim, sponsor, perusahaan rintisan kami, dan orang-orang yang hadir,” ujar Cosgrave kepada CNN, dikutip Minggu (22/10/2023).

"Saya dengan tulus meminta maaf sekali lagi atas segala luka yang saya timbulkan,” ia menambahkan.

Pengunduran diri Paddy Cosgrave terjadi lebih dari seminggu setelah komentar yang diunggah di X sebelumnya bernama Twitter, mengutuk perang Israel di Gaza. Pada 13 Oktober, ia menulis antara lain: Kejahatan perang adalah kejahatan perang bahkan ketika dilakukan oleh sekutu, dna harus diungkap apa adanya,”

Cosgrave juga mengecam serangan militan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan sekitar 1.400 orang di Israel, menurut pihak berwenang.

Dalam dua minggu sejak serangan tersebut, pasukan Israel telah membombardir Gaza dengan serangan udara tanpa henti, menewaskan sedikitnya 4.385 orang, menurut Kementerian Kesehatan di wilayah pesisir yang dikuasai Hamas, dan menyebabkan wilayah itu mengalami krisis kemanusiaan.

Sehari sebelum unggahan Cosgrave di X, kelompok hak asasi manusia (HAM) Amnesty International mengatakan “hukuman kolektif” terhadap warga sipil di Gaza atas kekejaman teroris Hamas merupakan kejahatan perang. Militer Israel mengatakan tidak menargetkan warga sipil dan telah memperingatkan warga di sebagian wilayah Gaza untuk evakuasi.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Dapat Reaksi Keras dari Raksasa Teknologi

Ilustrasi Google (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)
Ilustrasi Google (Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Pada Selasa, Cosgrave telah mengunggah pernyataan hampir 600 kata di blog Web Summit untuk meminta maaf dan klarifikasi pendiriannya.

“Saya dengan tegas mengutuk serangan Hamas yang jahat dan mengerikan pada 7 Oktober. Saya juga menyerukan pembebasan tanpa syarat semua sandera,” tulis dia dikutip dari CNN.

"Saya dengan tegas mendukung hak Israel untuk hidup dan mempertahankan diri. Saya sangat mendukung solusi dua negara. Saya juga percaya, dalam membela diri, Israel harus mematuhi hukum internasional dan Konvensi Jenewa yaitu tidak melakukan kejahatan perang,” ia menambahkan.

Dikutip dari CNBC, pada awal pekan ini, Cosgrave melalui media sosial mengungkapkan penolakan pribadi terhadap serangan balik Israel di Gaza.

"Kejahatan perang adalah kejahatan perang bahkan ketika dilakukan oleh sekutu dan harus diungkap apa adanya. Saya tidak akan mengalah,” tulis dia.

Namun, komentar awalnya mendapatkan reaksi keras dari raksasa teknologi termasuk perusahaan induk Google, Alphabet, Meta, Siemens, dan Amazon yang semuanya menarik diri dari konferensi tersebut. Konferensi tahun ini dijadwalkan pada 13-16 November di Lisbon.

CNN telah menghubungi perusahaan-perusahaan ini tetapi belum menerima tanggapan.


Langka, Pangeran Arab Saudi Turki Al-Faisal Kecam Hamas dan Israel Soal Konflik di Timur Tengah

Militan Palestina meluncurkan puluhan roket ke Israel
Tembakan roket diluncurkan dari beberapa lokasi di Gaza mulai pukul 06:30 pagi (0330 GMT) dan berlanjut selama hampir setengah jam, wartawan AFP melaporkan. (MAHMUD HAMS / AFP)

Sebelumnya diberitakan, yang dikutip dari Kanal Global Liputan6.com, pidato yang disampaikan oleh Pangeran Turki Al-Faisal pekan ini mengenai perang Hamas Vs Israel dinilai sangatlah jujur bagi seorang anggota senior keluarga Kerajaan Arab Saudi.

Hal tersebut telah diakui secara luas sebagai indikator paling jelas dari pemikiran kepemimpinan Arab Saudi mengenai situasi ini.

Pangeran Turki, seorang negarawan yang sangat dihormati di lingkungan Arab Saudi, secara terbuka mengecam Hamas dan Israel karena menyerang warga sipil. Tidak ada pahlawan, katanya, yang ada hanya korban.

Begitu besarnya kemarahan Arab terhadap serangan udara Israel sehingga Pangeran Turki, yang berpidato di depan audiens Amerika Serikat (AS) di Rice University di Houston, menggambarkan suara langka yang menyuarakan kritik terhadap Hamas dalam kondisi saat ini.

Tindakan kelompok tersebut, katanya, bertentangan dengan perintah Islam untuk tidak merugikan warga sipil. Mayoritas dari mereka yang dibunuh atau diculik oleh Hamas adalah warga sipil. Demikian seperti dilansir BBC, Minggu (22/10/2023).

 


Kecam Politikus Barat

Serangan Ratusan Roket oleh Hamas di Langit Israel
Militan Palestina Hamas meluncurkan roket menuju Israel dari Rafah, di Jalur Gaza selatan, Rabu (12/5/2021) dinihari. Hamas menyatakan mereka telah menembakkan lebih dari 200 roket ke Israel sebagai pembalasan atas serangan di sebuah blok menara di Gaza. (SAID KHATIB / AFP)

Pangeran Turki, seorang mantan diplomat dan kepala badan mata-mata yang berhati-hati dan bijaksana, menyeimbangkan kecamannya terhadap Hamas dengan kecaman Israel, yang dia sebut melakukan pengeboman tanpa pandang bulu terhadap warga sipil Palestina yang tidak bersalah di Gaza dan penangkapan tanpa pandang bulu terhadap anak-anak, perempuan, dan laki-laki Palestina di Tepi Barat.

Dia mempermasalahkan penggunaan frasa "serangan tak beralasan" yang digunakan media AS dalam merujuk serangan Hamas pada Sabtu 7 Oktober, dengan mengatakan, "Provokasi apa lagi yang diperlukan ... dibanding apa yang telah dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina selama tiga perempat abad?"

Pangeran Turki menambahkan, "Semua orang ... mempunyai hak untuk menolak pendudukan".

Dalam pernyataannya, Pangeran Turki juga mengecam para politikus Barat karena meneteskan air mata ketika warga Israel dibunuh oleh warga Palestina, namun menolak untuk bahkan mengungkapkan kesedihan ketika Israel membunuh warga Palestina.

Presiden Joe Biden sendiri "terlambat" untuk berbelasungkawa atas kematian rakyat Palestina. Dia baru menyatakan bahwa AS berduka atas seluruh korban tidak bersalah selama kunjungannya ke Israel pada Rabu, 18 Oktober 2023.


Berlatar Belakang Pendidikan Barat

Militan Palestina meluncurkan puluhan roket ke Israel
Tidak ada tanggapan langsung dari Israel. Namun militer Israel biasanya melakukan serangan udara untuk menanggapi tembakan roket, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya pertempuran yang lebih luas. (SAID KHATIB / AFP)

Lalu apa yang melatarbelakangi pidato Pangeran Turki, yang pasti sudah dipahami olehnya akan diberitakan secara luas?

Kecil kemungkinannya dia akan berbicara tanpa terlebih dahulu menyelisik sikap Kerajaan Arab Saudi, yang dijalankan oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).

Pangeran Turki memiliki silsilah yang cukup baik. Ayahnya adalah Raja Faisal yang populer dan modern, yang dibunuh pada tahun 1975. Saudaranya adalah menteri luar negeri Arab Saudi yang sudah lama menjabat hingga kematiannya pada tahun 2015.

Pendidikan Pangeran Turki di AS dan Inggris, yakni di Princeton, Cambridge, dan Georgetown telah memberinya perspektif yang sangat berharga mengenai budaya dan pemikiran Barat, serta memberinya kontak seumur hidup di antara para pengambil keputusan di Washington dan Whitehall.

Dia kemudian menjadi kepala mata-mata Arab Saudi, menjalankan departemen intelijen luar negeri selama 24 tahun, dengan tanggung jawab khusus untuk Afghanistan.

Setelah serangan 9/11 pada tahun 2001, dia menjadi duta besar Arab Saudi di London dan kemudian Washington.

Di London, juru bicara medianya di kedutaan adalah jurnalis Jamal Khashoggi, yang dibunuh di dalam konsulat Arab Saudi di Istanbul oleh agen pemerintah Arab Saudi pada tahun 2018.

Kini berusia 78 tahun, tanpa jabatan formal di pemerintahan Arab Saudi, Pangeran Turki memberikan wawasan menarik tentang pemikiran Arab Saudi dalam beberapa kesempatan ketika dia berbicara secara terbuka di forum internasional.

 


Timur Tengah Baru

Militan Palestina meluncurkan puluhan roket ke Israel
Roket ditembakkan dari Kota Gaza menuju Israel pada 7 Oktober 2023. (SAID KHATIB / AFP)

Penguasa Arab Saudi dilaporkan tidak menyukai Hamas. Demikian pula dengan banyak pemerintah di kawasan.

Para penguasa Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrain melihat Hamas dan gerakan revolusionernya yang disebut "politik Islam" sebagai ancaman terhadap pemerintahan sekuler mereka.

Otoritas Palestina, yang berbasis pada partai Fatah pimpinan Yasser Arafat, secara efektif diusir dari Gaza oleh Hamas pada tahun 2007.

Meskipun Hamas mempunyai kantor politik di Qatar, pendukung utamanya adalah Iran, yang telah lama menjadi saingan bersejarah Arab Saudi.

Walaupun Arab Saudi dan Iran secara resmi sepakat mengakhiri perselisihan mereka pada Maret tahun ini, dinilai masih ada rasa saling tidak percaya di antara mereka. Kedua negara sendiri bersama-sama mengutuk pengeboman Israel di Gaza dan menegaskan kembali dukungan mereka terhadap Negara Palestina.

Dua pekan lalu, sebelum serangan Hamas, Arab Saudi sudah berada dalam jalur untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, seperti yang telah dilakukan UEA, Bahrain, dan Maroko. Namun, upaya itu saat ini dilaporkan ditunda.

Beberapa analis percaya bahwa serangan mematikan Hamas ke Israel sebagian dipicu oleh keinginan untuk menggagalkan normalisasi hubungan dengan Israel yang akan membuat Hamas dan Iran tersingkir di Timur Tengah yang baru.

Akankah keadaan di kawasan ini kembali ke status quo?

Saat ini, disebut sulit melihat hal itu terjadi karena Israel yang sedang terluka tidak berminat berkompromi dan pemerintah Arab menyaksikan meningkatnya protes anti-Israel di jalanan.

Yang jelas, pidato Pangeran Turki kelak akan bermanfaat untuk mengetahui pandangan Arab Saudi mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya.

 

Infografis Hamas-Israel Perang Lagi, Ini Respons Dunia. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Hamas-Israel Perang Lagi, Ini Respons Dunia. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya