Liputan6.com, Jakarta - BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID atau Mining Industry Indonesia tengah menggarap beberapa Proyek Strategis Nasional (PSN) melalui anggota grupnya. Salah satunya pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat.
Proyek ini dimiliki oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) dan dikerjakan oleh Konsorsium China Alumunium International Engineering Co. Ltd., (Chalieco bersama dengan PT PP. SGAR dimaksudkan menjadi penghubung rantai pasok antara mineral bijih bauksit di Kalimantan Barat dengan pabrik peleburan aluminium milik PT Inalum).
Baca Juga
Ke depan, Smelter Grade Alumina Refinery akan memiliki kapasitas produksi 1 juta ton alumina per tahun dengan estimasi bahan baku bauksit sebanyak 3,3 juta ton per tahun.
Advertisement
Adapun rencana proyek yang menghabiskan dana USD 831 juta ini akan mulai memproduksi alumina pertamanya pada kuartal IV 2024 dan full performance plant pada kuartal I 2025. Dengan begitu, ke depan Indonesia bisa melakukan sendiri proses pengolahan bauksit menjadi aluminium sehingga tak lagi bergantung kepada negara lain.
“Proyek pembangunan SGAR Mempawah fase 1 kini sudah mencapai 58 persen dan ditargetkan bisa sampai 80 persen masa konstruksi pada akhir 2023 nanti. SGAR Mempawah fase 1 pun ditargetkan akan full capacity pada 2025 mendatang,” kata Sekretaris Perusahaan BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID, Heri Yusuf, dalam keterangan tertulis, Kamis (2/11/2023).
Heri menjelaskan, Smelter Grade Alumina Refinery merupakan pabrik peleburan dan pengolahan bijih bauksit menjadi alumina yang merupakan bahan baku pembuatan aluminium. Kehadiran Smelter Grade Alumina Refinery, kata dia, sangat penting mengingat kini Indonesia masih ketergantungan ke negara tetangga dalam melakukan pengolahan bijih bauksit menjadi alumina. Ketika SGAR sudah beroperasi, maka rantai produksi bauksit menjadi aluminium akan lengkap.
“Terdapat beberapa multiplier effect yang tidak hanya sekedar untuk hilirisasi bauksit menjadi aluminium, juga bisa untuk ketahanan aluminium bauksit dan banyak manfaat lainnya,” katanya.
Masih Perlu Keselarasan dengan China
Selain hilirisasi bauksit menjadi aluminium, kehadiran SGAR juga memberikan pertambahan nilai bagi Antam dan penghematan untuk Inalum. Indonesia juga akan sangat diuntungkan dengan kehadiran SGAR Mempawah karena menunjukkan kemandirian proses pengolahan bauksit menjadi aluminium, tidak luput dengan peningkatan perekonomian masyarakat khususnya kota Mempawah serta pendapatan pajak untuk pemerintah daerah dan disertai kerja sama dengan BUMN setempat khususnya dengan PT Pelindo dalam penggunaan pelabuhan internasional Kijing.
“SGAR ini merupakan wujud dari peran nyata MIND ID karena kita tahu bersama SGAR ini pemegang sahamnya Inalum sama Antam. Satu dari komiditinya Antam (bauksit) dan kedua hilirisasinya Inalum (SGAR),” ujarnya.
Untuk diketahui, proyek SGAR di Mempawah, Kalimantan Barat, sebetulnya merupakan salah satu proyek yang masuk ke dalam dalam Proyek Strategis Nasional (PSN). Tapi karena masih diperlukannya waktu untuk mencapai keselarasan antara para pemegang konsorsium EPC, yakni China Alumunium International Engineering Corporation Ltd., (Chalieco) dan PT Pembangunan Perumahan Tbk., (PTPP) sehingga proyek pengerjaan SGAR menjadi tertunda.
Advertisement
Potential Revenue Loss
Akibat tertundanya pengerjaan proyek smelter grade alumina tersebut, potential revenue loss selama 16 bulan hingga September 2022 itu mencapai USD 450 juta atau setara Rp 6,37 triliun.
MIND ID tidak berdiam dan langsung melakukan perombakan dan perubahan organisasi untuk mengatasi hal tersebut. Sebabnya, proyek SGAR Mempawah merupakan salah satu proyek strategis dalam upaya hilirisasi industri pertambangan, khususnya bauksit.
“Manajemen yang sekarang ketika tahu proyek ini adalah proyek strategis akhirnya melakukan beberapa perubahan dan perombakan organisasi sehingga dari sini kita tahu progres ini terus dikejar. Harapannya dengan update progres dan kurva progres yang baru ini, proyek SGAR bisa masuk kembali ke daftar PSN di mana sedang menunggu finalisasi Permenko Perekonomian,” katanya.