Bos ECB Ungkap Krisis Membayangi Ekonomi Zona Euro

Lagarde mengatakan bahwa penurunan terus-menerus dalam populasi usia kerja tampaknya akan terjadi pada awal tahun 2025.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 22 Nov 2023, 11:12 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2023, 10:22 WIB
Kasus Covid-19 di Jerman
Orang-orang terlihat di luar Stasiun Kereta Pusat Berlin di Berlin, ibu kota Jerman, pada 6 Agustus 2020. Kasus COVID-19 di Jerman bertambah 1.045 dalam sehari sehingga total menjadi 213.067, seperti disampaikan Robert Koch Institute (RKI) pada Kamis (6/8). (Xinhua/Shan Yuqi)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde mengungkapkan bahwa perekonomian Eropa sekarang berada pada titik kritis, dengan deglobalisasi, demografi, dan dekarbonisasi yang akan segera terjadi.

"Ada semakin banyak tanda-tanda bahwa perekonomian global terpecah menjadi blok-blok yang saling bersaing," ungkap Lagarde di Kongres Perbankan Eropa, menurut sebuah transkrip, dikutip dari CNBC International, Selasa (21/11/2023).

Berfokus pada Eropa, Lagarde mengatakan bahwa penurunan terus-menerus dalam populasi usia kerja tampaknya akan terjadi pada awal tahun 2025, bersamaan dengan bencana iklim yang meningkat setiap tahunnya.

"Ketika hambatan perdagangan baru muncul, kita perlu menilai kembali rantai pasokan dan berinvestasi pada rantai pasokan baru yang lebih aman, efisien, dan lebih dekat dengan negara kita," jelas Lagarde dalam pidato utamanya.

"Seiring dengan bertambahnya usia masyarakat, kita perlu menerapkan teknologi baru, sehingga kita dapat menghasilkan output yang lebih besar dengan jumlah pekerja yang lebih sedikit. Digitalisasi akan membantu. Dan ketika iklim kita memanas, kita perlu mempercepat transisi ramah lingkungan tanpa penundaan lebih lanjut," bebernya.

Transisi Hijau

Lagarde lebih lanjut mengatakan bahwa perkiraan menunjukkan transisi hijau yang direncanakan oleh Uni Eropa akan memerlukan investasi tambahan sebesar 620 miliar euro setiap tahun hingga akhir dekade ini, dan tambahan 125 miliar euro per tahun untuk transisi digital.

"Pemerintah memiliki tingkat utang tertinggi sejak Perang Dunia Kedua, dan pendanaan pemulihan Eropa akan berakhir pada tahun 2026. Bank akan memiliki peran sentral, namun kita tidak dapat mengharapkan mereka mengambil begitu banyak risiko pada neraca mereka," ujar Lagarde, menyoroti usulan serikat pasar modal.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Eropa Diramal Masuk Jurang Resesi di Kuartal Akhir 2023

Ilustrasi resesi, ekonomi
Ilustrasi resesi, ekonomi. (Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay)

Sebuah survei menunjukkan ada kemungkinan besar terjadinya resesi di Eropa, menyusul penurunan kinerja bisnis zona euro bulan lalu.

Seperti diketahui, perekonomian Wropa mengalami kontraksi 0,1 persen pada kuartal III 2023, dan Indeks Manajer Pembelian Gabungan (PMI) akhir untuk bulan Oktober menunjukkan bahwa blok tersebut memasuki kuartal terakhir tahun 2023 dalam kondisi yang tidak menguntungkan.

Melansir US News, Selasa (7/11/2023) PMI HCOB yang disusun oleh S&P Global, dan dipandang sebagai panduan kesehatan ekonomi secara keseluruhan, turun menjadi 46,5 pada bulan Oktober dari 47,2 pada bulan September.

Ini merupakan angka terendah sejak November 2020 ketika pembatasan COVID-19 diperketat di sebagian besar wilayah Wropa.

Angka tersebut juga berada di bawah angka 50 yang memisahkan pertumbuhan dan kontraksi selama lima bulan berturut-turut dan sesuai dengan perkiraan awal.

"PMI final yang dirilis hari ini mengkonfirmasi perkiraan awal dan konsisten dengan perkiraan kami bahwa PDB zona euro akan berkontraksi lagi di kuartal keempat," kata Adrian Prettejohn dari Capital Economics.

"Prospeknya juga terlihat sangat lemah, dengan PMI pesanan baru yang jatuh ke level terendah sejak September 2012, tidak termasuk bulan-bulan awal pandemi, sementara ekspor juga sangat lemah," bebernya.

Survei serupa juga menunjukkan aktivitas manufaktur Eropa mengalami penurunan lebih lanjut pada Oktober 2023, di mana pesanan mengalami kontraksi pada tingkat yang paling tajam sejak tahun 1997.

Hal serupa juga terjadi pada sektor jasa dan indeks bisnis baru, yang merupakan ukuran permintaan, berada pada titik terendah sejak awal tahun 2021 karena konsumen yang berhutang merasa terbebani oleh kenaikan harga dan meningkatnya biaya pinjaman.

Aktivitas jasa di Jerman, negara perekonomian terbesar di Eropa, kembali mengalami kontraksi pada Oktober 2023 karena permintaan terus melemah, sementara di Perancis kembali menyusut.

Penurunan aktivitas jasa juga terjadi di Italia dengan kontraksi selama tiga bulan berturut-turut. Namun Spanyol melawan tren tersebut dan sektor jasanya tumbuh sedikit lebih cepat pada bulan lalu.


Bank Sentral Eropa Pertahankan Suku Bunga

Bursa saham Asia Pasifik lesu pada perdagangan Kamis, (4/5/2023) usai the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga. (Foto: Jason Briscoe/Unsplash)
Bursa saham Asia Pasifik lesu pada perdagangan Kamis, (4/5/2023) usai the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga. (Foto: Jason Briscoe/Unsplash)

Bulan lalu, Bank Sentral Eropa mempertahankan suku bunga tidak berubah pada rekor tertinggi, mengakhiri kenaikan suku bunga berturut-turut sebanyak 10 kali berturut-turut.

Namun, ECB menegaskan bahwa pembicaraan pasar mengenai penurunan suku bunga masih terlalu dini.

Para pengambil kebijakan diperkirakan akan menyambut melemahnya tekanan harga yang ditunjukkan dalam survei PMI, karena indeks harga input dan output turun dari pembacaan bulan September. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya