Tembus Rp 324 Triliun, Investasi Blok Masela 3 Kali Lipat dari Kereta Cepat Whoosh

SKK Migas Dwi Soetjipto, menyambut kick off project management team (PMT) proyek abadi LNG Blok Masela yang digelar Inpex Masela, pengelola proyek migas laut dalam di Maluku tersebut.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 28 Des 2023, 15:38 WIB
Diterbitkan 28 Des 2023, 14:30 WIB
20151007-Rizal Ramli bahas blok Masela-Jakarta
SKK Migas Dwi Soetjipto, menyambut kick off project management team (PMT) proyek abadi LNG Blok Masela yang digelar Inpex Masela, pengelola proyek migas laut dalam di Maluku tersebut. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto, menyambut kick off project management team (PMT) proyek abadi LNG Blok Masela yang digelar Inpex Masela, pengelola proyek migas laut dalam di Maluku tersebut.

Dwi mengatakan, nilai investasi Blok Masela sendiri yang mencapai Rp 324 triliun bahkan lebih besar tiga kali lipat dari proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Kereta Cepat Whoosh.

"Investasi proyek Abadi Masela sangat besar mencapai USD 20.9 billion, dan jika dibandingkan akan setara Rp 324 triliun, atau hampir tiga kali lipat nilai investasi Kereta Cepat Jakarta-Bandung," ujar Dwi dalam kick off PMT proyek abadi LNG Masela bersama SKK Migas di Jakarta, Kamis (28/12/2023).

Adapun pada November 2023 yang lalu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah mengeluarkan persetujuan revisi kedua atas POD I Lapangan Abadi di Wilayah Kerja Masela. Proyek ini akan menghasilkan pendapatan pemerintah sebesar USD 37,8 Miliar atau setara Rp 586 triliun.

Proyek ini jadi yang pertama dimana biaya terkait gudang penyimpanan karbon (CCS) telah memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam cost recovery1, berdasarkan skema kontrak bagi hasil (PSC) yang mengatur operasi hulu minyak dan gas di Indonesia. Persetujuan POD revisi tersebut membuka jalan bagi Inpex dan mitranya untuk sepenuhnya mendorong Blok Masela sebagai proyek bersih dalam mendukung transisi energi.

Ke depannya, Inpex dan mitranya akan melanjutkan operasi termasuk beberapa kegiatan di lokasi serta mempersiapkan pekerjaan FEED. Setelah itu, perusahaan patungan (INPEX, Pertamina dan Petronas) akan melaksanakan proyek dengan tujuan mencapai keputusan investasi akhir atau Final Investment Decision (FID).

Kemudian memulai produksi pada tahap awal setelah menyelesaikan persiapan yang diperlukan termasuk kegiatan pemasaran dan pembiayaan.

 

Proyek LNG

Kronologi Keberadaan Blok Masela
Rencananya, blok ini akan dikelola dua perusahaan yakni Inpex dan Shell.

Lebih lanjut, Dwi meneruskan, proyek LNG Abadi ini juga menjadi bukti komitmen Indonesia dalam meningkatkan produksi sekaligus menurunkan emisi. Pasalnya, lapangan gas Blok Masela juga memiliki potensi untuk penyimpanan karbon, bahkan menjadi CCS Hub dengan kemampuan injeksi CO2 sebesar 71-80 juta ton dan kapasitas penyimpanan 1,2 gigaton.

"CCS Hub pada Proyek Abadi Masela menambah daftar proyek CCS yang sedang dibangun di industri hulu migas, sekaligus menegaskan keberpihakan dan kontribusi industri ini dalam mengurangi emisi karbon dan mendukung pemerintah dalam mencapai net zero emission di tahun 2060," imbuh Dwi.

Dwi pun menekankan pentingnya kick off PMT untuk mensinkronkan tekad bersama guna mempercepat penyelesaian proyek dari target onstream di kuartal IV 2029.

"Jika proyek Abadi Masela bisa dipercepat, maka berpotensi mempercepat penerimaan pendapatan dari proyek ini yang mencapai sekitar USD 5 miliar. Sebaliknya, jika terjadi keterlambatan akan berpotensi tambahnya biaya proyek sekitar USD 1 miliar setiap tahunnya diluar tambahan biaya tenaga kerja," tuturnya.

Rencana Pengembangan Blok Gas Raksasa Masela Disetujui, Pertamina Bisa Mulai Garap

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif disebut sudah menyetujui rencana pengembangan blok migas raksasa Indonesia, Blok Masela. Dengan begitu, proses pengeboran sudah bisa dilakukan dalam waktu dekat.

Hal ini diungkap Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto. Dia mengatakan persetujuan Plan of Development (PoD) itu telah diteken sejak 28 November 2023.

"Revisi kedua PoD-1 ini sudah disetujui tanggal 28 November kemarin," kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Kamis (30/11/2023).

Dengan demikian, dia menyebut proses pengeboran sudah bisa dilakukan dalam waktu dekat. Selanjutnya, masih sejalan dengan target, produksi dari Blok Masela dikejar dimulai 2029 mendatang.

"Target onstream adalah akhir 2029, mudah-mudahan masih bisa mengisi target longterm planning kita," sambungnya.

 

Pengalihan Hak Partisipasi

Hadapi Cuaca Ekstrim, Ditjen Migas Minta Badan Usaha Susun Upaya Mitigasi
Minyak dan Gas Bumi

Perlu diketahui, pengalihan hak partisipasi atau participation interest (PI) dari Shell ke Pertamina dan Petronas sudah diteken sejak 4 Oktober 2023. Artinya, saat ini penggarapan akan dilakukan oleh Inpex, Pertamina, dan Petronas.

"Sehingga sekarang posisi Inpex 65 persen, Pertamima 20 persen, dan Petronas 15 persen," tutur Dwi.

Perlu dicatat, sebagai blok migas raksasa, Blok Masela menyimpan potensi produsksi sekitar 9,5 juta ton per tahun (MTPA) atau setara 1.600 MMSCFD untuk LNG. Kemudian 150 MMSCFD untuk gas pipa yang akan dibangun untuk petrochemical atau pupuk disana.

"Dan kemudian 35.000 barel kondensat per hari. Investasi sekitar USD 19,8 miliar estimasi saat ini ditambah dengan carbon capture," urai Dwi Soetjipto.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya