Luhut Ingin Bangkitkan Kompor Listrik, ESDM Tak Mau Salah Langkah

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, sempat menggelar rapat untuk menghidupkan kembali program konversi kompor listrik atau induksi.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 18 Jan 2024, 16:45 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2024, 16:45 WIB
Tinggal di Apartemen, Enaknya Pakai Kompor Induksi atau Kompor Listrik?
Kompor Listrik dan Kompor Induksi. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, sempat menggelar rapat untuk menghidupkan kembali program konversi kompor listrik atau induksi.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, sempat menggelar rapat untuk menghidupkan kembali program konversi kompor listrik atau induksi.

Hal itu kemudian diutarakan Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), yang mengusulkan agar program kompor listrik lebih menyasar kelompok menengah atas atau orang kaya.

Saat ditanyai itu, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jisman Hutajulu mengaku belum berpikir ke arah sana.

Pihaknya ingin mengevaluasi program uji coba pemakaian kompor listrik di Bali terlebih dahulu. Jisman pun tak ingin program kompor listrik untuk menuju transisi energi jadi sia-sia.

"Kemarin kan baru ada percontohan yang ada di Bali, itu nanti kita evaluasi dulu lah dilihat seperti apa sih. Jadi jangan sampai nanti kita berikan, tidak digunakan, karena itu kan investasi," kata Jisman di Jakarta, Kamis (18/1/2024).

Menurut dia, program pengadaan kompor listrik juga tak boleh asal lantaran alat masaknya pun khusus, berbeda dengan kompor gas. "Kemarin itu ada kendalanya alat masaknya sendiri kan harus khusus, enggak sembarangan. Jadi ada pancinya (khusus) gitu ya," imbuhnya.

Lebih lanjut, Jisman pun belum memikirkan pemberian insentif kompor listrik bagi kelompok mampu. Sebab menurutnya, orang kaya tak perlu diberi subsidi kompor induksi.

"Kita mengimbau aja, enggak perlu lah kalau sudah menengah ke atas. Emang kamu mau kalau harus diberikan dari negara? Kesadaran aja gitu loh. Dia kan mungkin dengan menggunakan kompor induksi itu kan lebih bersih, lebih cepat dan praktis," tuturnya.

Bukan Orang Miskin, DEN Usul Kompor Listrik Sasar Orang Kaya

Miliki Banyak Dampak Ekonomis, Konversi Kompor Gas ke Listrik Perlu segera Diregulasi
(Foto:Dok.PLN)

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto mengusulkan agar transisi energi dimulai dari masyarakat kalangan menengah ke atas. Semisal penggunaan kompor listrik alias kompor induksi.

"Menurut kami, kompor induksi harusnya juga dimulai dari masyarakat yang mampu," kata Djoko dalam Konferensi pers capaian kinerja DEN tahun 2023 dan program tahun 2024, dikutip Kamis (18/1/2024).

Djoko beralasan masyarakat menengah ke atas memiliki daya beli yang lebih baik dibandingkan kelas bawah. Sehingga, proses transisi terimplementasi melalui penggunaan kompor listrik berjalan baik tanpa hambatan masalah keuangan. "Kompor induksi (listrik) itu dimulai jangan dari orang miskin, justru dari orang kaya, menengah ke atas," ucapnya.

Selain kompor listrik, Djoko mengusulkan agar penggunaan bahan bakar minyak (BBM) ramah lingkungan juga menyasar kelompok menengah atas. Alasannya, daya beli yang dimiliki masyarakat kaya lebih tinggi.

"Bensin juga begitu, karena masyarakat miskin daya belinya masih rendah jadi ya ga mulai-mulai transisi sampai sekarang, angkanya rendah terus," lanjutnya.

Djoko menginformasikan bahwa program pembagian kompor induksi yang sempat dihentikan dikaji kembali untuk kembali dilaksanakan.

"Jadi kemarin yang sempat dihentikan coba dikaji lagi, dimulai lagi. Dimulai yang bisa kita laksanakan. Mudah-mudahan kompor induksi bisa dimulai lagi," ungkap Djoko.

Dia mengatakan, sambil menunggu hasil kajian pemberian kompor listrik, pemerintah menggantinya dengan memberikan alat memasak listrik (rice cooker) yang lebih murah harganya dan dapat digunakan untuk memasak.

"Permen ESDMnya sudah keluar untuk pembagian rice cookcker 500 ribu tergetnya. Kenapa rice cookcker? karena itu paling bisa diimplementasikan. Kita tinggal beli, harganya juga lebih murah dari kompor listrik, dengan harga di bawah satu juta bisa dapat lebih banyak," pungkas Djoko. 

 

Masyarakat Belum Siap

Infografis Rencana Migrasi Kompor Gas LPG 3 Kg ke Kompor Listrik Induksi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Rencana Migrasi Kompor Gas LPG 3 Kg ke Kompor Listrik Induksi. (Liputan6.com/Trieyasni)

Sebelumnya, pemerintah berencana mengganti kompor gas menjadi kompor listrik. Sayangnya rencana program ini dinilai belum tepat karena masyarakat yang belum siap.

Salah satu kendala yang bakal dihadapi masyarakat yakni masalah penggunaan daya listrik di tingkat rumah tangga. Rata-rata kompor listrik atau kompor induksi ini memerlukan daya yang tinggi.

Paling tindak kompor listrik membutuhkan daya 1.000 watt. Sementara itu, pengguna daya listrik rumah tangga rata-rata hanya 450 VA, 900 VA dan 1.300 VA.

"Jadi kalau masyarakat tradisional ini tidak akan terbiasa karena membutuhkan (daya listrik) yang besar juga," kata Ekonom Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Selasa (20/9).

Selain besarnya daya yang diperlukan, penggunaan kompor listrik dinilai membutuhkan waktu yang lebih lama waktu lebih lama agar bisa menghasilkan panas yang optimal atau yang dibutuhkan, ketimbang menggunakan kompor gas LPG. Hal ini tentu akan berimbas pada banyaknya daya listrik yang digunakan. 

 

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya