Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia melemah pada perdagangan hari Rabu setelah dana ekonomi terbaru Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa aktivitas bisnis berjalan dengan kuat. Bahkan penurunan harga emas dunia ini terjadi ketika dolar AS tengah mengalami tekanan.
Saat ini pelaku pasar tengah menanti lebih banyak indikator ekonomi untuk menilai kapan Bank Sentral AS atau Federal Reserve (Fed) akan menurunkan suku bunga.
Baca Juga
Mengutip CNBC, Kamis (25/1/2024), harga emas dunia di pasar spot turun 0,6% menjadi USD 2.016,04 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS turun 0,48% menjadi USD 2.016, per ounce.
Advertisement
“Harga emas cukup terisolasi dari penyesuaian harga yang hawkish di pasar suku bunga, karena ada tanda-tanda bahwa investor secara historis memiliki posisi yang rendah terhadap emas meskipun pasar memperkirakan siklus pemotongan The Fed akan segera dimulai,” kata analis komoditas TD Securities, Daniel Ghali.
Menurut survei S&P Global, aktivitas bisnis AS meningkat pada bulan Januari dan inflasi terlihat mereda.
Perekonomian AS yang kuat dan penolakan dari pejabat bank sentral membuat beberapa investor memikirkan kembali pertaruhan mereka mengenai seberapa cepat The Fed akan menurunkan suku bunganya tahun ini.
Menurut FedWatch Tool CME, pelaku pasar memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan kebijakan 30-31 Januari dan memundurkan jangka waktu penurunan suku bunga pertama.
Dolar tergelincir 0,5% terhadap para pesaingnya, membuat emas batangan yang dihargakan dalam greenback lebih murah bagi pembeli luar negeri, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun juga melemah.
Paket Kebijakan China
“Tiongkok menyusun paket yang lebih komprehensif untuk membendung sentimen pesimistis yang telah mengganggu pasar mereka selama berbulan-bulan dan membebani dolar AS,” tambah Ghali.
Bank sentral China mengumumkan pemotongan besar cadangan bank yang akan menyuntikkan sekitar USD 140 miliar uang tunai ke dalam sistem perbankan.
Investor kini fokus pada perkiraan awal PDB AS kuartal keempat pada hari Kamis, dan data pengeluaran konsumsi pribadi pada hari Jumat.
Suku bunga yang lebih rendah mengurangi biaya peluang untuk memegang emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
Harga Emas Dunia Diramal Tak Secerah Pekan Lalu, Ini Prediksi Analis!
Sebelumnya, harga emas dunia mengalami minggu kemarin di level tertinggi dan mendekati USD 2.050 per ounce. Kenaikan harga emas dunia pada pekan lalu didukung oleh permintaan akan instrumen safe haven akibat konflik Timur Tengah dan sentimen penurunan suku bunga yang lebih cepat.
Namun seiring berjalannya waktu, komentar Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Fed yang hawkish dan tidak adanya dorongan dari sentimen geopolitik akhirnya melemahkan selera investor akan logam mulia.
Survei mingguan Kitco News untuk harga emas kepada para analis dan investor ritel pada minggu kemarin bergerak ke arah yang hampir sempurna. Sebagian besar dari mereka memperkirakan kenaikan harga emas.
Namun berbeda dengan survei terbaru yang dijalankan pada akhir pekan kemarin. Mayoritas dari para analis dan pelaku pasar memperkirakan harga emas akan bergerak stagnasi atau penurunan pada pekan ini.
“Saya bersikap bearish terhadap emas untuk minggu ini,” kata kepala analis SIA Wealth Management Colin Cieszynski, dikutip dari Kitco, Senin (@2/1/2024).
“Dengan imbal hasil obligasi pemerintah yang meningkat dan penguatan Dolar AS, emas terus menghadapi hambatan yang moderat.” tambah dia.
Penerbit VR Metals/Resource Letter Mark Leibovit mengatakan, dirinya tidak bisa bertaruh lebih banyak kepada emas pada minggu ini mengingat kondisi yang terjadi.
“Dengan target kenaikan menengah USD 2.700, akan memberikan emas keuntungan dari keraguan, terutama karena analisis pasar saya secara keseluruhan negatif dan media mengabaikan Perang Dunia III yang jelas-jelas sedang berlangsung,” katanya.
Managing Director Bannockburn Global Forex Marc Chandler mengatakan, dengan kegagalan premi konflik tambahan yang terwujud, suku bunga dan berita ekonomi akan memberikan arah harga minggu ini.
“Tingkat tertinggi ditetapkan pada hari Senin kemarin di dekat USD 2.058 dan terendah tercatat pada pertengahan minggu kemarin sedikit di bawah USD 2.002. Geopolitik dan meluasnya konflik di Timur Tengah tampaknya berdampak lebih kecil dari yang saya bayangkan.” kata Chandler.
Advertisement
Konsolidasi
Chandler melanjutkan, imbal hasil Treasury 2 tahun dan 10 tahun naik sekitar 20 basis poin minggu lalu. “Dolar melonjak pada paruh pertama minggu kemarin, bertepatan dengan perdagangan emas yang lebih berat,” katanya.
“Ketika pasar yang sedang tren memberi jalan menuju konsolidasi, logam kuning menjadi stabil. Saya rasa penyesuaian suku bunga AS belum selesai, namun fokus minggu ini adalah tampilan pertama PDB AS kuartal keempat dan tiga pertemuan bank sentral (BOJ, ECB, dan Bank of Canada)." jelas dia.
Direktur lindung nilai Walsh Trading Sean Lusk mengatakan, emas kehilangan dukungan saat ini, dan dia yakin penembusan di bawah USD 2.000 per ounce dapat terjadi dengan sangat mudah.
Meskipun ia memperkirakan perekonomian AS akan menghadapi hambatan tambahan saat di 2024, saat ini tidak ada alasan untuk menghentikan pergerakan harga saham.
“Dari data ekonomi yang kami lihat sejauh ini, tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan,” kata Lusk.
“Tanpa adanya sesuatu yang besar yang masuk ke pasar, karena pecahnya perang atau kegelisahan atau kurangnya keyakinan bahwa segala sesuatunya akan tetap berstatus quo, yang tidak kita lihat… Pasar hanya mengabaikan banyak kekhawatiran geopolitik yang Anda mungkin mengira akan lebih berpengaruh dan menjadi faktor penentu harga di sini, namun kenyataannya tidak demikian.” kata dia.
Lusk mengatakan faktor pendorong kenaikan harga emas baru-baru ini mulai memudar, dan penawaran musiman akan segera berakhir.
Survei Kitco
Minggu ini, 14 analis Wall Street berpartisipasi dalam Survei Emas Kitco News, dan mereka menunjukkan bahwa tren bullish pada minggu lalu telah sangat berkurang. Enam ahli, atau 42%, memperkirakan harga emas akan naik pada minggu ini.
Sementara empat analis, mewakili 29%, memperkirakan penurunan harga, dan empat analis lainnya, 29% sisanya, bersikap netral terhadap emas untuk minggu mendatang.
Sementara itu, 150 suara diberikan dalam jajak pendapat online Kitco, dan minggu ini para pedagang ritel hampir sama dengan pandangan para ahli tersebut. 66 investor ritel, mewakili 44%, memperkirakan emas akan naik minggu ini.
Sebanyak 44 responden, atau 29%, memperkirakan harga akan lebih rendah, sementara 40 responden, atau 27%, bersikap netral terhadap prospek jangka pendek logam mulia.
Advertisement