Liputan6.com, Jakarta - CEO Louis Vuitton Moet Hennessy (LVMH), Bernard Arnault kembali menjadi orang terkaya di dunia pada Jumat, 26 Januari 2024. Ia menggeser posisi CEO Tesla Elon Musk.
Berdasarkan real time net worth Forbes, Minggu, 28 Januari 2024, Bernard Arnault mencatat kekayaan USD 207,6 miliar atau sekitar Rp 3.286 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.831). Dengan jumlah kekayaan itu, ia menggeser posisi Elon Musk yang berada di posisi kedua sebagai orang terkaya di dunia. Elon Musk mencatat kekayaan USD 204,7 miliar atau sekitar Rp 3.240 triliun.
Baca Juga
Kenaikan kekayaan Bernard Arnault tak lepas dari lonjakan saham LVMH. Saham LVMH melonjak lebih dari 13 persen pada Jumat pagi, 26 Januari 2024. Kapitalisasi pasar LVMH mencapai USD 388,8 miliar atau sekitar Rp 6.146 triliun.
Advertisement
Dikutip dari India Times, kenaikan saham LVMH seiring laporan kuartalan Perseroan. LVMH mencatat kenaikan 10 persen untuk penjualan kuartal IV yang didorong kuatnya permintaan termasuk dari pembeli China untuk produk fesyen kelas atas selama periode perdagangan akhir tahun.
Hasil ini memberikan jaminan kepada investor akan ketahanan industri barang mewah dalam hadapi tantangan ekonomi dan melambatnya permintaan setelah belanja besar-besaran setelah pandemi COVID-19.
Adapun Bernard Arnault menjabat sebagai chairman dan CEO LVMH, grup produk mewah terkemuka di dunia. Pria kelahiran 5 Maret 1949 ini sebagai Chairman dan CEO LVMH memiliki lebih dari 70 merek terkemuka di dunia termasuk Christian Dior, Louis Vuitton, Dom Perignon, Moet et Chandon, Hennessy, Sephora dan TAG Heuer.
Berikut fakta-fakta menarik Bernard Arnault yang dikutip dari laman LVMH dan berbagai sumber:
1.Memulai Karier sebagai Insinyur
Bernard Arnault lahir dari keluarga industri di Roubaix, Prancis pada 5 Maret 1949. Ia bersekolah di Roubaix lycee dan Faidherbe lycee di Lille. Bernard melanjutkan studi di politeknik Ecole.
Kemudian ia memulai karier profesionalnya pada tahun itu sebagai insinyur di perusahaan konstruksi Ferret-Savinel milik keluarganya di kawasan industri utara Prancis dan berturut-turut dipromosikan ke berbagai posisi manajemen eksekutif sebelum menjadi chairman.
2.Sempat Tinggal di Amerika Serikat
Ia bersama keluarganya pindah ke Amerika Serikat, dan habiskan tiga tahun untuk mengembangkan bisnis properti Ferret-Savinel. Ia menavigasi kompetisi pasar Amerika Serikat, dan mengembangkan bisnis di atas konstruksi dan real estate. Ia pun mulai mencari bisnis yang dapat diukur sebagai bisnis ideal dengan akar dari Prancis dan mampu meraih pasar global.
Ia memikirkan mengembangkan barang mewah setelah mengetahui kekuatan merek mewah saat sering mengunjungi kota di Amerika Serikat. Ia bertanya kepada supir taksi New York apa yang diketahui tentang Prancis. Supir tersebut mengetahui Dior, meski tidak tahu nama Presiden Prancis. Ia kembali ke Prancis sekitar 1984.
3.Jadikan House of Dior Jadi Landasan Organisasi
Dikutip dari Investopedia, Bernard Arnault memulai serangkaian tindakan berani dan kejam untuk mengambil alih sebuah perusahaan yang dapat ia skalakan di tingkat global. Untuk mencapai tujuan itu, ia membeli Boussac untuk memiliki salah satu bisnis di bawah payungnya yaitu The House of Dior.
Sebuah hadiah yang ia dambakan selama bertahun-tahun. Apalagi sang ibu juga tertarik dengan Dior. Bertahun-tahun kemudian, Arnault menjadikan Christian Dior, permata haute couture yang membuat ibunyanya terpesona, sebagai landasan grup produk mewah globalnya.
Setelah menjual sebagian besar aset lain dari divestasi bisnis Boussac pada 1987 dengan meraih USD 500 juta, ia investasikan kembali uang tersebut ke produk mewah lainnya Moet Hennessy dan Louis Vuitton, dua perusahaan ikonik Prancis yang bergabung ke LVMH pada 1987. Ia menjadi chairman, CEO dan pemegang saham mayoritas LVMH sekitar 1989 usai memenangkan salah satu pertarungan paling sengit di dunia fesyen Prancis.
Advertisement
4.Luncurkan Program Akuisisi Strategis
Setelah amankan House of Dior sebagai landasan kerajaan masa depannya, Bernard Arnault meluncurkan program akuisisi strategis untuk mengambil alih merek-merek eksklusif yang memenuhi kriteria hanya yang terbaik termasuk Christian Lacroix, Celine. Ia juga membatalkan kesepakatan lisensi yang dianggapnya merusak merek sebuah strategi yang menjadi bagian dari pedoman Arnault dalam lusinan akuisisi barang mewah selama 30 tahun depan.
Sebelumnya di Dior, ia pernah mengurangi setengah jumlah pemegang lisensi dan butik waralaba Dior dari 280 pada 1989 menjadi kurang dari 150 pada 1992.
5.Gabungkan Aset hingga Ciptakan Konglomerat Barang Mewah Terkuat di Dunia
Selama tiga dekade berikutnya, ia menggabungkan ase Boussac yang sudah tidak berfungsi termasuk Dior dengan merek LVMH dan lusinan perusahaan yang diakuisisi untuk menciptakan konglomerat barang mewah paling kuat di dunia. Pada 2020, Perseroan itu raih pendapatan USD 51 miliar.
6.Dikenal sebagai sosok yang “rakus” bisnis barang mewah
Setelah akuisisi merek koper Jerman Rimowa pada 2016 dan grup perjalanan mewah Belmond pada 2018, ia mengukuhkan reputasinya sebagai pembuat kesepakatan paling rakus dalam bisnis barang mewah. Pada 2019, ia umumkan kesepakatan terbesar dalam kesepakatan terbesar dalam sejarah sektor barang mewah dengan akuisisi perusahaan perhiasan Amerika Serikat Tiffany and Company senilai USD 16,2 miliar.
7.Perusahaan Induk Investasi di Netflix dan ByteDance
Perusahaan holding milik Arnault yakni Aglae Ventures dilaporkan Forbes investasi di Netflix dan ByteDance, perusahaan induk TikTok.
8.Kunjungi Toko Setiap Sabtu
Bernard Arnault mengunjungi sebanyak 25 toko setiap Sabtu, termasuk miliknya dan milik para pesaingnya. Ia dilaporkan menawarkan saran kepada stafnya dan bahkan mengatur ulang produk yang dipajang.
9.Warren Buffett dan Steve Jobs Jadi Inspirasi
Bernard Arnault menuturkan, salah satu miliarder sebagai inspirasi bisnis terbesarnya ialah Chairman dan CEO Berkshire Hathaway Warren Buffett.
Investor terkenal itu menjadi “orang yang paling saya kagumi dalam bisnis”, kata Arnault kepada Forbes pada tahun 2017. Dia menambahkan, “Dia adalah investor jangka panjang dan memiliki ide cemerlang dan dia berpegang teguh pada ide tersebut.”
Buffett terkenal berpegang teguh pada strategi investasi “beli-dan-tahan” sehingga mengajarkan kesabaran jangka panjang untuk mengawasi pasar dari hari ke hari.
Akan tetapi, Buffett bukan satu-satunya sumber yang menginspirasi Arnault. CEO LVMH kagum pada salah satu pendiri Apple yaitu Steve Jobs.
Kekaguman itu bahkan mungkin terjadi dua arah. Arnault mengatakan kepada Forbes pada 2017, Jobs pernah mendekatinya untuk meminta nasihat tentang pembukaan toko ritel Apple.
Jobs berhasil di Apple karena “kombinasi kreativitas dan pemahaman yang tajam tentang bagaimana mengelola pertumbuhan,” ujar Arnault kepada Forbes.
Menjadi CEO LVMH membutuhkan pendekatan serupa, tambahnya, karena dia harus “mengubah kreativitas menjadi realitas bisnis di seluruh dunia”.
“Untuk melakukan ini, Anda harus terhubung dengan para inovator dan desainer, tetapi juga membuat ide-ide mereka layak huni dan konkret,” ujar dia.
Advertisement
10.Kegagalan Arnault saat Akuisisi
Arnault pernah merasakan sejumlah kesepakatan yang gagal. Namun, yang paling terkenal kegagalan raih kesepakatan dengan Gucci pada 2001 dan Hermes pada 2014. Setelah satu dekade penaklukan yang sukses, Arnault kalah dalam “perang tas tangan” pada 2001, saat saingannya dari Prancis Francois Pinault mengambil alih Gucci, rumah mode Italia, yang selama ini dikejar LVMH.
Selama 10 tahun berikutnya Arnault terus membeli merek seperti Bulgari pada 2011 dan Loro Piana pada 2013, dan kemudian mencoba mengejar Hermes yang sangat sukses dijalankan oleh generasi keenam dari keluarga pendirinya yang sangat protektif dalam mempertahankan kendali.
Ketika keluarga Dumas menyadari Arnault telah memakai taktik sembungi yang umum dilakukan oleh hedge fund untuk akuisisi 17 persen saham perusahana, mereka melawannya dalam bertarungan yang berakhir pada 2014, saat pengadilan Prancis memutuskan LVMH harus jual sahamnya.