Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang 2023 jumlah kunjungan Wisatawan Mancanegara (Wisman) ke Indonesia mencapai 11.677.825 atau meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan 2022.
Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, menyampaikan sepanjang 2023, kunjungan wisman tertinggi memang terjadi di Desember. Sementara kunjungan wisman yang terendah terjadi di Februari.
Baca Juga
Target Kunjungan Wisman 2025 Naik Jadi 17--19 Juta Orang, Pariwisata Berkualitas Tetap Jadi Fokus Utama
Heboh Wanita Turis Asing Berendam di Selokan di Bali sampai Bikin Jalanan Macet
Raih Penghargaan dari Conde Nast, Plataran Komodo Ungkap Alasan Simpel yang Bikin Banyak Wisman Merasa Seperti di Rumah
Jumlah kunjungan wisman ini masih lebih rendah dibandingkan dengan level atau total kunjungan sebelum pandemi, di mana pada 2019 total kunjungan wisman mencapai 16,11 juta kunjungan.
Advertisement
"Tapi kalau kita bandingkan dengan 2021 maupun 2022, kinerja kunjungan wisatawan mancanegara 2023 ini sangat baik dibandingkan tahun-tahun sebelumnya setelah pandemi covid," kata Amalia dalam konferensi pers BPS, Kamis (1/2/2024).
Adapun pada Desember 2023, BPS mencatat kunjungan wisatawan mancanegara melalui pintu masuk utama sebanyak 965,76 ribu kunjungan.
Sementara yang masuk melalui pintu masuk perbatasan sebanyak 178.790 kunjungan. Secara total jumlah kunjungan wisman sebanyak 1.144.542 kunjungan atau naik 22,91 persen secara bulanan dan naik 20,17 persen secara tahunan.
Paling Banyak Turis Malaysia
Lebih lanjut, berdasarkan kunjungan wisman menurut kebangsaan paada Desember 2023 terbanyak berasal dari kebangsaan Malaysia, disusul oleh Singapura dan Australia.
"Sebagian besar wisatawan mancanegara ke Indonesia memang masuk melalui Bandara Ngurah Rai Bali yang proporsinya sebesar 41,8 persen dan rata-rata lama tinggal wisman di Indonesia adalah 7,41 malam," ujarnya.
Secara akumulatif sepanjang 2023 wisatawan mancanegara terbanyak yang masuk ke Indonesia berkebangsaan Malaysia, diikuti Australia dan Singapura.
"Sepanjang tahun 2023 sebagian besar masuk melalui bandara I Gusti Ngurah Rai Bali sebanyak 5,2 juta wisatawan mancanegara atau proporsinya 44,94 persen, dengan rata-rata lama tinggal 8,5 malam," pungkasnya.
Inflasi Januari 2024 Catat Level Terendah Lima Tahun
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada bulan Januari 2024 sebesar 0,04 persen secara bulanan. Secara tahunan, inflasi pada Januari 2024 mencapai 2,57 persen.
"Perkembangan inflasi pada Januari 2024 terjadi inflasi sebesar 0,04 persen secara bulanan atau terjadi peningkatan indeks harga konsumen dari 105,15 pada Desember 2023 menjadi 105,19 pada Januari 2024," kata Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti selama konferensi pers di Jakarta, Kamis (1/2/2024).
Secara historis, ucap Amalia, inflasi Januari 2024 merupakan yang terendah selama lima tahun terakhir.
Data BPS mencatat, inflasi pada Januari 2020 sebesar 0,39 persen, inflasi Januari 2021 sebesar 0,26 persen, inflasi Januari 2022 sebesar 0,56 persen, inflasi Januari 2023 sebesar 0,34 persen, inflasi Januari 2024 sebesar 0,04 persen.
"Berdasarkan historis dalam 5 (lima) tahun terakhir selalu terjadi di terjadi inflasi di bulan Januari. Di mana inflasi Januari 2024 relatif lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya," ungkap Amalia.
Penyumbang Inflasi
Amalia menyebut, pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar berasal dari kelompok makanan minuman dan tembakau dengan inflasi sebesar 0,18 persen dan andil inflasi sebesar 0,05 persen. Â
Adapun, komoditas penyumbang utama inflasi adalah tomat dengan andil inflasi sebesar 0,09 persen, bawang merah dengan ambil inflasi sebesar 0,04 persen serta beras dengan andil inflasi sebesar 0,03 persen.
Advertisement
Penyumbang Deflasi
Sementara itu, komoditas yang memberikan andil deflasi adalah cabai rawit dengan andil deflasi sebesar 0,11 persen. Selanjutnya, serta cabai merah dan tarif angkutan udara dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,09 persen.
"Berdasarkan sebaran inflasi bulanan menurut wilayah, sebanyak 25 dari 38 provinsi Indonesia mengalami inflasi. Sedangkan 13 lainnya mengalami deflasi," pungkas Amalia.