Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) menyatakan penerapan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di Arab Saudi masih belum bisa terealisasi dalam waktu dekat.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Filianingsih Hendarta mengatakan, sebab saat ini pihaknya tengah merampungkan penerapan QRIS di Uni Emirat Arab (UEA).
Baca Juga
"Dengan Arab Saudi kita masih diskusi, tapi mungkin sebelum ke Arab Saudi kita baru saja tanda tangan dengan UEA nah ini mungkin bisa stepping stone ini duluan," kata Deputi Gubernur BI Filianingsih Hendarta di Kantor Pusat BI, Jakarta, Kamis (22/2/2024).
Perempuan yang akrab disapa Fili ini, menyebut pemanfaatan QRIS paling cepat dapat terealisasikan yakni dengan Jepang. Namun, Bank Indonesia belum bisa memastikan tanggal penerapan transaksi QRIS tersebut.
Advertisement
"Berikutnya mungkin dengan Jepang. Mudah-mudahan bisa segera uji coba karena mereka sudah datang ke kita, sudah diskusi lebih dalam lagi," ujar Filianingsih.
Namun, untuk saat ini QRIS antar negara telah diterapkan di Thailand, Malaysia, dan Singapura. Sementara, untuk penerapan QRIS dengan Korea Selatan baru dalam tahap penandatangan nota kesepahaman.
Adapun kata Fili, pada Januari 2024 terjadi penurunan transaksi antarnegara. Hal itu dipengaruhi oleh penggunaan transaksi QRIS yang tinggi pada musim libur akhir tahun Desember 2023.
Penggunaan di Thailand Turun
Misalnya, dengan Thailand terjadi penurunan dari segi volume transaksi pada Januari 2024, namun untuk nominalnya tetap naik. Secara volume terdapat 1.121 dengan transaksi outbond mencapai 23.715. Kemudian, untuk nominalnya mencapai Rp 368 juta (inbound), dan outbondnya Rp 10 miliar.
Sedangkan, dengan Malaysia mengalami peningkatan. Dari sisi volume mencapai 73.300 transaksi atau meningkat 10 persen. Untuk nominalnya, transaksi QRIS antarnegara Indonesia ke Malaysia mencapai Rp 2,9 miliar (Outbond), dan Malaysia ke Indonesia Rp 20 miliar (inbound).
"Memang dari turis lebih banyak turis Indonesia ke Malaysia, tapi belanjanya dikit-dikit, justru yang Malaysia belanjanya banyak. Nah Singapur juga ada turun sama untuk volume nominal tapi outbond meningkat mudah-mudahan setelah Januari bisa meningkat," pungkasnya.
BI: Transaksi QRIS Tembus Rp 31,65 triliun per Februari 2024
 Bank Indonesia (BI) mencatat kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital di Indonesia semakin meningkat. Pada Januari 2024, nilai transaksi digital banking tercatat sebesar Rp5.335,33 triliun atau tumbuh 17,19 persen (yoy).
"Nilai transaksi Uang Elektronik (UE) meningkat 39,28% persen (yoy) mencapai Rp83,37 triliun. Nominal transaksi QRIS tercatat tumbuh 149,46 persen (yoy) dan mencapai Rp31,65 triliun, dengan jumlah pengguna 46,37 juta dan jumlah merchant 30,88 juta, yang sebagian besar merupakan UMKM," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG Februari 2024, Rabu (21/2/2024).
Sementara untuk nilai transaksi pembayaran menggunakan kartu ATM, kartu debit, dan kartu kredit mencapai Rp692,32 triliun atau naik sebesar 2,58 persen (yoy).
Dari sisi pengelolaan uang Rupiah, jumlah Uang Kartal Yang Diedarkan (UYD) pada Januari 2024 meningkat 9,21 persen (yoy) menjadi Rp1.015,68 triliun.
Sementara itu, kelancaran dan keandalan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (SPBI) terjaga baik didukung kondisi likuiditas yang memadai. SPBI berjalan dengan lancar, aman, dan andal serta didukung oleh risiko likuiditas dan risiko operasional yang terjaga.Â
"Bank Indonesia terus memastikan ketersediaan uang Rupiah dalam jumlah yang cukup dengan kualitas yang layak edar di seluruh wilayah NKRI, khususnya dalam menyambut Ramadan dan Idulfitri 1445 H melalui program Semarak Rupiah Ramadan dan Berkah Idulfitri (SERAMBI) 2024," ujarnya.
Â
Advertisement
Nilai Tukar Rupiah
Dalam kesempatan yang sama, Perry juga menyoroti terkaif nilai tukar Rupiah pada Februari 2024 yang kembali menguat sebesar 0,77 persen per 20 Februari 2024, setelah pada Januari mengalami pelemahan.
Tercatat nilai tukar rupiah pada Januari 2024 melemah 2,43 persen, sedangkan pada Februari 2024 (hingga 20 Februari 2024) kembali menguat 0,77 persen.
"Penguatan nilai tukar Rupiah didorong oleh kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia, aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi yang tetap baik dengan stabilitas yang terjaga dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik," pungkasnya.