Sri Mulyani: Inflasi Pangan jadi Tantangan Capai Target 0% Kemiskinan Ekstrem di 2024 

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan, pihaknya tetap waspada terhadap komponen inflasi terutama dari faktor pangan.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 19 Mar 2024, 13:50 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2024, 13:50 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawari usai acara BRI Microfinance Outlook 2024 di Menara Brilian, Jakarta, Kamis (7/3/2024). Sri Mulyani berkomentar soal penurunan suku bunga Fed. (Sulaeman/Liputan6.com)
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawari usai acara BRI Microfinance Outlook 2024 di Menara Brilian, Jakarta, Kamis (7/3/2024). Sri Mulyani berkomentar soal penurunan suku bunga Fed. (Sulaeman/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan, pihaknya tetap waspada terhadap komponen inflasi terutama dari faktor pangan.

Sri Mulyani mengatakan, kecenderungan volatilitas pangan yang memberikan kontribusi terhadap inflasi harus selalu diperhatikan, baik karena faktor musim seperti El Nino yang terjadi akibat perubahan iklim dan juga dari faktor permintaan.

Salah satu pangan yang menjadi perhatian Pemerintah dalam beberapa waktu terakhir, adalah beras. 

 

“Bahkan tadi juga sedang dirapatkan oleh Bapak Presiden (Joko Widodo) yang menggambarkan juga bahwa kenaikan dari harga beras, baik karena pupuk juga harganya melonjak dengan adanya perang di Ukraina dan juga nilai tukar dalam hal yang mengalami perubahan,  juga dari sisi faktor musim yang menjadi faktor penentu terhadap produksi dalam negeri dan secara global,” ungkap Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR, disiarkan pada Selasa (19/3/2024).

Maka dari itu, lanjut Sri Mulyani, pemerintah telah melakukan langkah dengan pengadaan beras luar negeri melalui impor, juga melakukan stabilisasi melalui intervensi dari distribusi harga pangan.

Kemiskinan Ekstream

Langkah-langkah ini dilakukan karena harga pangan  akan sangat menentukan sekali terhadap kemiskinan, yang ditargetkan pemerintah untuk menekan angka kemiskinan ekstrem hingga 0 persen pada akhir tahun 2024. 

“Jadi ini menjadi salah satu tantangan,” kata Menkeu.

“Meskipun headline inflation dan terutama juga Core inflation-nya masih relatif rendah, namun harus mewaspadai terhadap komponen inflasi yang berasal dari pangan yang pasti akan menggerus terutama kelompok paling miskin ini yang harus kita lihat terhadap tujuan pemerintah untuk menurunkan kemiskinan terutama ekstrim pada level mendekati 0 persen,” imbuhnya.

 

  

Sri Mulyani Wanti-Wanti Inflasi Pangan Bisa Naik Jelang Ramadan dan Idulfitri

Sri Mulyani
Sri Mulyani. (Foto: Instagram/smindrawati)

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewanti-wanti kenaikan inflasi pangan menjelang ramadan dan idulfitri atau lebaran 2024. Ini dinilai menjadi tantangan stabilitas inflasi di Tanah Air.

Mualanya, dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini terbilang stabil di angka 5 persen. Pada saat yang sama tingkat inflasi nasional juga masih dalam batas normal.

"Kita juga mensyukuri bahwa pertumbuhan ekonomi kita yang resilience juga terjaga dari sisi stabilitas inflasi yang rendah," kata Sri Mulyani dalam BRI Microfinance Outlook 2024, di Jakarta, Kamis (7/3/2024).Dia mengatakan, kondisi ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang sukses menangani inflasi. Pasalnya, dunia global kini sedang dihadapkan oleh melambungnya tingkat inflasi.

"Indoensia didalam situasi dunia yang masih bergumul dengan tekanan inflasi yang relatif tinggi, kita memiliki tingkat headline inflation-nya yang cukup rendah," tutur dia.

Harus Waspada

Kendati begitu, Bendahara Negara mewanti-wanti adanya pengaruh dari inflasi pangan. Apalagi, saat ini sudah tinggal menghitung hari menjelang Ramadan. Dimana harga-harga pangan biasanya ikut naik dan berujung pada pengaruhnya kenaikan inflasi.

"Namun kita tidak boleh terlena karena faktor inflasi dari pangan menunjukkan adanya kenaikan dan tekanan. Ini yang harus terus terutama pada saat menjelang ramadan dan hari raya perlu untuk diwaspadai dan diatasi," tegas Menkeu.

 

Beras Jadi Biang Kerok Inflasi

20160503-Pasar- Inflasi Masih Terkendali Hingga Juni-Jakarta-Angga Yuniar
Pedagang tengah menata dagangannya di salah satu pasar di Jakarta, Selasa (3/5). Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan harga bahan kebutuhan pokok relatif terkendali seperti beras dan daging ayam. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Diberitakan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan harga beras masih jadi penyumbang inflasi bulanan terbesar d Februari 2024. Pasalnya, inflasi beras masih terjadi di bulan lalu sebesar 5,32 persen.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengatakan, inflasi beras ini terjadi hampir di semua tempat di Indonesia, atau di 37 provinsi. Sementara hanya satu provinsi yang mengalami penurunan inflasi beras.

"Komoditas penyumbang inflasi adalah beras dengan andil inflasi 0,21 persen," kata Habibullah, Jumat (1/3/2024).

Di sisi lain, Habibullah menyampaikan, kenaikan harga beras juga terjadi di seluruh rantai distribusi. BPS sendiri mencatat kenaikan harga beras di Februari 2024 mencapai angka 19,28 persen secara tahunan.

"Harga beras di tingkat eceran mengalami kenaikan 5,28% secara month to month (bulanan) dan naik 19,28% secara year on year (tahunan)," terang dia.

 

Harga Gabah

Panen Gabah Kering
Kenaikan harga gabah di tingkat petani akan memengaruhi nilai jual produk akhir dalam hal ini beras yang dipastikan akan mengalami kenaikan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebagai rinciannya, harga gabah kering panen (GKP) per Februari 2024 mencatat lonjakan 27,14 persen YoY dan 4,86 persen secara bulanan.Sementara harga gabah kering giling meroket tajam 33,48 persen secara tahunan dan 6,13 persen secara bulanan.

Tak mau kalah, harga beras di tingkat penggilingan, grosir dan eceran juga alami kenaikan. Di penggilingan, harga beras tercatat melonjak 24,65 persen, tingkat grosir naik 20,08 persen, dan eceran sebesar 19,28 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya