Liputan6.com, Jakarta Para pemimpin Uni Eropa mendukung proposal untuk menggunakan keuntungan tak terduga dari aset keuangan Rusia yang dibekukan untuk membantu Ukraina, termasuk membelanjakan dana USD 3 miliar atau Rp 47,4 triliun per tahun untuk senjata dan amunisi bagi negara tersebut.
Dilaporkan, Uni Eropa kini perlu menciptakan mekanisme untuk menyalurkan bantuan dengan mempertimbangkan kekhawatiran di antara beberapa negara anggota yang netral secara militer seperti Austria, Irlandia, dan Malta.
Baca Juga
"Kami bertekad untuk bertindak sangat cepat," kata ketua dewan pemimpin UE Charles Michel dalam sebuah konferensi pers, dikutip dari CNN, Sabtu (23/3/2024).
Advertisement
Proposal tersebut lebih cepat dari rencana UE sebelumnya, yang dibuat pada akhir tahun 2023 dan disetujui secara prinsip bulan lalu untuk menggunakan pembayaran bunga dan keuntungan lain yang terakumulasi di rekening di Brussels untuk membantu membangun kembali Ukraina.
"Sebagian besar negara-negara Eropa memohon agar keuntungan ini digunakan untuk Fasilitas Perdamaian Eropa," kata seorang pejabat senior Uni Eropa.
Fasilitas ini diluncurkan pada tahun 2021 untuk membiayai langkah-langkah pertahanan dan militer UE secara global. Berbeda dengan anggaran UE pada umumnya, anggaran ini dapat digunakan untuk membeli senjata.
"Saya senang bahwa para pemimpin (UE) mendukung proposal kami untuk menggunakan pendapatan luar biasa dari aset-aset Rusia yang tidak dapat bergerak," kata Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen kepada wartawan pada hari Kamis (21/3).
Dia mengatakan uang bisa mulai mengalir pada 1 Juli.
Sebelum KTT Uni Eropa hari Kamis, Kanselir Austria Karl Nehammer mengatakan kepada wartawan: “Harus ada jaminan bahwa uang, yang kami setujui, tidak dibelanjakan untuk senjata dan amunisi.”
Kepada wartawan, ia mengatakan bahwa kini bergantung kepada para pejabat Uni Eropa untuk memikirkan cara-cara menggunakan uang tunai tersebut sambil menghormati posisi negara-negara netral.
Cadangan Devisa Rusia yang Dibekukan Barat Capai Rp. 5,1 Kuadriliun
Setelah invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, negara-negara Barat membekukan hampir setengah cadangan devisa Rusia sekitar 300 miliar euro atau setara Rp. 5,1 kuadriliun.
Sekitar 200 miliar euro yang dibekukan berada di Eropa, sebagian besar di Euroclear, sebuah lembaga keuangan yang menjaga keamanan aset bagi bank, bursa, dan investor.
Euroclear mengumpulkan sejumlah besar uang tunai karena pembayaran terkait dengan aset Rusia yang dibekukan.
Pembayaran ini misalnya, termasuk bunga yang dibayarkan atas obligasi, yang dikenal sebagai kupon, atau hasil yang dihasilkan dari sekuritas yang jatuh tempo dan diinvestasikan kembali.
Advertisement
Bunga dari Aset-aset Rusia yang Terkena Sanksi
Bulan lalu, kelompok tersebut mengatakan mereka telah memperoleh bunga sebesar 5,2 miliar euro atas pendapatan yang dihasilkan dari aset-aset Rusia yang terkena sanksi sejak aset-aset tersebut dibekukan oleh UE dan negara-negara Kelompok G7 pada tahun 2022.
Usulan Komisi Eropa, badan eksekutif UE, akan melibatkan penggunaan pungutan khusus untuk mengumpulkan pendapatan bunga dari aset-aset Rusia yang dibekukan. Menurut kepala kebijakan luar negeri UE Josep Borrell, pendapatan yang dihasilkan dari aset tidak bergerak ini akan berjumlah sekitar 3 miliar euro per tahun.