Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat lesu pada perdagangan Selasa, 16 April 2024. Analis menilai, rupiah tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seiring penguatan indeks dolar AS karena penjualan ritel AS lebih baik dari perkiraan.
Dikutip dari Antara, kurs rupiah ditutup melemah 328 poin atau 2,07 persen menjadi Rp 16.176 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya pada Jumat, 5 April 2024 sebesar 15.848 per dolar AS.
Baca Juga
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) pada Selasa, 16 April 2024 turun ke level Rp16.176 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.873 per dolar AS.
Advertisement
Analis ICDX Taufan Dimas Hareva menuturkan, rupiah kali ini tertekan oleh penguatan yang terjadi pada kinerja indeks dolar AS, imbas dari rilis angka penjualan ritel AS yang lebih baik dari perkiraan.
“Data penjualan ritel AS yang lebih kuat itu memperkuat ekspektasi bahwa bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed) dapat mempertahankan suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lama,” ujar Taufan kepada ANTARA.
Adapun penjualan ritel secara bulanan AS tumbuh 0,7 persen dari ekspektasi 0,3 persen. Pada Februari 2024, data penjualan ritel naik 0,9 persen direvisi naik dari 0,6 persen.
Data penjualan ritel adalah salah satu indikator utama belanja konsumen, yang mencakup lebih dari dua pertiga perekonomian AS. Belanja rumah tangga yang lebih tinggi menunjukkan prospek inflasi yang sulit.
Angka-angka tersebut menyoroti prospek perekonomian AS yang kuat dan mendukung pandangan The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS harus mempertahankan suku bunga pada tingkat tinggi untuk waktu yang lebih lama. Hal ini mendasari kenaikan mata uang dolar AS.
Pernyataan Pejabat The Fed
Di samping itu, para pejabat The Fed telah menegaskan kembali perlunya mempertahankan suku bunga lebih tinggi sampai mereka yakin inflasi akan kembali ke tingkat yang diinginkan yaitu 2 persen.
Presiden Bank Fed San Francisco Mary Daly pada Jumat menuturkan, sama sekali tidak ada urgensi untuk mulai menurunkan suku bunga. Daly menambahkan, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan inflasi kembali ke tingkat yang diinginkan yaitu 2 persen.
Advertisement
Rupiah Jeblok ke 16.000 per Dolar AS, Barang-Barang Ini Jadi Makin Mahal
Sebelumnya, Nilai tukar rupiah terpantau melemah dan tembus hingga 16.000 terhadap dolar AS. Hal ini disinyalir bisa memberikan dampak pada harga jual barang di dalam negeri.
Utamanya, pada barang-barang yang diimpor dari luar negeri. Barang yang diproduksi di dalam negeri dengan bahan baku impor pun disinyalir tak luput dari kenaikan biaya produksi yang berimbas pada harga akhir.
Terbuka kemungkinan adanya kenaikan harga jual di pasar bila pelemahan rupiah ini terjadi lebih dari 1 bulan," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani kepada Liputan6.com, Selasa (16/4/2024).
Pengusaha itu menilai, dampaknya adalah inflasi harga pasar bisa ikut meningkat. Pada saat yang sama pertumbuhan penjualan atau konsumsi pasar diprediksi akan melambat
Waspada Inflasi Melambung
Shinta memandang tingkat inflasi bisa melambung melampaui target yang ditetapkan. Hal ini hanya bisa dihindari jika pemerintah berherak cepat gua melakukan stabilisasi.
"Tidak tertutup kemungkinan juga inflasi beberapa bulan ke depan akan di luar target inflasi nasional bila dalam 1 bulan pemerintah tidak bisa mengstabilkan atau menciptakan penguatan nilai tukar," tegas Shinta.
Dia juga melihat akan terganggunya industri mamufaktur naskonal. Apalagi masih banyak yang mengambil bahan baku dari impor.
"Pelemahan nilai tukar rupiah sudah pasti akan memberikan dampak negatif thd industri manufaktur nasional. Bagaimana pun juga industri manufaktur nasional masih peru mengimpor bahan baku/penolong & barang modal," pungkasnya.
Menko Airlangga: Pelemahan Rupiah Tak Masuk Kategori Terburuk di Asia
Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto memastikan Rupiah tidak mengalami pelemahan nilai tukar atau kurs yang terburuk di Asia.
Airlangga menyebut, pelemahan Rupiah tak sedalam yang dialami Ringgit Malaysia dan Yuan China. Hal itu didukung oleh fundamental perekonomian yang relatif baik.
Adapun pelemahan mata uang dunia terhadap dolar Amerika Serikat (USD) salah satunya didorong oleh ketegangan di kawasan Timur Tengah, menyusul serangan rudal Iran di Israel pada Sabtu, 13 April 2024.
"Terkait indeks Rupiah, kita bandingkan dengan berbagai negara lain tentunya kita relatif sedikit lebih baik dari (Ringgit) Malaysia dan (Yuan) China,” kata Airlangga Hartarto dalam konferensi pers di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Selasa (16/4/2024).
Namun, jika dibandingkan dengan Won Korea Selatan dan Baht Thailand, Airlangga mengakui pelemahan kurs rupiah memang lebih dalam.
"Yang lebih baik (dari Rupiah) salah satunya adalah (Won) Korea Selatan dan (Baht) Thailand. Jadi kita tidak yang terdampak tinggi, tapi banyak negara yang terdampak dari kita. Karena fundamental ekonomi kita relatif baik,” ujar dia.
Advertisement