Cara Kemenperin Kendalikan Impor Produk dari Semen

Direktur Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam Kemenperin, Putu Nadi Astuti mengatakan, produk dari semen tidak masuk dalam pengaturan impor.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 04 Jun 2024, 20:10 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2024, 20:10 WIB
Ilustrasi pabrik semen.
Kementerian Perindustrian menyoroti minimnya serapan semen hasil industri dalam negeri untuk kebutuhan nasional. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyoroti minimnya serapan semen hasil industri dalam negeri untuk kebutuhan nasional. Salah satu tantangannya karena cukup banyak impor barang-barang dari semen.

Direktur Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam Kemenperin, Putu Nadi Astuti mengatakan, produk dari semen tidak masuk dalam pengaturan impor. Sementara semen masuk dalam kategori larangan dan pembatasan (lartas) impor.

Dia menuturkan, impor barang dari semen membuat serapan semen nasional cukup rendah. Jika dibatasi, diharapkan bisa meningkatkan serapan semen yang produksinya mencapai 120 juta metrik ton per tahun pada 2023. Kebutuhan semen nasional sendiri hanya 66,8 juta ton pada tahun yang sama.

"Jadi kalau tadi disampaikan semen ada lartas ya di Permendag terakhir Permendag 8/2024. Namun, untuk barang-barang dari semen, mortar, beton pracetak, beton prategang atau papan semen, ready mix ini termasuk barang bebas tidak ada tata niaga impornya," ujar Putu di Kantor Kemenperin Jakarta, Selasa (4/6/2024).

Pada saat yang sama, belum ada aturan khusus yang menentukan pemanfaatan barang-barang dari semen itu harus mengutamakan produk lokal. Utamanya bagi proyek-proyek perusahaan swasta.

"Itu barangkali importasinya tak bisa dikendalikan karena enggak ada ketentuan optimalisasi pemanfaatan barang-barang dari semen dari proyek swasta barangkali. Pembangunan pabrik-pabrik membutuhkan semen saat ini belum ada regulasi yang mengatur hal tersebut, ini yang menyebabkan importasinya sulit dikendalikan," tuturnya.

Melihat kondisi itu, Putu bilang Kemenperin tidak tinggal diam. Pihaknya saat ini memproses adanya aturan wajib SNI bagi beton pracetak, beton prategang, dan barang dari semen lainnya.

"Kemenperin sedang memproses SNI wajib untuk barang-barang dari semen, harapannya dengan adanya SNI wajib dengan ketentuan yang baru bisa kendalikan impor produk dari semen," ujar dia. 

"Kami mengharapkan penerapan SNI wajib barang-barang dari semen ini bisa dilakukan tahun ini atau tahun depan," ia menambahkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Semen dari Industri Lokal Cuma Teserap 60 Persen

pabrik semen
Ilustrasi pabrik semen.

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkap masih banyak produksi semen dari industri dalam negeri yang tidak terserap. Bahkan, penyerapannya hanya 58 persen di 2023 lalu.

Direktur Industri Semen, Keramik dan Pengolahan Bahan Galian Non Logam Kemenperin, Putu Nadi Astuti mengatakan, hasil produksi semen di Indonesia hanya berkisar 50-65 persen. Catatan tertinggi ada di 2018 dengan 64 persen.

Dia mengatakan, kebutuhan semen nasional sebesar 66,8 juta ton di 2023 belum sepenuhnya menyerap semen hasil industri dalam negeri.

"Jadi utilisasi industri semen nasional semenjak tahun 2017 itu memang dibawah 70 persen. Jadi bervariasi antara 50 sekian persen sampai 60 sekian persen dan utilisasi 2023 ini hanya sekitar 58 persen," kata Putu di Kantor Kemenperin, Jakarta, Selasa (4/6/2024).


Berkisar 57-65 Persen

Ini Strategi SMBR Tingkatkan Laba di Tengah Pandemi COVID-19
Produksi Semen Baturaja (SMBR) (Dok. Humas SMBR / Nefri Inge)

Dia merinci, pada 2018 utilisasi semen nasional hanya 64 persen, jumlah ini menjadi yang tertinggi. Kemudian, pada 2020 turun ke 59 persen. Turun lahi ke 57 persen di 2022, dan akhirnya di 2023 lalu sebesar 58 persen.

"Dan utilitasnya jadi berkisar 57-65 persen dalam 2018 hingga tahun 2023," tegasnya.

Kondisi ini, kata dia, bukan disebabkan oleh besaran impor semen ke Indonesia. Dia mensinyalir kondisi ini diakibatkan oleh maraknya pembangunan pabrik-pabrik semen baru. Dalam beberapa waktu terakhir.

Tercatat, ada peningkatan kapasitas produksi dari 2018 hingga 2023 sebesar 10 juta ton. Dalam catatannya, kapasitas produksi dari 16 pabrik semen yang tercatat mencapai 120 juta metrik ton per tahun pada 2023.

 


Strategi Semen Indonesia Genjot Penjualan saat Industri Masih Kelebihan Pasokan

Distribusi Semen Indonesia
Distribusi Semen Indonesia

Sebelumnya, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) atau SIG Group mencatatkan pertumbuhan volume penjualan sebesar 29.203 ribu ton hingga kuartal III 2023. Volume penjualanitu meningkat 5,9 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar 27.563 ribu ton. 

Pertumbuhan tersebut didukung oleh volume curah dan ekspor dengan porsi regional sebesar 34,1 persen dan domestik 0,7 persen. 

Direktur Bisnis dan Pemasaran Semen Indonesia Subhan menuturkan, pertumbuhan permintaan semen pada sembilan bulan pertama 2023 masih positif. SIG juga melihat pertumbuhan ini masih terus berlanjut hingga Oktober 2024. 

"Semua segmen alami pertumbuhan baik ritel dan project base. Ini sejalan dengan pertumbuhan volume SIG sehingga memang di kuartal III kami tumbuh sedikit lebihi market," kata Subhan dalam Public Expose 2023, Selasa (28/11/2023). 

Menurut ia, pertumbuhan tersebut sejalan dengan peningkatan volume suplai SIG, antara lain IKN dan Sumatera. Sehingga, pertumbuhan Semen Indonesia bisa melebihi pasar. 

"Strategi kami menghadapi dalam kondisi industri ke depan masih over capacity, kami fokus pengembangan pasar dan diversifikasi pasar. Kami ada strategi untuk menghadirkan produk-produk yang secara lanskap industri dibutuhkan seperti IKN dan lain-lain, yang beberapa geografis membutuhkan spesifikasi semen khusus," katanya.

Sementara itu, Direktur Keuangan dan Manajemen Portofolio Semen Indonesia Andriano Hosny Panangian melihat secara umum permintaan di pasar masih sangat besar. Terlebih, 70 persen dari ritel dan 30 persen dari proyek.

"Segmen ritel ini 70 persen, ini 80 persen di antaranya adalah mid income dan mayoritas generasi muda. Kami ada potensi untuk punya  generasi muda yang secara umum punya keinginan ubah standar kehidupan. Segmen ritel akan berikan dorongan demand ke depannya," kata dia. 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya