Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus melemah dan telah menyentuh level 16.620 terhadap Dolar Amerika Serikat.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi menuturkan, gerak rupiah yang lesu terhadap dolar AS terjadi seiring kondisi eksternal dengan ketegangan geopolitik yang terus memanas. Ketegangan ini salah satunya sikap Amerika Serikat (AS) terhadap Iran, yang memberikan satu ultimatum perang atau menghentikan reaktor nuklir.
Baca Juga
Kemudian juga ada ketegangan di Gaza yang kembali memanas setelah Israel melancarkan serangan darat tahap kedua, hingga memicu demonstrasi di antara masyarakat Israel sendiri.
Advertisement
"Di sisi lainpun juga tentang masalah kelompok Houthi di Yaman yang terus melakukan penyerangan terhadap kapal-kapal berlayar di Laut Hitam, begitu masif sehingga hampir 80 persen kapal-kapal dagang yang melalui Laut Hitam itu mereka berbelok ke Afrika,” papar Ibrahim dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (25/3/2025).
Ibrahim mencatat, biaya transportasi dan logistik di laut Afrika cukup mahal sehingga menimbulkan risiko naiknya inflasi global.
"Kita juga melihat bahwa 2 April itu adalah biaya impor tambahan akan berlaku dan ini yang memberatkan pasar sehingga harga-harga akan kembali mengalami kenaikan,” ujar dia.
Terkait faktor internal, Ibrahim menilai, momentum rilis Danantara turut pengaruhi investor di pasar modal. "Sehingga banyak dana asing keluar dari pasar modal Indonesia,” ujar dia.
"Di sisi lain pun juga pembentukan Danantara yang kemarin kepengurusannya sudah dibentuk kemudian membuat asing itu kembali keluar dana. Kenapa? Karena tidak mau bahwa pasar modal itu diintervensi oleh pemerintah. Kita melihat bahwa pemerintah terus melakukan intervensi, apalagi Bareskrim juga sudah membuat statement akan mengawasi pasar modal dan ini adanya intervensi pemerintah terhadap mekanisme pasar, terhadap pasar modal sehingga dianggap bahwa ini tidak aman bagi para investor,” ia menambahkan
Pergerakan Rupiah
Diwartakan sebelumnya, rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) telah melemah sebesar 66 poin atau 0,40 persen menjadi Rp 16.568 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.502 per dolar AS pada penutupan perdagangan Senin ini di Jakarta.
Sedangkan Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga melemah ke level Rp 16.561 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 16.501 per dolar AS.
Sentimen Dalam Negeri
Melihat sentimen dalam negeri, banyaknya perusahaan bangkrut dan berimbas terhadap pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran membuat Hari Lebaran pada tahun ini dibayangi sentimen daya beli masyarakat yang masih belum sepenuhnya pulih sejak akhir tahun lalu.
"Di 2024, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut dari Mei hingga September 2024, yang ternyata berlanjut di dua bulan pertama 2025 ini,” kata Ibrahim.
Periode Musiman
Ia menuturkan, Lebaran merupakan periode musiman yang selalu diharapkan oleh pelaku usaha untuk dapat meningkatkan bisnis sekaligus momentum mendorong konsumsi masyarakat.
"Pasalnya, perputaran uang selama periode lebaran biasanya cenderung meningkat dibandingkan bulan-bulan biasa, seiring dengan naiknya aktivitas belanja masyarakat, perjalanan wisata, dan konsumsi barang serta jasa. Bagi dunia usaha, Lebaran selalu menjadi salah satu pendorong penting bagi sektor ritel, pariwisata, akomodasi, makanan dan minuman, serta transportasi. Aktivitas mudik yang melibatkan ratusan juta masyarakat dari berbagai daerah biasanya memberikan efek berantai terhadap sektor-sektor tersebut,” ungkapnya.
Advertisement
Kurs Tembus 16.500 terhadap Dolar AS, BI Klaim Rupiah Lebih Perkasa dari Mata Uang Lain
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) terpantau mengalami pelemahan dalam beberapa waktu terakhir. Setelah ditutup di level Rp 16.428 per dolar AS pada Selasa, 18 Maret 2025, kurs rupiah kembali melemah menjadi Rp 16.515 pada pembukaan perdagangan Rabu (19/3/2025).
Kendati begitu, Bank Indonesia melihat rupiah justru mengalami tren penguatan dibandingkan periode sama pada bulan sebelumnya.
"Nilai tukar rupiah tetap terkendali terhadap dolar Amerika Serikat pada Maret 2025. Data hingga 18 Maret 2025 menguat 0,94 persen point to point, setelah pada Februari melemah 1,69 persen point to point," jelas Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Rabu (19/3/2025).
Bahkan, Perry mengklaim nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih lebih baik dibandingkan sejumlah mitra dagang utama Indonesia, hingga kurs mata uang beberapa negara maju lainnya.
"Rupiah yang terkendali tercermin dengan rupiah yang relatif stabil dibanding kelompok mata uang mitra dagang utama Indonesia, dan tetap lebih kuat dibanding kelompok negara maju di luar Amerika Serikat," ungkapnya.
"Ke depan, nilai tukar rupiah diperkirakan stabil. Didukung oleh komitmen Bank Indonesia menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi yang tetap baik," Perry menambahkan.
Rupiah tercatat melemah 87 poin atau 0,53 persen menjadi 16.515 per dolar AS pada pembukaan perdagangan Rabu pagi, dibandingkan posisi sebelumnya di level 16.428 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan melemah seiring tekanan sentimen negatif dari dalam negeri.
