Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia melonjak lebih dari 2% pada perdagangan Senin karena adanya harapan kenaikan permintaan bahan bakar di musim panas.
Para analis melihat kenaikan permintaan ini akan membuat defisit pasokan bahan bahan bakar dalam beberapa pekan ke depan sehingga mendorong kenaikan harga minyak.
Baca Juga
Analis Goldman Sachs mengatakan harga minyak Brent yang menjadi patokan harga minyak dunia akan naik menjadi USD 86 pada kuartal III 2024 karena transportasi musim panas dan berkurangnya permintaan mendorong pasar ke dalam defisit pasokan yang cukup besar. Ia memperkirakan kekurangan pasokan itu mencapai 1,3 juta barel per hari atau bph.
Advertisement
Mengutip CNBC, Selasa (11/6/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) AS untuk kontrak Juli di angka USD 77,74 per barel, naik USD 2,21 atau 2,93%. Dari awal tahun sampai saat ini harga minyak AS telah naik 8,5%.
Sedangkan harga minyak mentah Brent yang merupakan patokan dunia untuk kontrak Agustus di angka USD 81,63 per barel, naik USD 2,01, atau 2,52%. Dari awal tahun sampai saat ini acuan global ini berada di atas 5,9%.
Sedangkan harga gas alam untuk kontrak Juli dipatok USD 2,90 per seribu kaki kubik, turun 0,41%. Dari awal tahun sampai saat ini harga gas sudah naik 15,6%.
Keputusan OPEC+
Harga minyak mencatatkan kerugian pada pekan lalu setelah OPEC+ setuju untuk meningkatkan produksi dari Oktober hingga September 2025.
“Harga energi terus pulih setelah pengumuman OPEC+,” kata analis komoditas senior di TD Securities Ryan McKay.
McKay mengatakan perjanjian tersebut melonggarkan fundamentalnya, namun harga akan mendapat dukungan tertentu mengingat tambahan pasokan dari OPEC+ kemungkinan besar tidak akan menyebabkan kelebihan pasokan dalam jumlah besar.
Prediksi
Goldman Sachs memperkirakan batas bawah USD 75 untuk harga minyak Brent karena harga yang lebih rendah mendorong permintaan dan batas atas USD 90 karena persediaan global yang lebih tinggi dari perkiraan dan keputusan produksi OPEC+.
Sedangkan analisis UBS menyebutkan posisi buy, atau taruhan bahwa harga berjangka akan naik, berada pada level terendah sejak 2011, sementara posisi short mendekati rekor tertinggi.
“Kami pikir ini terlalu pesimistis,” kata analis UBS, Giovanni Staunovo.
Persediaan akan mulai turun dalam beberapa minggu mendatang dan permintaan akan meningkat sebesar 2 juta barel per hari menjadi 2,5 juta barel per hari hingga bulan Agustus.
Para pedagang menantikan pertemuan Federal Reserve dan data inflasi pada hari Rabu, serta laporan pasar minyak dari OPEC dan Badan Energi Internasional pada hari Selasa dan Rabu.
Advertisement