Alasan Erick Thohir Pilih Politikus Gerindra dan Mantan Polisi Jadi Komisaris Pertamina

Simon Aloysius baru saja ditunjuk jadi Komisaris Utama dan Condro Kirono sebagai Komisaris di PT Pertamina (Persero). Apa alasan penunjukan ini?

oleh Arief Rahman H diperbarui 12 Jun 2024, 21:10 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2024, 21:10 WIB
Gedung PT Pertamina. Dok Pertamina
Gedung PT Pertamina. Dok Pertamina

Liputan6.com, Jakarta - Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengungkap alasan dibalik ditunjuknya Simon Aloysius jadi Komisaris Utama dan Condro Kirono sebagai Komisaris di PT Pertamina (Persero). Dia membantah pemilihan keduanya sebagai jatah politik.

Informasi, Simon Aloysius merupakan politikus Partai Gerindra, yang dipimpin oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto. Serta, Condro Kirono banyak berkarir di kepolisian, dan diketahui sebagai Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran.

Arya menegaskan pemilihan Simon tidak berdasarkan pada intrik politik. Namun, sudah sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Dia mengaitkan pada kala itu mengangkat Basuki Tjahaja Purnama sebagai Komut Pertamina.

"Di Pertamina pak Ahok udah mundur, dulu pun pernah waktu pak Ahok diangkat jadi Komut, pada ribut, kita enggak, tegas, ngotot, dan terbukti juga beliau keras di Pertamina, semua ngakuin kok," kata Arya di Kantor Kementerian BUMN, Rabu (12/6/2024).

Atas kinerja tersebut, dia meminta penunjukan yang dilakukan pemegang saham terhadap komisaris BUMN itu tidak dinilai politis semata. Meski, sejumlah tokoh politik menempati kursi-kursi komisaris.

"Artinya jangan curiga-curiga dulu lah. 'oh ini balas jasa terhadap Qhok' dulu begitu. Eh tanya aja itu Pertamina, gimana pengawasannya. Karena ini memang dibutuhkan, ini pengawasan bukan teknis operasional," tegas dia.

 

Butuh Sosok Penegak Hukum

Gedung PT Pertamina di Jakarta. Foto: Pertamina
Gedung PT Pertamina di Jakarta. Foto: Pertamina

Sementara itu, terkait Condro Kirono, Arya mengatakan Pertamina membutuhkan sosok yang paham aspek hukum. Termasuk seseorang yang memiliki pengalaman di sektor kepolisian.

"Ini kan kebijakan di Pertamina kan memang membutuhkan dari orang yang punya pengalaman di kepolisian. Banyak kok, dan sejak jaman dulu itu dimana-mana BUMN itu pasti ada polisi, tentara, mantan polisi, mantan tentara, mantan jaksa, pasti ada," kata dia.

"Karena kita mau jaga BUMN-nya dari sisi kepatuhan hukumnya, pengawasan hukumnya. mereka itu kan ngawasin, bukan operasional," sambung Arya Sinulingga.

 

Alasan Grace Natalie Jadi Komisaris MIND ID

grace-2
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie Louisa. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Diberitakan sebelumnya, Staf Khusus Menteri BUMM Arya Sinulingga buka-bukaan alasan penunjukkan Grace Natalie jadi Komisaris Holding BUMN Industri Pertambangan, MIND ID. Dia menegaskan penunjukkan itu sudah dilakukan sesuai prosedur.

Arya mengungkapkan, dalam pengangkatan komisaris, perlu ada kompetensi yang cukup. Pada konteks ini, disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan perusahaan pelat merah kedepannya.

"Yang pasti kita mengangkat komisaris itu yang kompeten, dan prosesnya sudah ada. Pasti ada prosesnya, fit and proper test, semua ada prosesnya, dicarikan sesuai dengan kebutuhannya. Latar belakangnya, berbagai latar belakang kita ambil, itu yang kita ambil. jadi semuanya pasti oke lah," tegas Arya, ditemui di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (12/6/2024).

Arya mengatakan di sektor pertambangan, dibutuhkan sosok yang paham mengenai media. Mengingat, tengah banyak kasus di sektor tambang yang melibatkan BUMN, seperti kasus Antam hingga Timah.

 

Punya Pengalaman

"Kan kita tahu nih, contoh Antam itu telat itu masalah ketika dia sempat kalah melawan Crazy Rich Surabaya itu, opini dibangun oleh mereka, dan sebagainya, kalah sampai PK, tapi kan kemarin berhasil. Pendekatannya, pendekatan ke media yang kita lakukan. Nah ini kita butuh orang di lingkungan ini," ujar Arya.

Dia menilai, sosok Grace Natalie yang memiliki pengalaman di berbagai media swasta nasional bisa melakukan tugasnya. Termasuk dari sisi pengawasan pada konteks media.

"Seperti kasus-kasus Timah kan masih panjang ini. Ini butuh orang yang bisa nantinya men-support dalam pengawasan dan sebagainya urusan media. Dan saya rasa Ibu Grace Natalie kan gak perlu diragukan soal itu. Jadi tambang ke depan memang butuh orang-orang yang paham itu, dan dia bisa support mereka mengawal," jelasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya