3.000 Penerbangan di AS Dibatalkan Imbas Gangguan IT CrowdStrike

Berdasarkan FlightAware sekitar 3.000 penerbangan masuk dan keluar dari Amerika Serikat telah dibatalkan karena gangguan IT CrowdStrike.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Jul 2024, 19:16 WIB
Diterbitkan 20 Jul 2024, 19:16 WIB
3.000 Penerbangan di AS Dibatalkan Imbas Gangguan IT CrowdStrike
Ribuan penerbangan Amerika Serikat (AS) dihentikan pada Jumat, 19 Juli 2024 karena pemadaman teknologi informasi (TI) karena pembaruan software CrowdStrike. (AP Photo/Jae C. Hong)

Liputan6.com, Jakarta - Ribuan penerbangan Amerika Serikat (AS) dihentikan pada Jumat, 19 Juli 2024 karena pemadaman teknologi informasi (TI) karena pembaruan software CrowdStrike.

Tak hanya penerbangan, tetapi gangguan juga melanda lembaga pemerintah dan bisnis di seluruh dunia sehingga menyebabkan penumpang terdampak, membatalkan prosedur medis dan menganggu layanan 911.

Perusahaan keamanan siber mengatakan mengatakan bencana itu bukanlah insiden keamanan atau serangan siber. Namun, kegagalan teknis ini melumpuhkan maskapai, bank, lembaga pemerintah hingga layanan darurat di seluruh dunia. Demikian dikutip dari CNN, Sabtu (20/7/2024).

Hingga Jumat malam, lebih dari 3.000 penerbangan masuk dan keluar Amerika Serikat telah dibatalkan dan lebih dari 11.000 ditunda, demikian berdasarkan FlightAware.com.

Bandara Internasional Charlotte Douglas di North Carolina mengimbau penumpang untuk tidak datang ke bandara kecuali telah mengonfirmasi penerbangannya. Para pelancong kebingungan di bandara tersibuk di dunia di Atlanta, terdampar saat mencoba untuk menghadiri acara-acara mendesak.

Federal Aviation Administration (FAA) memantau dengan cermat masalah teknis yang berdampak pada sistem TI di maskapai Amerika Serikat. “Beberapa maskapai telah meminta bantuan FAA untuk melakukan groundstop hingga masalah ini terselesaikan,”

Perusahaan keamanan siber CrowdStrike yang kliennya adalah Microsoft secara aktif bekerja sama dengan pelanggan yang terkena dampak cacat dalam satu pembaruan konten untuk host windows. “Ini bukan insiden keamanan atau serangan siber,” ujar CEO CrowdStrike di media sosial X dahulu bernama Twitter.

Kurtz menjanjikan pelanggan “transparansi penuh” tentang bagaimana pemadaman terjadi. Dia menuturkan, CrowdStrike akan mengambil langkah-langkah “untuk mencegah hal seperti ini terjadi lagi,” menurut pernyataan di situs CrowdStrike.

“Kami telah memobilisasi seluruh CrowdStrike untuk membantu Anda dan tim Anda” pulih dari pemadaman listrik, kata CEO kepada pelanggan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Imbas Update Software

Ilustrasi Crowdstrike (Foto: Laman Crowdstrike)
Ilustrasi Crowdstrike (Foto: Laman Crowdstrike)

Namun, hal ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan: Memulai ulang sistem secara manual memerlukan waktu dan keahlian yang tidak dimiliki sebagian pelanggan, itulah sebabnya perusahaan lambat untuk pulih dari pemadaman IT.

Mantan CEO McAfee Dave DeWalt mengatakan kepada CNN sekelompok sektor swasta dan lembaga pemerintah bekerja semalaman untuk “memastikan ancaman” dan menemukan solusi terhadap pemadaman IT global. Dia mengatakan dia menerima panggilan tersebut, termasuk Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur serta organisasi swasta dan pemerintah lainnya.

Microsoft merilis pernyataan pada tengah hari waktu setempat yang menjelaskan situasinya.

"Kemarin, CrowdStrike merilis pembaruan yang mulai berdampak pada sistem TI secara global,” tulis CEO Microsoft Satya Nadella yang diunggaj di X.

“Kami menyadari masalah ini dan bekerja sama dengan CrowdStrike dan seluruh industri untuk memberikan panduan teknis dan dukungan kepada pelanggan agar dapat membawa dengan aman sistem mereka kembali online,”


Penerbangan, Bank, Stasiun Televisi hingga Pasar Saham Kolaps Gara-gara Gangguan IT CrowdStrike

Pengguna Windows di Dunia Terkena Blue Screen of Death Massal, CrowdStrike Diduga Jadi Penyebabnya
Pengguna Windows di Dunia Terkena Blue Screen of Death Massal, CrowdStrike Diduga Jadi Penyebabnya. (Liputan6.com/ Yusliason)

Sebelumnya, layanan keuangan, stasiun televisi hingga penerbangan di seluruh dunia tengah kolaps, imbas insiden gangguan pada raksasa keamanan siber CrowdStrike. Perusahaan terkena masalah saat melakukan pembaruan perangkat lunak pada teknologi terbarunya.

CEO perusahaan George Kurtz memastikan jika perusahaannya secara aktif bekerja mengatasi layanan yang terkena dampak cacat yang ditemukan dalam satu pembaruan konten untuk host Windows. Sementara host Mac dan Linux tidak terpengaruh.

“Ini bukan insiden keamanan atau serangan siber. Masalahnya telah diidentifikasi, diisolasi, dan perbaikan telah dilakukan,” katanya di media sosial melansir CNBC, Jumat (19/7/2024).

Di sektor penerbangan, perjalanan udara sangat terpukul karena pesawat dilarang terbang dan pelayanan yang tertunda sehingga menyebabkan penumpukan penumpang di bandara.

Maskapai United Airlines memperkirakan gangguan jadwal penerbangan akan terus berlanjut sepanjang hari Jumat waktu setempat.

Layanan lain yang terganggu adalah sektor perbankan dan penyedia layanan kesehatan. Dua bank besar di Afrika Selatan, Capitec dan Absa, mengaku layanan pelanggan akan terganggu akibat gangguan teknis tersebut.

Stasiun televisi juga tidak bisa beroperasi. Di Inggris, Bursa Saham London ikut merasakan dampaknya. Secara garis besar dunia usaha di seluruh dunia bergulat dengan permasalahan IT yang terjadi. 

 Secara terpisah, layanan cloud Microsoft dipulihkan setelah adanya gangguan operasi, meskipun banyak pengguna terus melaporkan masalah tersebut. Imbas kejadian ini, harga saham CrowdStrike anjlok sekitar 10%.


Minta Maaf

Kurtz meminta maaf kepada mereka yang terkena dampak. “Saya ingin memulai dengan mengatakan kami sangat menyesal atas dampak yang kami timbulkan terhadap pelanggan, wisatawan, siapa pun yang terkena dampak hal ini, termasuk perusahaan kami,” jelas dia.

Dia mengakui saat ini sistem sedang melakukan pembaruan, dan pembaruan tersebut memiliki bug perangkat lunak di dalamnya dan menyebabkan masalah dengan sistem operasi Microsoft.

"Dan kini kami bekerja sama dengan setiap pelanggan untuk memastikan bahwa kami dapat menghadirkan mereka kembali online,” tambah dia.

Kurtz menambahkan bahwa pembaruan tersebut merupakan hal yang normal dan merupakan bagian dari proses rutin perusahaan untuk mencegah risiko keamanan, namun ia mencatat bahwa penyelidikan akan diperlukan untuk melihat hal apa yang salah.

Konfirmasi ini muncul setelah meluasnya laporan masalah teknis, dengan banyak pengguna Microsoft di seluruh dunia menghadapi masalah “layar biru”.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya