Rupiah Tertekan Sentimen dari China, Ini Prediksi ke Depannya

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan potensi pelemahan rupiah hari ini ke arah 16.220 per dolar AS, dengan potensi support di sekitar 16.150 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 22 Jul 2024, 12:00 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2024, 12:00 WIB
FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Pada Senin (22/7/2024), nilai tukar rupiah dibuka turun 44 poin atau 0,27 persen menjadi 16.235 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 16.191 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah tipis pada perdagangan di awal pekan ini. Gerak rupiah ini masih berkonsolidasi seiring keputusan bank sentral China memangkas suku bunga pinjaman.

Pada Senin (22/7/2024), nilai tukar rupiah dibuka turun 44 poin atau 0,27 persen menjadi 16.235 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 16.191 per dolar AS.

"Melihat pergerakan rupiah versus dolar AS yang masih konsolidasi, rupiah kelihatannya masih akan sulit menguat terhadap dolar AS pekan ini kecuali data inflasi AS yang akan dirilis pekan ini menunjukkan penurunan," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra dikutip dari Antara.

Ariston menuturkan keputusan bank sentral China untuk memangkas suku bunga pinjamannya sebesar 10 basis poin, bisa memberikan sentimen positif untuk aset berisiko termasuk rupiah hari ini.

China berusaha mendorong kembali pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan belanja masyarakatnya dengan memangkas biaya kredit. Hal itu bisa berimbas positif ke perekonomian negara-negara di kawasan.

Di sisi lain, berita pengunduran diri Joe Biden dari pencalonan Presiden Amerika Serikat (AS) bisa mendorong penguatan dolar AS lagi, karena peluang kemenangan Trump makin besar. Kebijakan Trump yang pro AS akan mendorong penguatan dolar AS ke depannya.

Ariston mengatakan potensi pelemahan rupiah hari ini ke arah 16.220 per dolar AS, dengan potensi support di sekitar 16.150 per dolar AS.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


BI Ramal Rupiah Terus Menguat, Ini Alasannya

Kurs Rupiah terhadap Dolar
Karyawan bank menunjukkan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Senin (2/11/2020). Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin (2/11) sore ditutup melemah 0,1 persen ke level Rp14.640 per dolar AS, dari perdagangan sebelumnya yaitu Rp14.690 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan nilai tukar rupiah akan kembali menguat dalam beberapa waktu ke depan. Penguatan rupiah ini didukung oleh rendahnya inflasi dan ekonomi yang kuat.

Seperti diketahui, posisi rupiah saat ini berada di kisaran 16.100 per dolar Amerika Serikat (USD).

"Ke depan, nilai tukar rupiah diprakirakan bergerak stabil dalam kecenderungan menguat sejalan dengan menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi, dan tetap baiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia, serta komitmen Bank Indonesia untuk terus menstabilkan nilai tukar Rupiah yang kemudian mendorong berlanjutnya aliran masuk modal asing," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo, dalam pengumuman Hasil RDG Juli 2024, disiarkan Rabu (17/7/2024).

Perry membeberkan, nilai tukar rupiah hingga 16 Juli 2024 menguat 1,21% dibandingkan dengan posisi akhir Juni 2024.

Ia menyebut, penguatan ini dipengaruhi oleh komitmen Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan fundamental perekonomian Indonesia yang kuat.

"Nilai tukar Rupiah melemah 4,84% (ytd) dari level akhir Desember 2023, lebih rendah dibandingkan dengan pelemahan Peso Filipina, Baht Thailand, dan Won Korea masing-masing sebesar 5,14%, 5,44%, dan 7,03%," kata Perry.

 


Pengaruh Eksternal

Nilai Tukar Rupiah
Hari ini, nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp 15.240 hingga Rp 15.285 per USD. Sedangkan menurut Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di Rp 15.190 per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Dijelaskannya, pelemahan nilai tukar dalam beberapa waktu terakhir sebagian besar disebabkan oleh faktor eksternal terutama kebijakan moneter Federal Reserve, khususnya suku bunga acuan atau Fed Fund Rate.

Ia pun memastikan, bahwa BI terus mengoptimalkan seluruh instrumen moneter, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI. 

Infografis Nilai Tukar Rupiah
Infografis Nilai Tukar Rupiah (Liputan6.com/Trie Yas)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya