Jurus Bank Indonesia Bawa UMKM Sulawesi Tengah Naik Kelas

Bank Indonesia (BI) melalui berbagai kantor perwakilan mendorong sinergitas dengan pemerintah daerah dan pihak lainnya, untuk membina pelaku UMKM agar bisa naik kelas. Seperti dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 04 Agu 2024, 20:01 WIB
Diterbitkan 03 Agu 2024, 21:10 WIB
Bank Indonesia (BI) melalui berbagai kantor perwakilan mendorong sinergitas dengan pemerintah daerah dan pihak lainnya, untuk membina pelaku UMKM agar bisa naik kelas. Seperti dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah.
Bank Indonesia (BI) melalui berbagai kantor perwakilan mendorong sinergitas dengan pemerintah daerah dan pihak lainnya, untuk membina pelaku UMKM agar bisa naik kelas. Seperti dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah.

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) melalui berbagai kantor perwakilan mendorong sinergitas dengan pemerintah daerah dan pihak lainnya, untuk membina pelaku UMKM agar bisa naik kelas. Seperti dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tengah Rony Hartawan mengatakan, pihaknya melakukan pendampingan kepada 59 UMKM mitra binaan, dengan total 108 UMKM yang telah diperbantukan.

Pengembangan UMKM itu turut dilakukan dengan berkolaborasi bersama pemda setempat dan asosiasi lainnya.

"Karena mengembangkan UMKM perlu sinergi, enggak bisa sendirian, harus binaan bersama. Karena kadang ada event-event yang dilakukan masing-masing instansi perlu diselaraskan," ujar Rony dalam acara FEKDI-KKI di JCC Senayan, Jakarta, Sabtu (3/8/2024).

Menurut dia, langkah tersebut juga akan memudahkan pemangku kepentingan untuk menyusun peta jalan maupun cetak biru pengembangan UMKM di Sulawesi Tengah.

Upaya tersebut berbuah manis dengan adanya sejumlah UMKM mitra binaan yang sukses menembus pasar global. Rony menyebut beberapa produk UMKM binaannya berhasil membuka pintu ekspor, semisal ikan sidat, kakao, hingga eksor durian ke China dengan total nilai mencapai Rp 600 miliar.

"Lalu ada tenun (batik) pernah dipakai Elon Musk itu dari UMKM Sulteng. Jadi pengembangan UMKM Sulteng perlu sinergi dan tidak bisa sendirian, ini harus menjadi UMKM binaan bersama," tuturnya.

Sementara Kepala Dinas Koperasi dan UKM Sulawesi Tengah, Sisliandy Ponulele menambahkan, berbagai pihak lain turut terlibat dalam kolaborasi untuk membuat pelaku UMKM naik kelas. Mulai dari perusahaan BUMN, asosiasi pengusaha, hingga universitas.

"Dengan kolaborasi bersama BI dan lainnya kami mendapat dukungan supaya bisa dapat hal-hal lain. Misalnya, kemudahan akses pembiayaan baik dari bank BUMN, Pegadaian, dan lain-lain," ungkapnya.

Sisliandy mengutarakan, Pemprov Sulteng akan fokus mengembangkan UMKM untuk tiga sektor unggulan, yakni wastra, olahan makanan, dan kerajinan tangan. Pihaknya juga membuka ruang kolaborasi dengan pihak lain yang ingin membantu UMKM. "Kami terus membangun sinergitas. Acara ini sendiri merupakan kolaboraksi, kolaborasi dan aksi yang benar-benar dibutuhkan untuk para pelaku UMKM," pungkas Sisliandy.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bank Indonesia Masih Tahan Suku Bunga Acuan, Ada Potensi Turun?

BI Kembali Pertahankan Suku Bunga Acuan di 5 Persen
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bersiap menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) terpaksa masih menahan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25 persen. Kebijakan moneter ini diambil lantaran bank sentral masih fokus memitigasi dampak risiko global, khususnya terkait penurunan suku bunga acuan The Fed.

"Untuk moneter, terpaksa nih karena di global orang masih nunggu-nunggu diturunkannya Fed Fund Rate, kemudian volatilitas dari pasar keuangan global masih tinggi, terpaksa kita menempuh kebijakan moneter yang belum akomodatif," ujar Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono di sela acara FEKDI-KKI di JCC Senayan, Jakarta, Sabtu (3/8/2024).

Erwin menyatakan, penahanan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) ini juga bermaksud untuk menjaga nilai tukar rupiah yang tengah dalam tekanan hebat.

"Rupiah terdepresiasi. Walaupun lebih rendah daripada peer group kita, tapi kan untuk mempertahankan itu kita terpaksa membuat kebijakan moneter yang belum akomodatif," ungkap dia.

Mengutip pernyataan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Erwin menambahkan, pihak bank sentral pastinya bakal buka peluang untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan apabila gejolak keuangan di pasar global sudah mereda.

"Moneter terpaksa belum akomodatif. Kalau moneter akomodatif, kami masih hati-hati karena memang nanti jangan-jangan nilai tukarnya semakin berat," tegas dia.

Ia menekankan, faktor penentu kebijakan moneter bukan hanya berasal dari dan negeri saja. Terlebih situasi dunia saat ini masih terus memanas, memaksa pihak regulator harus tetap berhati-hati dalam mengambil tiap keputusan.

"Tergantung keuangan mereda atau tidak. Nilai tukar dan sebagainya bukan ditentukan dalam negeri, tapi juga faktor di luar negeri," pungkas Erwin.

 


Rilis Buku tentang Perjuangan Kantor Perwakilan Bantu UMKM, Bos BI: Ini The Real Story

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan November 2023, dikutip Kamis (23/11/2023).
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan November 2023, dikutip Kamis (23/11/2023).

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menghadiri peluncuran buku berjudul Listen and Design: on Micro, Small and Medium Enterprises di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Sabtu (3/8/2024).

Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa dan Visiting Scholar Standford University, Gita Wirjawan.

Adapun buku karya Research Scholar Bank Indonesia Institute yang ditulis Iwan Jaya Aziz ini memuat perjuangan kantor perwakilan BI di seluruh Indonesia dalam mengangkat UMKM di pelosok daerah.

"Ini dokumentasi, the real story yang ditulis dengan kaidah akademik," ujar Perry dalam acara peluncuran dan bedah buku bertajuk Listen and Design: on Micro, Small and Medium Enterprises di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Sabtu (3/8/2024).

Menurut dia, buku tersebut juga selaras dengan Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) x Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2024 yang sudah memasuki hari ketiga. Perry mengatakan, FEKDI x KKI 2024 dilandasi pada tiga aspek penting, yakni love (cinta), devotion (pengorbanan), dan life (kehidupan).

"Bagi saya dan BI, ini tidak hanya event m yang biasa, semuanya yang kita lakukan kami persembahan dengan rasa cinta, penuh pengabdian, dan memajukan kehidupan kita," ucap Perry.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya