Bos Telegram Pavel Durov Ditahan di Prancis, Biaya Jaminan Tembus Rp 86 Miliar

Jaksa penuntut Prancis menyatakan,Pavel Durov sedang diselidiki atas beberapa dugaan pelanggaran aktivitas kriminal di Telegram.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 30 Agu 2024, 13:24 WIB
Diterbitkan 30 Agu 2024, 13:22 WIB
Bos Telegram Pavel Durov Ditahan di Prancis, Biaya Jaminan Tembus Rp 86 Miliar
Miliarder pendiri platform Telegram, Pavel Durov sedang menjalani penyelidikan resmi dan tidak diizinkan meninggalkan Prancis, menyusul penahanan terhadapnya pekan lalu. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Miliarder pendiri platform Telegram, Pavel Durov sedang menjalani penyelidikan resmi dan tidak diizinkan meninggalkan Prancis, menyusul penahanan terhadapnya pekan lalu.

Melansir CNN, Jumat (30/8/2024) jaksa penuntut Prancis mengungkapkan miliarder kelahiran Rusia itu sedang diselidiki atas beberapa dugaan pelanggaran terkait aktivitas kriminal di Telegram, termasuk keterlibatan dalam transaksi ilegal, pencucian uang hasil kejahatan dalam kelompok terorganisasi.

Pavel Durov kini harus tetap berada di negara itu di bawah pengawasan pengadilan, dengan jaminan yang ditetapkan sebesar USD 5,56 juta atau Rp.86,1 miliar, dan diharuskan melapor ke kantor polisi Prancis dua kali seminggu.

Durov dibebaskan dari tahanan polisi di Prancis pada hari sebelumnya dan dipindahkan ke pengadilan untuk diinterogasi, menurut laporan jaksa penuntut, beberapa hari setelah penangkapannya yang dramatis di bandara Paris.

Keterangan dari kantor kejaksaan juga menyebut, Kantor Nasional Prancis untuk Anak di Bawah Umur telah melaporkan kepada kantor kejaksaan tentang "hampir tidak adanya tanggapan" dari Telegram terhadap permintaan pengadilan terkait pelanggaran yang mencakup perdagangan manusia hingga ujaran kebencian.

Kronologi Bos Telegram Pavel Durov Ditahan di Prancis

Pavel Durov ditahan di Bandara Bourget Paris pekan lalu atas surat perintah terkait kurangnya moderasi Telegram. Ia sedang diselidiki atas tuduhan yang berkaitan dengan sejumlah kejahatan, termasuk tuduhan platformnya terlibat dalam membantu penipu, pengedar narkoba, dan orang-orang yang menyebarkan pornografi.

Ia ditahan hingga 96 jam, jumlah waktu maksimum seseorang dapat ditahan menurut hukum Prancis sebelum didakwa.

Penangkapan Durov memicu perdebatan tentang isu kebebasan berbicara, dan menimbulkan kekhawatiran khusus di Ukraina dan Rusia, di mana platform Telegram sangat populer dan telah menjadi komunikasi utama di antara personel militer dan warga negara itu.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Prancis Klaim Penangkapan Bos Telegram Tidak Berdasarkan Kepentingan Politik

[Bintang] Sederet Foto Pavel Durov, Pencipta Telegram yang Ganteng Abis!
Bukan cuma aplikasi Telegram yang disukai banyak orang, penciptanya, Pavel Durov juga bikin cewek-cewek pada baper. (Foto: scontent.cdninstagram.com)

Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Senin, mengatakan keputusan untuk mengajukan tuntutan terhadap Pavel Durov "sama sekali tidak politis," intervensi langka oleh seorang pemimpin Prancis dalam masalah peradilan.

Telegram diluncurkan pada tahun 2013 oleh Durov dan saudaranya, Nikolai. Aplikasi ini sekarang memiliki lebih dari 950 juta pengguna, menurut sebuah posting dari Durov bulan lalu, menjadikannya salah satu platform pengiriman pesan yang paling banyak digunakan di dunia.

Sekilas Sosok Bos Telegram Pavel Durov

Durov lahir di Uni Soviet pada 1984, dan di usia 20-an ia dikenal sebagai "Mark Zuckerberg dari Rusia." Ia meninggalkan negara itu pada tahun 2014 dan sekarang tinggal di Dubai, tempat Telegram berkantor pusat, sambil juga memegang kewarganegaraan Prancis. Menurut Bloomberg, kekayaannya diperkirakan bernilai USD 9,15 miliar atau Rp 141,6 triliun.


Kripto TON Coin Terkoreksi Usai CEO Telegram Ditahan di Prancis

Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)
Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)

Sebelumnya, Toncoin (TON) adalah mata uang kripto asli dari blockchain lapisan-1 yang terdesentralisasi, The Open Network (TON). Blockchain TON bersumber terbuka dan didukung oleh banyak kontributor jaringan, termasuk organisasi nirlaba yang berbasis di Swiss, TON Foundation.

Dilansir dari Coinmarketcap, sejak 2017, tim Telegram telah mengembangkan basis kode untuk jaringan blockchain, yang kemudian diberi nama Telegram Open Network (TON), dengan mata uang kripto asli bernama Gram.

Pada Mei 2020, pendiri dan CEO Telegram Pavel Durov mengumumkan berakhirnya keterlibatan Telegram dengan TON Blockchain menyusul perintah pengadilan oleh SEC. Token Gram tidak pernah dikeluarkan.

Sejak 2020, teknologi ini telah dikembangkan oleh komunitas pengembang independen dan penggemar blockchain. Yayasan nirlaba TON adalah pendukung yang paling menonjol.

Blockchain diubah namanya dari "Telegram Open Network" menjadi "The Open Network," dengan Toncoin sekarang menjadi mata uang kripto asli dari jaringan TON.

Whitepaper berisi bagian dari basis kode asli yang ditulis oleh Dr. Nikolai Durov, salah satu pendiri Telegram dan saudara laki-laki Pavel Durov. Toncoin menggunakan model konsensus proof-of-stake (PoS) untuk skalabilitas dan keandalan jaringan.

Visi TON Foundation adalah memberdayakan 500 juta pengguna untuk memiliki identitas digital, data, dan aset mereka pada 2028 dengan memberdayakan pengembang untuk membangun ekosistem Web3 di Telegram Messenger.

Harga TON Coin

Berdasarkan data Coinmarketcap, Selasa (27/9/2024), harga TON Coin adalah Rp 87.356 dengan volume perdagangan 24 jam sebesar Rp 18,2 triliun. TON Coin turun 0,35 persen dalam 24 jam terakhir di tengah penahanan CEO Telegram, Pavel Durov di Prancis, Sabtu, 24 Agustus 2024.

Sedangkan untuk peringkat Coinmarketcap saat ini adalah 10 dengan kapitalisasi pasar Rp 221,5 triliun. Hingga saat ini telah terjadi peredaran suplai sebanyak 2,4 miliar TON Coin dari maksimal suplai 5,1 miliar TON Coin.

 


Apa yang Membuat Toncoin Unik?

Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)
Ilustrasi Kripto. (Foto By AI)

TON memiliki struktur multi-level yang dibangun berdasarkan prinsip sharding atau segmentasi (TON dapat dianggap sebagai "blockchain dari blockchain"). Fitur sharding TON melibatkan penggunaan beberapa subnet (shard) pada blockchain yang sama, di mana setiap shard memiliki tujuan tertentu.

Hal ini memungkinkan jaringan untuk menghindari akumulasi blok yang belum diverifikasi dan secara signifikan mempercepat tugas.

Teknologi sharding ini memungkinkan TON untuk melakukan penskalaan secara efektif dan efisien, yang berarti bahwa TON secara teoritis dapat melakukan transaksi simultan dan sangat cepat dalam jumlah yang hampir tak terbatas.

Kapasitas TON untuk meningkatkan skala sambil memastikan transaksi tetap murah dan cepat hanyalah salah satu alasan Telegram mendukung TON sebagai infrastruktur Web3 resmi mereka. Telegram dan TON Foundation akan mengintegrasikan dan mempromosikan ekosistem Web3 berbasis TON di Telegram.

Misi para mitra adalah untuk memasukkan 30% dari seluruh pengguna Telegram ke TON pada tahun 2028. Komitmen Telegram terhadap blockchain TON memberi pengembang dan pedagang di seluruh dunia akses tak tertandingi ke audiens global pengguna akrab Web3 yang berkembang pesat.

 

 

infografis miliarder dunia
Pendatang baru miliarder dunia
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya