Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan memaparkan sejumlah bukti bahwa situasi ekonomi di Indonesia aman terkendali, khususnya menjelang Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyerahkan estafet kepemimpinan kepada presiden terpilih, Prabowo Subianto, pada 20 Oktober 2024 mendatang.
Sebagai contoh, Mendag menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini berada di atas rata-rata negara dunia, dengan tetap terjaga di kisaran 5 persen.
Baca Juga
"Terutama karena hari ini kita memiliki data dan fakta yang lebih baik. Misalnya, pertumbuhan ekonomi kita masih di atas 5 persen. Bank Dunia, IMF, dan lain-lain juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia hanya sekitar 3-3,2 persen," ungkapnya saat bersilaturahmi dengan Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie, di Menara Kadin, Jakarta, Selasa (24/9/2024).
Advertisement
Selain itu, Mendag mengklaim bahwa harga kebutuhan pokok masyarakat di pasaran, termasuk barang konsumsi seperti beras, juga terkendali dengan baik. Ia mencatat adanya deflasi selama empat bulan berturut-turut.
"Kemudian kalau dalam negeri, harga-harga kebutuhan sehari-hari menjadi perhatian masyarakat luas. Sekarang bukan inflasi, bulan ini malah deflasi. Artinya, inflasi kita tahun ini diperkirakan antara 2 persen, mungkin 2,3 persen. Jadi di bawah tahun lalu," jelasnya.
"Jadi, harga-harga stabil, bahkan cenderung turun. Bayangkan dibanding dulu ketika kita menghadapi COVID-19 dan berbagai masalah lainnya," tambahnya.
Bukti Lainnya
Bukti lainnya, ia menyebutkan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga terus membaik. Mendag mengungkapkan rasa gembiranya terkait situasi ekonomi Indonesia menjelang pergantian kepemimpinan bulan depan.
"Menjelang 20 Oktober ini, coba lihat nilai tukar rupiah. Itu sudah hampir naik 8-10 persen, dari Rp 16.600 sampai Rp 16.700, sekarang kan Rp 15.200. Bagus artinya. Jadi, saya kira situasi ini menggembirakan menjelang 20 Oktober yang akan datang," tuturnya.
Sri Mulyani Ramal Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III 2024 Tetap Cemerlang
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati prediksi pertumbuhan ekonomi kuartal III 2024 tetap stabil didukung konsumsi yang terjaga kuat dan pertumbuhan investasi.
"Pertumbuhan ekonomi sampai kuartal III kami perkirakan masih terjaga momentumnya, ini dengan lingkungan global yang dinamis," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa Agustus 2024, Senin (23/9/2024).
Menkeu berharap, dengan pemangkasan suku bunga yang dilakukan The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) akan terus memberikan momentum positif bagi ekonomi Indonesia. Di sisi lain volatilitas pasar keuangan diharapkan menurun seiring semakin jelasnya arah kebijakan moneter negara maju.
Adapun, Menkeu juga berharap potensi dampak perlambatan pertumbuhan ekonomi global, kontraksi manufaktur, dan fluktuasi harga komoditas dapat dimitigasi.
Dia menuturkan, hal yang tidak diprediksi adalah geopolitik, termasuk kondisi pemilu di Amerika Serikat yang akan menentukan arah kebijakan. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia harus tetap waspada.
"Ini masih harus kita waspadai karena bisa menimbulkan swing terhadap direction dari policy yang kemudian mempengaruhi secara sistemik untuk perekonomian global," ujarnya.
Lebih lanjut, untuk kegiatan ekonomi domestik, kata Sri Mulyani, neraca perdagangan Indonesia masih surplus, namun dari sektor manufaktur masih mengalami kontraksi mayoritas dari seluruh negara, dan harga komoditas masih mengalami volatilitas ataupun fluktuasi meskipun masih rellatif di level rendah dibanding tahun yang lalu.
Disamping itu, Menkeu menyebut kinerja APBN KiTa hingga Agustus 2024 masih terjaga. Meskipun pendapatan negara mengalami perlambatan, tetapi kondisi tersebut telah melandai. Hal-hal itulah yang menurut Sri Mulyani yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal III-2024.
"Meksipun kita melihat pendapatan negara yang mengalami perlambatan. Namun perlambatannya sudah semakin menipis atau melandai. Ini kita harapkan akan positif di kuartal ke-III dan ke-IV ini," pungkasnya.
Advertisement