Tengok Jadwal Rapat Dewan Gubernur BI di 2025

Simak jadwal Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan Bank Indonesia Tahun 2025.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 27 Des 2024, 11:30 WIB
Diterbitkan 27 Des 2024, 11:30 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Dewan Gubernur BI dalam konferensi pers RDG Oktober 2024, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (20/11 /2024). (Tira/Liputan6.com)
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Dewan Gubernur BI dalam konferensi pers RDG Oktober 2024, di Gedung BI, Jakarta, Rabu (20/11 /2024). (Tira/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) resmi merilis jadwal Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan untuk tahun 2025.

Diselenggarakan selama dua hari berturut-turut, RDG merupakan bagian dari transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan tugas BI, khususnya dalam proses perumusan dan penetapan bauran kebijakan.

Mengutip laman resmi BI, Jumat (27/12/2024) pada hari pertama penyelenggaraannya, RDG Bulanan membahas hasil evaluasi terhadap kondisi dan prospek perekonomian, stabilitas sistem keuangan, sistem pembayaran, serta mengintegrasikan opsi bauran kebijakan.

Kemudian di hari selanjutnya, RDG Bulanan membahas rekomendasi dan penetapan kebijakan moneter, makroprudensial, serta sistem pembayaran dalam satu bauran kebijakan.

Pelaksanaan RDG BI diatur dalam pasal 43 Undang-Undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang No.4 Tahun 2023.

Pada pasal tersebut menyatakan RDG diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 kali dalam sebulan untuk menetapkan kebijakan umum di bidang moneter.

RDG Bulanan sendiri merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi untuk melakukan evaluasi atas bauran kebijakan yang ditempuh serta untuk menetapkan arah kebijakan ke depan.

 

Berikut adalah jadwal Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan Bank Indonesia Tahun 2025:

Januari

Selasa-Rabu, 14-15 Januari 2025 di Jakarta

Februari

Selasa-Rabu, 18-19 Februari 2025 di Jakarta

Maret

Selasa-Rabu, 18-19 Maret 2025 di Jakarta

April

Selasa-Rabu, 22-23 April 2025 di Jakarta

Mei

Selasa-Rabu, 20-21 Mei 2025 di Jakarta

Juni

Selasa-Rabu, 17-18 Juni 2025 di Jakarta

Juli

Selasa-Rabu, 15-16 Juli 2025 di Jakarta

Agustus

Selasa-Rabu, 19-20 Agustus 2025 di Jakarta

September

Selasa-Rabu,16-17 September 2025 di Jakarta

Oktober

Selasa-Rabu, 21-22 Oktober 2025 di Jakarta

November

Selasa-Rabu, 18-19 November 2025 di Jakarta

Desember

Selasa-Rabu,16-17 Desember 2025 di Jakarta

 

BI Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen pada RDG Desember 2024

Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia Gratis, Ini Syaratnya
Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Pada Rapat Dewan Gubernur 17-18 Desember 2024, Bnk Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan di posisi 6,00 persen.

Sementara itu, suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen pada Desember 2024.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Desember 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,00 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, Rabu (18/12/2024).

Perry menuturkan, keputusan ini konsisten dengan arah kebijakan moneter untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen pada 2024 dan 2025. Kebijakan ini juga mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan. 

Keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan ini juga sejalan dengan kebijakan moneter diarahkan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar Rupiah. Diharapkan kinerja rupiah terhindar dari dampak semakin tingginya ketidakpastian geopolitik dan perekonomian global dengan perkembangan politik di Amerika Serikat (AS). 

Ke depan, Bank Indonesia akan terus memperhatikan pergerakan nilai tukar Rupiah dan prospek inflasi serta perkembangan data dan dinamika kondisi yang berkembang. BI juga tetap membuka peluang adanya ruang penurunan suku bunga kebijakan lanjutan. 

Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran terus diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, termasuk UMKM dan ekonomi hijau.

"Kebijakan sistem pembayaran juga diarahkan untuk turut mendorong pertumbuhan, khususnya sektor perdagangan dan UMKM, dengan memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran," kata Perry.

Bank Indonesia Diprediksi Pangkas Suku Bunga Jadi 5,5% pada 2025

Cek Jadwal Kegiatan Operasional dan Layanan Publik BI Selama Mitigasi COVID-19
Ilustrasi Bank Indonesia.

Sebelumnya, Permata Bank memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menurunkan BI rate sebesar 25bps menjadi 5,75% pada kuartal terakhir 2024, atau pada 24 Desember 2024. 

Bank tersebut memproyeksi BI akan melanjutkan penurunan suku bunga sebesar 25bps lagi menjadi 5,50% pada 2025.Proyeksi itu diungkapkan Permata melalui Bank Permata Institute for Economic Research (PIER) dalam laporan 2025 Economic Outlook yang diluncurkan pada Selasa, 3 Desember 2024.

"Tahun depan penurunan (BI Rate) sekitar 25bps, jadi di tahun depan suku bunga BI berkisar di 5,50%,” ungkap Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede dalam konferensi pers di St Regis Jakarta, Selasa (3/12/2024).

Permata Bank, dalam laporan Economic Outlook 2025 menjelaskan pemangkasan suku bunga kemungkinan akan dilakukan secara lebih bertahap untuk mendukung stabilitas Rupiah,  di tengah meningkatnya volatilitas pasar selama era kepemimpinan Donald Trump, sebagai Presiden AS.

PIER dalam laporannya mengatakan, terbatasnya penurunan BI rate karena laku inflasi Indonsesia yang diperkirakan akan menyentuh 3% pada tahun 2025, dan melebarnya defisit transaksi berjalan yang meningkatkan risiko terjadinya twin deficit.

"Terkait sikap BI pada tahun 2025, Gubernur (Perry Warjiyo) telah mengindikasikan grand strategy yang berfokus pada menjaga stabilitas sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,” papar PIER.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya