Kenaikan PPN 12% Berdampak ke Inflasi? Ini Penjelasan BPS

Isu kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12% yang direncanakan pemerintah tentunya memicu berbagai pertanyaan terkait dampaknya terhadap inflasi, terutama pada bulan Desember 2024.

oleh Tira Santia diperbarui 02 Jan 2025, 14:43 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2025, 14:43 WIB
Inflasi Ekonomi Indonesia
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan tren penurunan inflasi ini menunjukan stabilitas harga komoditas pangan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Isu kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai atau PPN 12% yang direncanakan pemerintah tentunya memicu berbagai pertanyaan terkait dampaknya terhadap inflasi, terutama pada bulan Desember 2024.

Mengingat bahwa sebagian barang sudah mengalami kenaikan harga sebelum kebijakan ini diterapkan, apakah hal tersebut berpengaruh terhadap angka inflasi yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Desember 2024 ini?

Deputi Bidang Statistik dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menegaskan saat ini BPS belum dapat menangkap dampak kenaikan PPN 12% dalam rilis inflasi Desember 2024.

Hal ini dikarenakan barang-barang yang sudah terlanjur mengalami kenaikan harga sebelum penerapan PPN baru tidak dapat tercatat dalam statistik inflasi Desember 2024. Dengan kata lain, meskipun ada prediksi bahwa harga barang akan naik sebagai dampak dari kebijakan baru ini, BPS tidak dapat mengukur dampak tersebut dalam periode yang telah berlalu.

"BPS belum menangkap dampak dari rencana kenaikan PPN 12% ini karena saat ini kita merilis kondisi Desember 2024. Jadi artinya apakah barang-barang yang terlanjur naik sebelum PPN diterapkan ini tidak bisa kita tangkap atau kita lihat dari kondisi Desember 2024 ini," kata Pudji dalam konferensi pers BPS, Kamis (2/1/2024).

Pudji menjelaskan, bahwa inflasi dihitung berdasarkan perubahan harga barang dan jasa dari bulan ke bulan. Jika suatu barang sudah mengalami kenaikan harga sebelum PPN 12% diberlakukan, maka kenaikan harga tersebut telah tercatat dalam data inflasi sebelumnya.

Sebagai informasi, BPS mencatat inflasi sebesar 0,44% secara bulanan pada Desember 2024. Sementara itu, inflasi tahunan atau year-on-year (YoY), pada Desember 2024 tercatat sebesar 1,57%.

"Pada Desember 2024 terjadi inflasi sebesar 0,44% secara bulanan atau terjadi kenaikan indeks harga konsumen dari 106,33% pada November 2024 menjadi 106,80% pada Desember 2024," ujarnya.

Lebih lanjut, ia menyebut inflasi Desember 2024 tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi November 2024 dan Desember 2023.

BPS: Inflasi Desember 2024 Tercatat 0,44%, Ini Biang Keroknya

Inflasi
Pedagang menata telur di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 0,44% secara bulanan pada Desember 2024. Kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 106,33% pada November 2024 menjadi 106,80% pada Desember 2024 menunjukkan adanya peningkatan harga barang dan jasa yang memengaruhi daya beli masyarakat.

"Pada Desember 2024 terjadi inflasi sebesar 0,44% secara bulanan atau terjadi kenaikan indeks harga konsumen dari 106,33% pada November 2024 menjadi 106,80% pada Desember 2024," kata Deputi Bidang Statistik dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers pengumuman inflasi Desember 2024, Kamis (2/1/2025).

Ia mengungkapkan, inflasi tahunan atau year-on-year (YoY), pada Desember 2024 tercatat sebesar 1,57%. Perbandingan antara Desember 2024 dan Desember 2023 menunjukkan tingkat inflasi yang stabil, dengan angka YoY dan year-to-date (YTD). 

Ia menyebut inflasi bulanan pada Desember 2024 tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi November 2024 dan Desember 2023. Angka inflasi bulanan ini menunjukkan pergerakan harga yang lebih signifikan pada bulan Desember dibandingkan dua bulan sebelumnya.

"Inflasi bulanan pada Desember 2024 lebih tinggi dibandingkan inflasi November 2024 dan juga inflasi Desember 2023," ujar dia.

 

Kontribusi ke Inflasi

Inflasi
Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Adapun kelompok pengeluaran yang memberikan kontribusi terbesar terhadap inflasi Desember 2024 adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Inflasi pada kelompok ini tercatat sebesar 1,33%, memberikan andil inflasi sebesar 0,38%. Komoditas yang mendominasi kenaikan harga di kelompok ini adalah telur ayam ras dan cabai merah, masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,06%.

Komoditas lainnya yang turut memberikan andil inflasi dalam kelompok ini adalah ikan segar, cabai rawit, bawang merah, dan minyak goreng, yang masing-masing memberikan andil sebesar 0,03%. Sementara itu, bawang putih, sawi hijau, daging ayam ras, dan beras turut berkontribusi dengan andil inflasi sebesar 0,01% per komoditas.

Inflasi Desember 2024 juga dipengaruhi oleh komponen harga yang berbeda. Komponen inti, yang mencerminkan kecenderungan inflasi jangka panjang tanpa faktor sementara, mengalami inflasi sebesar 0,17%. Komponen ini memberikan andil inflasi sebesar 0,11%, dengan komoditas yang dominan seperti minyak goreng, emas perhiasan, dan kopi bubuk.

 

Komponen Harga yang Diatur Pemerintah

20161003-Pasar Tebet-Jakarta- Angga Yuniar
BPS merilis dari kelompok pengeluaran, bagan makanan mengalami deflasi sebesar 0,07% dengan andil dalam inflasi September 2016 sebesar -0,01%, Jakarta, Senin (3/10). Harga beras dan telur ayam terkoreksi turun. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

"Berikutnya adalah inflasi bulan ke bulan menurut komponen. Inflasi yang terjadi pada Desember 2024 sebesar 0,44% utamanya didorong oleh inflasi komponen bergejolak. Pertama untuk komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,17%. Komponen ini memberikan andil inflasi sebesar 0,11%," ujar dia.

Selain itu, komponen harga yang diatur oleh pemerintah tercatat mengalami inflasi sebesar 0,03%. Meskipun ada inflasi, kontribusinya terhadap total inflasi terbilang kecil dan tidak signifikan.

Selajutnya, komponen harga yang bergejolak (volatile food), yang cenderung dipengaruhi oleh faktor musiman dan cuaca, mengalami inflasi sebesar 2,04%. Komponen ini memberikan andil inflasi sebesar 0,33%. Beberapa komoditas yang mendominasi inflasi pada kelompok ini adalah telur ayam ras, cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan bawang putih.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya