Gara-gara Trump, Sri Mulyani Ramal Dolar AS Makin Perkasa

Penguatan nilai tukar Dolar AS salah satunya dipicu oleh kebijakan tarif impor yang gencar dilakukan oleh Presiden AS, Donald Trump.

oleh Tim Bisnis diperbarui 24 Jan 2025, 19:45 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2025, 19:45 WIB
Donald Trump Kalah Pilpres AS, Rupiah Menguat
Petugas menghitung uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami tekanan di awal 2025. Rupiah melemah tembus level psikologis 16.000 per dolar AS di tahun ini karena penguatan dolar AS.  

Bahkan,  Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati meramalkan pergerakan penguatan dolar AS ini akan terus berlansung sepanjang 2025. Tentu saja, penguatan dolar AS ini akan membuat mata uang dunia lainnya termasuk rupiah berpotensi mengalami tren pelemahan.

"Indeks mata uang dolar AS atau Amerika Serikat US Dolar berada dalam tren yang meningkat dan ini akan memberikan tambahan tekanan perlemahan pada mata uang dunia lainnya," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (24/1/2025).

Bendahara Negara ini menjelaskan bahwa penguatan nilai tukar Dolar AS salah satunya dipicu oleh kebijakan tarif impor yang gencar dilakukan oleh Presiden AS, Donald Trump.

Penerapan tarif impor perdagangan tersebut diyakini akan mempengaruhi sikap The Fed dalam menelurkan arah kebijakan suku bunga yang berpotensi menimbulkan gejolak di pasar keuangan dunia.

"ini tentu mempengaruhi posisi dari Fed Fund Rate kebijakan dari suku bunga Federal Reserve yang dalam hal ini ekspektasi untuk terjadinya penurunan menjadi lebih terbatas, akibat tadi inflasinya masih tertahan akibat kebijakan tarif yang dilakukan," tegasnya.

Dari sisi fiskal Amerika Serikat juga akan lebih ekspansif dan ini mendorong yield dari US Treasury (imbal hasil) tetap tinggi. Baik pada tenor jangka pendek maupun jangka panjang.

"Tekanan politik global yang meningkat dan preferensi investor yang makin besar terhadap aset-aset keuangan Amerika Serikat akan menyebabkan indeks mata uang dolar AS berada dalam tren yang meningkat," tandasnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

 

Rupiah Lebih Unggul Dibanding Yen dan Won, Ini Buktinya

Nilai Tukar Rupiah Kian Melemah
Petugas valas menghitung mata uang dolar AS di DolarAsia Valas di kawasan BSD, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (16/4/2024). (merdeka.com/Arie Basuki)... Selengkapnya

Sebelumnya, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menggelar konferensi pers hari ini untuk menjelaskan situasi sistem keuangan Indonesia di Kuartal IV 2024. KSSK berisikan Menteri Keuangan (Menkeu), Gubernur Bank Indonesia (BI), Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati sebagai ketua KSSK menjelaskan, kinerja nilai tukar rupiah masih baik jika dibandingkan dengan mata uang beberapa negara tetangga. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) memang melemah di akhir 2024 dan tembus level 16.000 per dolar AS di awal 2025 hingga saat ini.

"Dari sisi nilai tukar rupiah, tetap terkendali di tengah ketidakpastian global yang tinggi Ini tentu didukung oleh kebijakan stabilisasi dari Bank Indonesia," kata Sri Mulyani di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (24/1/2025).

Sri Mulyani mencatat, nilai tukar rupiah bertengger pada level Rp 16.095 per dolar AS hingga akhir 2024. Dengan ini, mata uang garuda melemah sebesar 4,34 persen secara point to point.

Dari data tersebut, Sri Mulyani mengklaim pelemahan nilai tukar rupiah masih lebih baik dibandingkan Won Korea Selatan hingga Yen Jepang.

"Kalau kita bandingkan dengan mata uang negara-negara lain seperti Korea Won, Meksiko dengan peso-nya, Brazil dengan Real, Jepang dengan Japanese Yen, dan Turki dengan Lira maka perkembangan rupiah meskipun tadi mengalami depresiasi 4,34 point to point masih lebih baik," ujarnya.

Di Awal 2025

Untuk awal 2025, Sri Mulyani mencatat nilai tukar rupiah melemah 1,14 persen hingga 23 Januari. Menurutnya, pelemahan nilai tukar rupiah ini masih lebih baik dibandingkan akhir 2024.

"Nilai tukar rupiah kita menguat terhadap mata uang kelompok negara maju di luar dolar Amerika, dan nilai tukar rupiah kita relatif stabil terhadap mata uang kelompok negara-negara berkembang," bebernya.

Hal ini sejalan dengan kebijakan stabilisasi Bank Indonesia, didukung oleh aliran masuk modal asing yang masih berlanjut. Selanjutnya, Dari imbal hasil instrumen keuangan domestik masih dianggap cukup menarik dan juga prospek perekonomian Indonesia yang juga tetap resilien dan baik

"Untuk cadangan devisa kita pada posisi akhir Desember 2025, tercatat tinggi yaitu sebesar USD 155,7 miliar. Ini artinya setara dengan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan import plus pembayaran utang luar negeri pemerintah," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya