Alasan Tren Jastip Marak di Kalangan Anak Muda

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan, ada karakter berbeda dari jastip barang dan jastip tiket konser.

oleh Arief Rahman H diperbarui 11 Feb 2025, 19:45 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2025, 19:45 WIB
Alasan Tren Jastip Marak di Kalangan Anak Muda
Tren jasa titip (jastip) tiket konser hingga barang-barang dari luar negeri masih terus diminati oleh kalangan anak muda. Harga yang lebih murah hingga akses yang mudah menjadi salah satu alasannya. ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Tren jasa titip (jastip) tiket konser hingga barang-barang dari luar negeri masih terus diminati oleh kalangan anak muda. Harga yang lebih murah hingga akses yang mudah menjadi salah satu alasannya.

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan, ada karakter berbeda dari jastip barang dan jastip tiket konser. Menurut dia, perkembangan jastip barang dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah harga barang yang jauh lebih murah di luar negeri. 

"Perilaku jastip barang biasanya mengincar barang branded yang sebenarnya ada di Indonesia namun harga di luar negeri jauh lebih murah. Selisih harga bisa mencapai 25-30 persen," ujar Huda kepada Liputan6.com, Selasa (11/2/2025).

Dia mengatakan, meski ada tambahan biaya jastip, harga barang dari luar negeri cenderung lebih murah. "Faktor lainnya adalah ketersediaan barang yang diinginkan kadang tidak masuk ke Indonesia. Tapi faktor utamanya tetap di harga," ungkapnya.

Sementara itu untuk jastip tiket konser, salah satu alasan utamanya adalah kemudahan. Kepastian mendapatkan tiket kerap ditawarkan para penyedia jastip.

"Tapi pelaku jastip biasanya menawarkan kemudahan dan kepastian mendapatkan tiket," kata dia. 

Huda bilang, baik jastip barang maupun jasa tiket konser banyak diminati karena perkembangan teknologi, baik media sosial maupun kemudahan transaksi.

"Keduanya (jastip barang dan jasa), banyak diminati karena perkembangan teknologi, media sosial, dan proses transaksi secara online. Untuk usia, saya melihat jastip lebih banyak diminati oleh usia yang muda, walaupun juga ada usia dewasa yang melalukan pembelian secara jastip," bebernya.

 

 

Bisnis Berbasis Komunitas

apa itu jastip
apa itu jastip ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Lebih lanjut, Huda menerangkan kalau pelaku jastip ini merupakan bisnis berbasis komunitas. Pasalnya, tidak ada kantor fisik resmi, dan memanfaatkan media sosial.

"Tidak ada aturan yang dapat mengatur besaran fee jastip. Semakin besar komunitas-nya, semakin banyak dipercaya, fee jastip akan lebih mahal karena bisnis ini bisnis kepercayaan," kata Huda.

"Sebaliknya, jika cenderung murah, maka pelaku jastip memang patut dicurigai melakukan penipuan," imbuhnya.

Dia melihat kemungkinan biaya jastip atau fee bisa lebih murah ketika semakin banyak yang menyediakan jasa. Namun, ada keterbatasa modal.

"Selain itu ada aturan pembatasan untuk jastip barang dari luar negeri. Artinya fee jastip tidak akan murah sekali. Ada biaya risiko juga dalam fee jastip," pungkasnya.

 

Marak Situs Jastip Ilegal Barang Murah China, Pemerintah Bakal Investigasi

Sebelumnya, penutupan cross border dan larangan importasi barang pemesanan sistem online e-commerce di bawah USD 100 telah membuka celah bagi oknum-oknum lainnya mendatangkan barang impor ilegal dari luar negeri, khususnya China.

Akun media sosial hingga situs jasa titip (jastip) pembelian barang impor China dengan harga murah banyak bermunculan. Mereka menawarkan jasa impor barang dari China dengan harga miring.

Temuan ini dibenarkan oleh Plt Deputi Bidang UKM Kemenkop UKM, Temmy Satya Permana. Dia menyatakan barang-barang tersebut tidak masuk dalam jalur resmi dan tidak dikenakan pajak. Sehingga harga yang dihasilkan jauh lebih murah di bawah rata-rata harga jual, dan berpotensi merusak pasar dalam negeri.

Temmy menjelaskan, akses ke platform jasa titip ini bisa ditemukan sangat mudah, hanya dengan mencari link terkait dan akan langsung meluncur ke sebuah aplikasi. Kemudian barang yang dipesan akan langsung dibeli, dan dikirimkan dengan ongkir relatif murah.

"Mereka yang akan belikan. Dikirim dari Singapur misalnya. Biaya kirimnya murah banget gitu loh," kata Temmy dalam sesi bincang media di Kantor Kemenkop UKM, Jakarta, Kamis (3/10/2024).

 

Bukan Kebutuhan Primer

Kendati begitu, ia menemukan bahwa barang-barang yang biasa dicari di platform tersebut tidak bersifat kebutuhan primer, semisal kaos band yang dibanderol kurang dari USD 100.

"Begitu kemarin cross border ketutup, mereka enggak bisa beli ini gitu loh. Makanya kita enggak terlalu khawatir karena barang-barang hobbies yang dicari," ungkap dia.

Namun, ia menganggap keberadaan situs-situs itu belum terlalu mengkhawatirkan. Lantaran angka trafik dan transaksi di sana masih terbatas. Jika ada lonjakan trafik, pihaknya akan segera melakukan investigasi khusus.

"Tapi selama ini masih belum mengkhawatirkan, saya rasa masih barang-barang hobbies. Contohnya saya bisa beli kaosnya Iron Man, atau kaosnya Gundam. Kan kita kalau di bawah USD 100 di cross border udah enggak boleh nih," terang dia.

"Makanya kita enggak terlalu khawatir karena barang-barang hobbies yang dicari. Belum banyak kok, trafiknya enggak terlalu mengkhawatirkan. Yang pasti, apabila mengkhawatirkan, kita pasti akan melakukan investigasi khusus kalau untuk ini," pungkasnya.

Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global
Infografis Efek Donald Trump Menang Pilpres AS ke Perekonomian Global. (Liputan6.com/Abdillah)... Selengkapnya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya