Liputan6.com, Jakarta - Pejabat Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (The Fed) menyatakan kekhawatiran terhadap dampak dari kebijakan tarif impor Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Mengutip CNBC International, Kamis (20/2/2025) risalah menunjukkan para pembuat kebijakan di Komite Pasar Terbuka Federal dengan suara bulat memutuskan untuk mempertahankan suku bunga kebijakan utama mereka tetap stabil.
Baca Juga
Dalam mencapai keputusan tersebut, para anggota mengomentari dampak potensial dari pemerintahan baru AS, termasuk tarif impor serta dampak dari pengurangan regulasi dan pajak.
Advertisement
Para pejabat komite federal juga menyoroti potensi perubahan kebijakan untuk menjaga inflasi di kisaran target The Fed.
"Dampak dari potensi perubahan dalam kebijakan perdagangan dan imigrasi serta permintaan konsumen yang kuat. Kontak bisnis di sejumlah Distrik telah mengindikasikan bahwa perusahaan akan mencoba untuk meneruskan biaya input yang lebih tinggi kepada konsumen yang timbul dari potensi tarif,” tulis para pejabat komite federal.
"Secara khusus, para peserta mengutip kemungkinan dampak dari perubahan potensial dalam kebijakan perdagangan dan imigrasi,” ungkap risalah fersebut.
Sejak pertemuan tersebut, sebagian besar pejabat bank sentral AS telah berbicara dengan nada hati-hati tentang arah kebijakan moneter.
Sebagian besar melihat tingkat suku bunga saat ini dalam posisi untuk mengevaluasi cara melanjutkan.Di sisi lain dari kekhawatiran atas tarif dan inflasi, risalah tersebut mencatat "optimisme substansial tentang prospek ekonomi, yang sebagian berasal dari ekspektasi pelonggaran peraturan pemerintah atau perubahan kebijakan pajak."
Jerman Ketar Ketir Ada Tarif Impor AS: Ekonomi Kami Bisa Ambles
Jerman mengungkapkan serangkaian tarif dagang baru yang dikenakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, berisiko menimbulkan dampak yang signifikan pada negara ekonomi terbesar di Eropa itu.
Mengutip BBC, Selasa (18/2/2025) Presiden Bank Sentral Jerman Bundesbank, Joachim Nagel, memperingatkan tarif dagang AS lmenimbulkan risiko signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi negaranya.
Berbicara di Speaker's Luncheon Union International Club di Frankfurt, Nagel menekankan bahwa sebagai ekonomi yang digerakkan oleh ekspor, Jerman berisiko menderita kerugian besar imbas perubahan kebijakan perdagangan AS.
Mengacu pada pengenaan tarif 25 persen oleh AS pada baja dan aluminium, Nagel mencatat langkah ini akan berdampak khusus pada Jerman, menimbulkan ancaman terhadap prospek ekonominya.
Nagel juga mengutip perkiraan Bundesbank yang menunjukkan meningkatnya ketegangan perdagangan transatlantik dapat menyebabkan output ekonomi Jerman pada tahun 2027 menjadi 1,5 poin persentase lebih rendah dari yang diharapkan.
Advertisement
Inflasi Jerman Berisiko Meningkat
Ia juga memperingatkan inflasi dapat meningkat, meskipun dampak pastinya masih belum diketahui secara pasti.
"Terkikisnya daya beli dan lonjakan biaya input akan jauh lebih besar daripada potensi keunggulan kompetitif bagi industri AS," kata dia.
"Tingkat inflasi akan meningkat tajam dan dapat meningkat lebih tinggi lagi tanpa pengetatan kebijakan moneter yang signifikan,” Nagel menambahkan.
Bertentangan dengan klaim pemerintah AS, Nagel juga menilai tarif dagang dapat menimbulkan konsekuensi negatif bagi AS.
"Proteksionisme menyebabkan kerugian kesejahteraan di semua negara yang terkena dampak. Tidak ada pemenang,” tuturnya.
