Liputan6.com, Jakarta Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengatakan pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah melemah didorong kekhawatiran atas risiko perang dagang.
“Seluruh mata uang utama Asia juga mengalami pelemahan terhadap dolar AS (Amerika Serikat), didorong oleh kekhawatiran yang kembali mencuat terkait risiko perang dagang,” ujarnya dikutip dari Antara, Jumat (28/2/2025).
Advertisement
Baca Juga
Presiden AS Donald Trump disebut mengancam akan memberlakukan tarif 25 persen terhadap mobil dan impor lainnya dari Uni Eropa (UE) dengan alasan bahwa blok itu dibuat untuk merugikan AS.
Advertisement
Juru Bicara Komisi Eropa memberikan respon bahwa UE merupakan mitra dagang terbesar ketiga AS, serta siap bertindak tegas dan segera terhadap hambatan perdagangan yang tidak adil.
“(Ini) mengisyaratkan kemungkinan tindakan balasan,” ungkap Josua.
Pada Kamis (27/2), imbal hasil seri acuan untuk tenor 5 tahun, 10 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun masing-masing tercatat sebesar 6,77 persen (+9 basis points/bps), 6,92 persen (+6 bps), 7,03 persen (+2 bps), dan 7,04 persen (+2 bps).
Per 24 Februari 2025, kepemilikan asing dalam obligasi pemerintah mencapai Rp893,3 triliun atau 14,5 persen dari total yang beredar. Angka ini mencerminkan arus masuk bersih sebesar Rp12 triliun secara bulanan dan Rp16,7 triliun sejak awal tahun.
“USD/IDR diperkirakan akan berada di rentang Rp16.425 - Rp16.550 pada perdagangan hari Jumat ini,” kata dia.
Nilai tukar rupiah (kurs) pada pembukaan perdagangan Jumat di Jakarta melemah 89 poin atau 0,54 persen menjadi Rp16.543 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.454 per dolar AS.
Rupiah Lesu Usai Trump Umumkan Tarif Impor ke Uni Eropa
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah menjelang akhir pekan pada Kamis, 27 Februari 2025.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi mencatat bahwa rupiah ditutup melemah 73 poin terhadap Dolar AS (USD), sebelumnya sempat melemah 80 poin di level Rp 16.454 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.380.
“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.440 - Rp 16.500,” kata Ibrahim dalam keterangan di Jakarta, Kamis (27/2/2025).
Ibrahim menyoroti dilis data kepercayaan konsumen AS yang lebih lemah dari perkiraan di bulan Februari 2025, yang meningkatkan kekhawatiran atas melambatnya konsumsi swasta.
Seperti diketahui, pengeluaran swasta merupakan pendorong utama ekonomi AS, dan menghadapi tekanan dari tarif Trump, inflasi yang tinggi, dan kenaikan harga pangan.
“Para pedagang bertaruh bahwa ekonomi AS yang mendingin akan memberi Federal Reserve lebih banyak dorongan untuk memangkas suku bunga, yang menjadi pertanda buruk bagi dolar. Imbal hasil Treasury juga turun karena gagasan ini, dengan ancaman tarif Trump yang cenderung menguntungkan dolar tidak banyak membantu greenback,” papar Ibrahim.
Advertisement
Tambahan Tarif
Di siai lain, Presiden AS Donald Trump mengumumkan tambahan tarif perdagangan global, termasuk tarif 25% terhadap Eropa.
Trump juga mengisyaratkan potensi perpanjangan tenggat waktu 2 Maret untuk bea masuk 25% terhadap Kanada dan Meksiko, hingga awal April. Sementara itu, DPR AS yang dikendalikan Partai Republik memberikan suara pada Selasa malam untuk menyetujui paket pemotongan pajak dan langkah-langkah keamanan perbatasan senilai USD 4,5 triliun, yang memajukan RUU yang mencakup banyak prioritas terbesar Presiden Trump pada tahun 2025.
“Pelaku pasar tetap fokus pada pembicaraan damai Rusia-Ukraina Trump,” Ibrahim menyebutkan.
Trump sendiri mengatakan Volodymyr Zelenskiy akan mengunjungi Washington pada hari Jumat untuk menandatangani perjanjian tentang mineral tanah jarang, sementara pemimpin Ukraina mengatakan keberhasilan kesepakatan akan bergantung pada pembicaraan tersebut dan bantuan AS yang berkelanjutan.
