[VIDEO] Tips Biar Bisa Beli Rumah dari Aidil Akbar

Perencana Keuangan (Financial Planner) Aidil Akbar Madjid memberikan tips bagaimana membeli rumah dengan penghasilan yang didapat.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 16 Jul 2013, 13:05 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2013, 13:05 WIB
tips-bisa-beli-rmh130711b.jpg
Memiliki rumah sendiri adalah keinginan semua orang. Masalahnya harga rumah tiap tahun selalu naik sedangkan dana beli rumah kadang tak pernah cukup.

Jangankan mau menyisihkan dana untuk beli, terkadang untuk kebutuhan sehari-hari saja banyak orang Indonesia yang masih kepayahan.

Namun tekad untuk membeli rumah jangan sampai padam karena rumah adalah tempat yang ditinggali orang seumur hidupnya.

Perencana Keuangan (Financial Planner) Aidil Akbar Madjid memberikan tips bagaimana membeli rumah dengan penghasilan yang didapat.

Berikut petikan wawancara dengan Aidil Akbar ketika ditemui tim Liputan6.com di Steaktology Tebet Jakarta seperti ditulis Selasa (16/7/2013):


Apa saja yang harus disiapkan kalau membeli rumah atau properti?  



Pasti yang nomer satu adalah antara kemampuan membeli dengan properti yang diinginkan. Karena sekarang ini harrganya cukup tinggi dan bahkan di beberapa titik sudah tidak rasional. Kalau ingin pakai KPR perhitungkan lagi kemampuan maksimum 30% dari penghasilan.

Setelah tahu kemampuan bayar maksimal 30% atau sepetiganya ketemu barulah kita cari harganya. Cari apakah beli di tengah kota dengan harga sedemikian mahal atau beli dipinggir kota. Masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya.

Kalau di tengah kota harganya sangat mahal yang membuat ukurannya jadi sangat kecil bahkan kota besar seperti Jakarta, tidak mungkin beli properti di tengah kota karena saat ini harganya ratusan juta.

Alternatif ke rumah susun, yaitu apartemen, makanya di tengah kota berjamurlah  apartemen. Tapi yang kita korbankan adalah space ruangan kecil, sedang keunggulan di tengah kota akses lebih cepat, biaya transportasi menurun dan tidak stres di jalan.

Kalau bicara rumah dipinggir kota, berarti harus agak jauh. Yang didapatkan apa? Rumah dengan tanah bisa bercocok tanam, bisa bermain di halaman. Tapi tambahannya kita harus hitung biaya transportasi, bensinnya, harus perhitungkan biaya tol, biaya parkirnya, biaya maintenance kendaraan, jadi harus diperhitungkan biaya setiap bulan.


Kalau beli rumah lebih baik pakai KPR (Kredit Pemilikan Rumah) atau menunggu sampai punya uang beli tunai?



Properti kenaikannya demikian drastis, sampai kapan pun kalau kita menabung tidak akan pernah cukup untuk beli properti, karena daya beli uang kita dan kenaikan penghasilan sebagai pegawai tidak akan secepat kenaikan properti tersebut. Itulah kenapa akhirnya mau punya properti sekarang KPR jadi membantu.

Di lain pihak, KPR itu masuk dalam utang produktif, jadi utang dimana nilai aset yang dibeli dalam jangka waktu panjang akan selalu naik seiring dengan waktu. Dengan membeli menyicil kita bayar bunga 10 sampai 15 tahun.

Harga properti sepertinya naik 3-4 kali lipat karena harga pasarnya 3-4 kali lipat kurang lebih sama seperti uang yang kita keluarkan saat mencicil. Jadi tidak ada ruginya mencicil KPR untuk beli properti.

Dengan dua sudut pandang itu kita bisa beli sekarang dengan menggunakan metode KPR.  Ambil cicilan sepanjangnya yang penting tidak memberatkan yaitu tidak lebih dari 30% penghasilan.


Sebaiknya kalau ambil KPR itu jangka waktunya berapa lama?


KPR itu utang komitmen jangka panjang. Maka buatlah komitmen itu seringan mungkin. Jadi artinya kalau misalnya saya nyicil 5 tahun dengan bayar dari 1/3 penghasilan, saya panjangin 10 tahun dia menjadi 25% dari penghasilan.

Kalau 15 tahun jajdi 15% dari penghasilan maka cenderung saya ambil sepanjanng-panjangnya. Kalau di luar negeri seperti di Amerika itu ada yang jangka waktunya sampai 50 tahun bahkan ada cicilan yang bisa diturunkan ke anaknya saat meninggal dunia.


Bagaimana cara pilih banknya karena ada yang pakai DP (uang muka/down payment) kecil tapi bunga tinggi ada juga yang sebaliknya?


Saran saya nomor 1 untuk dapat bunga serendah mungkin, dapet bunga lock ambil itu. Karena ke depan ini dengan ekonomi sedikit goyang, BBM naik, inflasi tinggi, kecendruingan kalau inflasi tinggi suku bunga akan naik maka cicilan KPR pasti akan naik. Dengan bunga flat dilock selama 3 tahun sampai 7 tahun ambillah lock sepanjang-panjangnya.


Kalau di Jakarta bagusnya investasi properti rumah atau apartemen?


Kembali lagi ke tujuannya apakah untuk ditempati atau cuma investasi, kedua balik lagi ke budgetnya.

Kalau untuk investasi kita mengharapkan ada penghasilan tambahan dari biaya sewa. Kalau kita perhatikan biaya sewa antara rumah tinggal dengan apartemen memang apartemen berbanding harga belinya lebih tinggi, biasanya sewanya cukup tinggi apartemen yang bintang 3 ke bawah.

Sebagai contoh apartemen dengan harga Rp 1 miliar, paling tinggi sewa yang saya dapatkan Rp 40-60 juta per tahun, itu setara dengan kurang lebih kalau dipersentasekan 4-6%, per tahun atau sama dengan bunga deposito atau di bawah bunga deposito.

Sementara kalau kita beli apartemen Rp 1 miliar, dengan kategori bintang tiga ke bawah    kita bisa dapatkan dengan harga Rp 200 jutaan kita bisa dapet dua unit, saya bisa sewakan Rp 2,5 juta-3,5 juta per bulan saya bisa dapet income, 5- 6 juta perbulan kali 12 jadi sekitar 72 juta. Kalau Rp 1 miliar itu berarti hasil investasi saya di atas sewa rumah, apalagi apartemen model rusunami dengan modal Rp 200 juta saya bisa sewakan 2 jutaan per bulan itu setara dengan bunga 10% -12% per tahun, jadi semakin rendah propertinya, harga sewa incomenya semakin tinggi.


Harga rumah tiap tahun selalu naik tapi di Indonesia kenaikannya sangat tinggi, sebenarnya kenaikan yang benar untuk harga rumah tiap tahun itu berapa persen?


Kalau kita mengacu kenaikan inflasi, ini data statisitk BPS jadi rumah itu paling tidak maksimum naik 2 kali lipat dari inflasi jadi idealnya 12-15%.

Sementara kejadian seperti sekarang di beberapa daerah naiknya sudah tidak terukur lagi ada yang 30%-50%, bahkan diiklankan di TV kalau beli sekarang Rp 5 miliar tahun, depan jadi Rp 10 miliar itu 100% kenaikanya. Itu nggak masuk di akal.

Banyak sekali kondisi di lapangan, bahwa harganya ada yang memainkan. Sampai suatu titik rumah itu ada yang beli, tapi ada suatu titik tidak sanggup dibeli, akhirnya justru jatuh harga propertinya itu yang saya takutkan. Apalagi suku bunga naik, keinginan orang beli rumah berkurang, karena mahal rumahnya nggak laku dijual. Akhirnya banyak rumah yang dijual karena orang butuh uang karena harganya crash. Ini yang saya takutkan.

Makanya hati-hati, properti sekarang sudah cukup buble, harganya cukup tinggi dan angka kenaikannya sudah tidak cukup dihitung logika. Bayangkan saja di Menteng harga perseginya Rp 100 juta, di Pondok Indah Rp 35-40 juta. Itu suatu yang tidak wajar, karena di Pondok Indah itu tahun lalu per meternya Rp 12 jutaan.

Harga rumah di lapangan katanya tadi ada yang memainkan, siapa yang memainkan?

Banyak faktor. Sebenarnya ini sudah lama, zaman dulu naikanya dari Rp 6 juta sampei Rp 12 juta karena noiminalnya jutaannya tidak begitu besar Rp 12 juta dianggap masih masuk akal. Lalu ketika dari Rp 12 juta jadi Rp 30 juta orang mulai menghitung nominalnya makin membesar padahal prosentase naiknya tidak jauh beda sama yang pertama, tapi sekarang nilai nominalnya membesar.

Selama 5-10 tahun terakhir, banyak pengembang yang dulu beli dengan harga Rp 50 ribu per meter, sekarang dijual jadi Rp 5 juta. Jadi selau ada peluang untuk bermain di sana, itu yang membuat harga properti tidak masuk di akal.

Ditambah jumlah penduduk kelas menengah tidak rata di kota besar, yang sudah bekeluarga butuh properti jadi antara supply dan demand yang dikit membuat harga akan terus naik. (Pew/Igw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya