Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengungkapkan sebanyak 15% utang luar negeri swasta hingga kini masih belum mendapatkan perlindungan (hedging). Dengan nilai tukar rupiah yang bergerak liar, utang luar negeri yang belum memperoleh hedging justru akan menjadi sangat rawan.
"Pokoknya ada 15% total utang swasta, angka utang 15% masih belum terlindungi. Maka dari itu, kami menghimbau harus berhati-hati," ujar Agus ketika ditemui di Gedung Bank Indonesia (BI), Jakarta, Kamis (25/7/2013).
Agus mengimbau, semua pelaku bisnis tidak mencari keuntungan disaat kondisi nilai tukar rupiah lagi melemah. Bi berharap para pelaku bisnis tetap fokus terhadap kegiatan usaha yang dijalankannya.
Dijelaskan Agus, gejolak nilai tukar rupiah terjadi karena pengaruh dari keadaan ekonomi global. Dua pemicu utama berasal dari kebijakan moneter Amerika Serikat dan revisi pertumbuhan ekonomi China. Tak hanya Indonesia, faktor global ini juga membuat gejolak perekonomian negara-negara di kawasan Asia.
"Kalau terus berlanjut bisa menggangu kinerja perdagangan ekspor," tegas Agus. (Dis/Shd)
"Pokoknya ada 15% total utang swasta, angka utang 15% masih belum terlindungi. Maka dari itu, kami menghimbau harus berhati-hati," ujar Agus ketika ditemui di Gedung Bank Indonesia (BI), Jakarta, Kamis (25/7/2013).
Agus mengimbau, semua pelaku bisnis tidak mencari keuntungan disaat kondisi nilai tukar rupiah lagi melemah. Bi berharap para pelaku bisnis tetap fokus terhadap kegiatan usaha yang dijalankannya.
Dijelaskan Agus, gejolak nilai tukar rupiah terjadi karena pengaruh dari keadaan ekonomi global. Dua pemicu utama berasal dari kebijakan moneter Amerika Serikat dan revisi pertumbuhan ekonomi China. Tak hanya Indonesia, faktor global ini juga membuat gejolak perekonomian negara-negara di kawasan Asia.
"Kalau terus berlanjut bisa menggangu kinerja perdagangan ekspor," tegas Agus. (Dis/Shd)