Kerusuhan Politik Hantam Berbagai Sektor Ekonomi Mesir

Selama empat hari sejak pecahnya kerusuhan politik di Mesir, banyak perusahaan multinasional telah mengumumkan penundaan operasinya.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 19 Agu 2013, 11:50 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2013, 11:50 WIB
rusuh-mesir-130818c.jpg
Selama empat hari sejak pecahnya kerusuhan politik di Mesir, banyak perusahaan multinasional telah mengumumkan penundaan operasinya. Bukan hanya itu saja, berbagai sektor lokal seperti perbankan, pariwisata dan transportasi juga terkena dampaknya.

Meski terjadi berbagai kerusakan hebat di berbagai sektor, hingga saat ini belum ada pengumuman resmi terkait jumlah kerugian ekonomi yang diderita Mesir.

Seperti dilansir dari Albawaba Business, Senin (19/8/2013), sejumlah bank dan bursa saham juga telah di tutup sejak Rabu pagi dan beberapa hari setelahnya. Diberitakan Daily News Egypt, sejumlah pakar ekonomi tengah menganalisa dampak ekonomi yang akan diterima Mesir akibat perpecahan yang menyebabkan tewasnya ratusan orang tersebut.

Pakar keuangan sekaligus CFO Elsewedy Cable and Electric Solutions Company Alaa Mostafa mengatakan, dengan kondisi seperti ini akan sulit untuk mengevaluasi total volume kerugian ekonomi yang menimpa Mesir. Namun dampak paling besar akan dirasakan para investor saham yang biasa melakukan kegiatan jual beli harian. Para investor tersebut akan mengalami kerugian langsung dalam jumlah yang belum bisa dipastikan.

"Dalam jangka panjang, ketidakstabilan ekonomi yang menyebabkan jatuhnya nilai saham Mesir dapat mengakibatkan kerugian yang lebih besar dalam perdagangan saham," jelas Mostafa.

Di tengah kekacauan politik saat ini, beberapa perusahaan asing telah menghentikan operasinya di Mesir.

"Denmark memiliki dua proyek sebagai kolaborasi langsung dengan pemerintah Mesir dan sejumlah institusi publik, tapi kami menunda semua proyek tersebut," ujar Menteri Dana Pembangunan Denmark Christian Friis.

Pakar Ekonomi dan Pimpinan  Arabian House of Consultancy for Financial and Economic Investment, Magdy Toulba mengatakan, kerugian jangka pendek bersifat langsung dan terlihat.

"Kerugian kami dalam dua hari setelah kerusuhan melewati tiga atau empat kali jumlah bantuan yang kami terima dari Amerika Serikat," jelasnya.

Dia mengatakan, pihaknya melihat intervensi yang bias dari Uni Eropa dan AS. Dia berpendapat kondisi tersebut dapat memberikan kesenangan tersendiri bagi negara-negara barat. Hal tersebut melukai identitas nasional dan ekonomi bangsanya.

"Prioritas kami saat ini adalah meningkatkan keamanan nasional kamu untuk mencapai stabilitas ekonomi yang diharapkan," tegasnya.

Sementara itu perusahaan riset global IHS memprediksi produksi beberapa perusahaan otomotif asing di Mesir seperti General Motors, Toyota dan Suzuki akan menurun sebesar 7,7%  menjadi 84.097 pada 2013.

Tak hanya itu, ekonom dari Signet Institute Mostafa Bassiouny mengatakan, kekacauan politik ekonomi Mesir dapat berdampak panjang pada ekonomi negara tersebut.

“Beberapa sektor akan terkena dampaknya seperti real estate dan pariwisata yang sebenarnya masih menderita akibat kekerasan politik dua tahun silam," ungkapnya.

Dia menjelaskan, dilema ekonomi ini bergantung pada kebutuhan investasi asing. Hal tersebut merupakan kunci untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. Sementara lemahnya keamanan negara harus segera dibenahi guna meningkatkan investasi di dalam negerinya.

Sektor transportasi juga tak terhindarkan dari kerusuhan yang terjadi. Kerusakan pada rel kereta diprediksi mencapai EGP 20 juta atau setara Rp 30,06 miliar. Semua kereta api terpaksa berhenti beroperasi. Negara juga menderita kerugian lain sebesar EGP 900 ribu (Rp 1,35 miliar) akibat perubahan jalur guna menghindari kerusuhan yang terjadi.

Sebaliknya, Menteri Penerbangan Sipil Mesir Abdul Aziz Fadel menkonfirmasi operasi penerbangannya masih stabil hingga Sabtu lalu. Dia melaporkan tak ada pembatalan penerbangan di Cairo International Airport dengan total lepas landas dan kedatangan sebanyak 233 penerbangan.

"Rata-rata setiap harinya kami melakukan 100 hingga 125 penerbangan," ujar wakil dari EgyptAir Dina El-Follu.

Penurunan penumpang pun tak mencapai lebih dari 8% dan masih dianggap normal.

Hingga saat ini masih belum ada laporan resmi terkait kerugian ekonomi yang diderita Mesir akibat kerusakan berbagai sektor yang terjadi di sana. (Sis/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya