Upaya pemerintah untuk menstabilkan harga daging sapi ke titik normal selama bulan Ramadan, menjelang Lebaran dan paska Lebaran masih belum sesuai harapan masyarakat.
Harga daging sapi tercatat masih berada di level tinggi sekitar Rp 95 ribu per kilogram (kg) meski sempat ada penurunan. Pemerintah pun diminta mengambil langkah-langkah nyata untuk lebih menstabilkan harga daging sapi.
"Kalau pemerintah jangan mencari kambing hitam dengan mencari kesalahan kepada pihak tertentu dalam menyikapi harga daging sapi yang masih tinggi," ujar Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya Sarman Simanjorang di Jakarta, Senin (19/8/2013).
Dia menyebutkan pihak tertentu tersebut seperti para spekulan, rumah pemotongan hewan (RPH) yang tidak beroperasi, ataupun Perum Badan Urusan dan Logistik (Bulog)," ungkapnya.
Menurut Sarman, kondisi yang terjadi saat ini, seharusnya menjadi pengalaman berharga dan evaluasi konprehensif yang terbuka, jujur dan adil bagi pemerintah.
Paling utama, Kementerian Pertanian (Kementan) agar dalam menangani ketersediaan daging lokal lebih serius untuk bisa memenuhi kebutuhan pasar.
Selain itu, dia menilai, gejolak harga daging sapi yang sudah terjadi selama 1,5 tahun lamanya, murni karena pasokan dan permintaan yang belum seimbang. Semua itu, kembali lagi kepada kebijakan pemerintah yang menciptakan psikologi pasar terganggu cukup lama.
"Pemerintah itu harus bisa mengatasi ini semua, agar tidak terjadi gejolak harga daging sapi yang drastis lagi, sehingga banyak masyarakat banyak yang kelimpungan," kata Sarman.
Menurut dia, jika pemerintah sudah cepat tanggap dalam keadaan yang saat ini terjadi di pasar, maka akan ada dampak yang positif bagi masyarakat. Pasalnya, kebutuhan daging sapi di negeri ini terus naik cukup signifikan. (Dis/Nur)
Harga daging sapi tercatat masih berada di level tinggi sekitar Rp 95 ribu per kilogram (kg) meski sempat ada penurunan. Pemerintah pun diminta mengambil langkah-langkah nyata untuk lebih menstabilkan harga daging sapi.
"Kalau pemerintah jangan mencari kambing hitam dengan mencari kesalahan kepada pihak tertentu dalam menyikapi harga daging sapi yang masih tinggi," ujar Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya Sarman Simanjorang di Jakarta, Senin (19/8/2013).
Dia menyebutkan pihak tertentu tersebut seperti para spekulan, rumah pemotongan hewan (RPH) yang tidak beroperasi, ataupun Perum Badan Urusan dan Logistik (Bulog)," ungkapnya.
Menurut Sarman, kondisi yang terjadi saat ini, seharusnya menjadi pengalaman berharga dan evaluasi konprehensif yang terbuka, jujur dan adil bagi pemerintah.
Paling utama, Kementerian Pertanian (Kementan) agar dalam menangani ketersediaan daging lokal lebih serius untuk bisa memenuhi kebutuhan pasar.
Selain itu, dia menilai, gejolak harga daging sapi yang sudah terjadi selama 1,5 tahun lamanya, murni karena pasokan dan permintaan yang belum seimbang. Semua itu, kembali lagi kepada kebijakan pemerintah yang menciptakan psikologi pasar terganggu cukup lama.
"Pemerintah itu harus bisa mengatasi ini semua, agar tidak terjadi gejolak harga daging sapi yang drastis lagi, sehingga banyak masyarakat banyak yang kelimpungan," kata Sarman.
Menurut dia, jika pemerintah sudah cepat tanggap dalam keadaan yang saat ini terjadi di pasar, maka akan ada dampak yang positif bagi masyarakat. Pasalnya, kebutuhan daging sapi di negeri ini terus naik cukup signifikan. (Dis/Nur)