Memasuki gerbang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015, Indonesia wajib memperkuat sumber daya manusia (SDM) dan daya saing produk (barang dan jasa) supaya lebih kompetitif. Keunggulan ini dapat tercapai bila bangsa ini mampu menghasilkan karya bermutu.
Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta mengatakan, Indonesia bisa tergilas berbagai produk impor dari negara anggota ASEAN dan hanya menjadi penonton atas banjirnya produk impor ke pasar dalam negeri apabila daya saing produk negara ini lemah.
"Karya bermutu bisa dihasilkan jika dapat memenuhi atau melebihi persyaratan untuk menembus pasar global, melindungi keamanan, keselamatan dan kesehatan serta berdaya saing dalam globalisasi perdagangan. Terdiri dari standarisasi, penilaian kesesuaian dan metrologi," ucap dia saat membuka Indonesia Quality Expo di JCC, Kamis (17/10/2013).
Standar, kata dia, dapat menjadi pendorong dan pijakan inovasi. Persyaratan yang telah ditetapkan dalam sebuah standar akan memudahkan bagi para inovator untuk mengidentifikasi nilai tambah yang dikehendaki pasar.
"Karya inovatif harus dibuktikan secara obyektif dengan melibatkan kegiatan pengujian, inspeksi, sertifikasi dan sistem akreditasi untuk memastikan kompetensi pelakunya yang tercakup dalam kegiatan penilaian kesesuaian," jelas Gusti.
Dia menambahkan, Indonesia dapat membuktikan pengaruhnya dalam keterlibatan di MEA sebagai salah satu negara terbesar di ASEAN.
"Apakah Indonesia akan menjadi titik lemah atau pembawa kekuatan di dalam mewujudkan cita-cita ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi yang kuat di dunia," tukasnya.(Fik/Nur)
Menteri Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta mengatakan, Indonesia bisa tergilas berbagai produk impor dari negara anggota ASEAN dan hanya menjadi penonton atas banjirnya produk impor ke pasar dalam negeri apabila daya saing produk negara ini lemah.
"Karya bermutu bisa dihasilkan jika dapat memenuhi atau melebihi persyaratan untuk menembus pasar global, melindungi keamanan, keselamatan dan kesehatan serta berdaya saing dalam globalisasi perdagangan. Terdiri dari standarisasi, penilaian kesesuaian dan metrologi," ucap dia saat membuka Indonesia Quality Expo di JCC, Kamis (17/10/2013).
Standar, kata dia, dapat menjadi pendorong dan pijakan inovasi. Persyaratan yang telah ditetapkan dalam sebuah standar akan memudahkan bagi para inovator untuk mengidentifikasi nilai tambah yang dikehendaki pasar.
"Karya inovatif harus dibuktikan secara obyektif dengan melibatkan kegiatan pengujian, inspeksi, sertifikasi dan sistem akreditasi untuk memastikan kompetensi pelakunya yang tercakup dalam kegiatan penilaian kesesuaian," jelas Gusti.
Dia menambahkan, Indonesia dapat membuktikan pengaruhnya dalam keterlibatan di MEA sebagai salah satu negara terbesar di ASEAN.
"Apakah Indonesia akan menjadi titik lemah atau pembawa kekuatan di dalam mewujudkan cita-cita ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi yang kuat di dunia," tukasnya.(Fik/Nur)