Sebanyak 7.000 kontainer di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok akan berhenti beroperasi pada 2 hari ke depan. Hal ini terkait rencana mogok nasional yang akan dilakukan oleh serikat buruh pada 31 Oktober-1 November 2013.
"Kalau per harinya ada sekitar 7.000 kontainer yang keluar masuk di Tanjung Priok, itu akan berhenti operasi besok untuk ikut aksi mogok. Sopir kontainernya ada sekitar 5.000 orang," ujar Ketua Umum Serikat Buruh Transportasi Perjuangan Indonesia (SBTPI) Ilhamsyah di Jakarta, Rabu (30/10/2013).
Namun dia mengatakan, proses bongkar muat di dalam pelabuhan masih akan berlangsung sebagian. "Dari pabrik ke pelabuhan ini akan berhenti, tetapi dari yang dari kapal diturunkan ke pelabuhan kemungkinan masih akan ada. Karena yang akan mogok itu yang keluar masuk pelabuhan," lanjutnya.
Ilham menjelaskan, aksi yang dilakukan oleh sopir dan buruh di Pelabuhan Tanjung Priok karena merasa fasilitas yang diberikan kepada para pekerja tersebut sangat tidak memadai. Dia mencontohkan saat menunggu shift, para buruh ini tidak diberikan tempat tunggu yang layak.
"Ini mereka duduk di atas batu-batu yang ada, banyak yang tidur di mana-mana, buang air juga sembarang, karena tidak akan fasilitas bagi mereka," jelasnya.
Selain persoalan tersebut, buruh juga menuntut adanya kepastian jam kerja dan upah yang sesuai. "Upah mereka rata-rata hanya Rp 1,5 juta dengan jam kerja 12 jam, kan ada dua shift. Kalau Minggu mereka bisa kerja longshift 24 jam, ini mereka yang sudah pekerja tetap bukan outsourching" tandasnya. (Dny/Ndw)
"Kalau per harinya ada sekitar 7.000 kontainer yang keluar masuk di Tanjung Priok, itu akan berhenti operasi besok untuk ikut aksi mogok. Sopir kontainernya ada sekitar 5.000 orang," ujar Ketua Umum Serikat Buruh Transportasi Perjuangan Indonesia (SBTPI) Ilhamsyah di Jakarta, Rabu (30/10/2013).
Namun dia mengatakan, proses bongkar muat di dalam pelabuhan masih akan berlangsung sebagian. "Dari pabrik ke pelabuhan ini akan berhenti, tetapi dari yang dari kapal diturunkan ke pelabuhan kemungkinan masih akan ada. Karena yang akan mogok itu yang keluar masuk pelabuhan," lanjutnya.
Ilham menjelaskan, aksi yang dilakukan oleh sopir dan buruh di Pelabuhan Tanjung Priok karena merasa fasilitas yang diberikan kepada para pekerja tersebut sangat tidak memadai. Dia mencontohkan saat menunggu shift, para buruh ini tidak diberikan tempat tunggu yang layak.
"Ini mereka duduk di atas batu-batu yang ada, banyak yang tidur di mana-mana, buang air juga sembarang, karena tidak akan fasilitas bagi mereka," jelasnya.
Selain persoalan tersebut, buruh juga menuntut adanya kepastian jam kerja dan upah yang sesuai. "Upah mereka rata-rata hanya Rp 1,5 juta dengan jam kerja 12 jam, kan ada dua shift. Kalau Minggu mereka bisa kerja longshift 24 jam, ini mereka yang sudah pekerja tetap bukan outsourching" tandasnya. (Dny/Ndw)